KOTOMONO.CO – Masyarakat Pekalongan menggunakan bahasa atau dialek keseharian mereka dengan bahasa Jawa seperti pada umumnya masyarakat jawa tengah. Meski sama-sama menggunakan Bahasa Jawa, namun pada kenyataanya setiap daerah selalu memiliki tipe, ragam maupun keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas mereka tiap daerah.
Semisal Jawa Tengah bagian timur seperti wilayah Semarangan, Pati atau sekitarnya akan berbeda dengan Jawa Tengah bagian selatan Magelangan, Kebumen, Banyumas, maupun Cilacap. Sedangkan untuk wilayah Jawa Tengah bagian utara atau pesisir seperti Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, hingga Tegal pun tidak akan ada yang sama entah logat, pilihan kata, intonasi, ragam dll.
Tidak usah antar wilayah di Jawa Tengah, antar kota saja sudah memilik ciri maupun ragam bahasa yang berbeda dan unik tersendiri. Sobat cintapekalongan yang berasal asli Pekalongan pasti sudah pernah dengar entah dari teman, saudara, atau rekan bisnis yang bukan berasal dari Pekalongan atau mungkin ketika sobat berkunjung ke kota lain dan mendengar sendiri aneka logat dan ciri bahasa yang di miliki kota tetangga kita tersebut.
Seperti Batang dengan akhiran “we” nya kemudian Pemalang dan Tegal dengan “medhog”nya, pasti akan sedikit menggelitik telinga Orang Pekalongan yang mendengarnya. Mereka akan sedikit ketawa karena memang kedengaran sangat aneh dan lucu logat dan ragam bahasa yang mereka gunakan, tak jarang juga sobat cintapekalongan pernah mencoba meniru bahasa yang digunakan oleh mereka (orang selain pekalongan). Hayoo jujur saja….. ^^v
Baca : Sosok Ki Ageng Cempaluk dan Asal-usul Desa Kesesi
Jangan sombong dan jangan mengejek dulu, Kita orang Pekalongan jika main ke daerah timur (Kendal / Semarang ke timur) juga akan terasa aneh dan lucu bagi masyarakat setempat. Karena seperti yang sudah saya bilang diawal tadi, setiap tempat pasti mempunyai ciri atau ragam dan logat yang khas. Cenderung dari segi intonasi (tebal pengucapan alias Medhok) dan tempo berbicara mereka akan lebih pelan dari kita. Belum lagi jika kita bercakap dengan orang lintas provinsi seperti Jawa Timur dan Jogja pasti akan jauh berbeda lagi.

Tak perlu jauh-jauh pergi kesana, di pedesaan wilayah Pekalongan sendiri pun setiap desa atau wilayah pasti memiliki ciri khas berbahasa mereka. Seperti orang Slamaran akan berbeda dengan Buaran, orang Simbang dengan karangdadap, Wiradesa dengan Bojong, Kedungwuni dengan Kajen, belum lagi orang berdomisili pantai dengan pegunungan atau lain sebagainya yang masing-masing memiliki kosakata berbeda atau bisa disebut khas. Seperti kosakata “Gegiyang” (gegiyang = ayo cepat) yang biasa digunakan oleh orang-orang Pekalongan barat hingga Wiradesa tidak atau jarang dimengerti wilayah selain itu.
Dengan begini, Bahasa Jawa yang digunakan masyarakat Pekalongan sangat beragam mulai kosakata, logat atau ciri yang berbeda namun memiliki benang merah yang sama. Seperti pelangi yang ada di langit, meski berbeda warna namun secara keseluruhan tetap disebut pelangi ciptaan Tuhan.
Baca juga : Uniknya Dialek Pekalongan yang Repot Kalau Dipraktikkan di Daerah Lain
Atas dasar itu, perlu saya tekankan bahwa Bahasa Wong Pekalongan pada umumnya memiliki ciri unik dan sangat khas yang setiap wilayah di Pekalongan pasti memilikinya.
Lantas apakah yang menjadi Ciri Khas dari Bahasa yang digunakan Orang Pekalongan itu ?
Sobat Cintapekalongan penasaran ?
Baiklah saya akan mencoba menjelaskan Ciri Bahasa Jawa Pekalongan dari pengamatan dan cerita orang terdekat saya.
Yang Pertama adalah Intonasi atau kecepatan berbicara (sebut berdialog) orang Pekalongan berbeda dengan daerah lain. Ciri yang saya ketahui ini dipaparkan oleh Kekasih saya yang sedang kuliah di Semarang. Ketika ia ngumpul dan ngobrol bareng teman yang dari kota lain, ada beberapa kosakata yang ia tidak pahami meski sama-sama menggunakan bahasa Jawa ngoko. Begitu sebaliknya ada beberapa kosakata khas Pekalongan yang ia ucapkan tetapi temannya tidak faham.
Diluar kosakata, orang dari kota lain akan sedikit kesulitan untuk memahami bahasa yang digunakan orang Pekalongan karena kecepatan berbicaranya yang diatas kebiasaan dialog mereka. Jadi ini bisa menjadi identifikasi tersendiri bagi orang lain untuk mengetahui bahwasanya orang itu dari Pekalongan.

yang Kedua adalah adanya akhiran “oo” atau “aa” di akhir kata atau kalimat. Kata-kata inilah yang tidak bisa dipisahkan dari pengucapan orang Pekalongan ketika berdialog. Jika berbicara dengan sesama orang Pekalongan sendiri pasti sobat tidak akan menyadarinya, namun jika sobat berbicara dengan orang luar kota pasti mereka akan kebingungan setengah faham mengartikan tiap kosakata yang diucapkan orang Pekalongan yang ada imbuhannya tersebut. Tak jarang imbuhan ini digunakan untuk kalimat tanya atau penegasan. Saya ambil contoh : “Iyoo paora oo“ “Sekarepku oo” “Bebas oo“ eittss… ojo karo nyanyi aa lhur (bagi yang ngerti) :p, “yo ora aa” “iki aa“ “udu aa” nah itu salah satu contoh yang saya maksud.
Belum lagi ada yang menggunakan akhiran “rha” dan penghapusan salah satu huruf dobel “k” pada sambungan kalimat, contoh : Pokokke menjadi Poko’e, Wekku menjadi Weku dll.
Baca juga : Sarung Batik, Budaya Jati Diri Orang Pekalongan
yang Ketiga, adalah akhiran kalimat dengan penambahan kata “pok”, seperti Pedese pok, Angele pok, Enake pok dll. Atau penggunakan pok dalam kalimat tanya “iki wekmu pok ?” yang ciri ini hanya dimiliki oleh Orang Pekalongan. Jika orang luar kota yang mendengar pasti akan kebingungan dan bisa menebak kalau anda adalah Orang Pekalongan.
Dari ciri yang disebutkan diatas merupakan ciri Bahasa Orang Pekalongan yang paling mendasar. Mungkin masih banyak lagi ciri-ciri lain yang dapat menggambarkan identitas Orang Pekalongan ketika ia berada di luar kota.
Nah pasti tidak sedikit dari sobat cintapekalongan yang pasti mempunyai pengalaman unik dan menarik ketika dialog menggunakan bahasa Jawa (Pekalongan) dengan orang luar kota entah itu teman, sahabat, kerabat atau yang lain, monggo bisa ceritakan di kolom komentar. Njo bagi-bagi pengalaman unik’e ben selot Cinta Pekalongan.
Salam Cinta Pekalongan
Komentarnya gan