KOTOMONO.CO – Tatkala Piala AFF 2022 sampai ke tahap semifinal, saya sebetulnya pesimistis pada Timnas Indonesia. Rasa pesimis yang sebenarnya sudah terkikis karena Timnas Indonesia lolos ke semifinal, lalu kemudian muncul lagi. Tentu ini karena lawan yang akan dihadapi adalah Vietnam. Kalau misalkan yang dihadapi adalah Singapura atau Kamboja, mungkin ceritanya bakal lain.
Pasukan Park Hang-seo ratusan langkah lebih maju dari Timnas Indonesia. Jadi, suatu hari ketika Indonesia kalah dari Vietnam di semifinal sudah bukan hal yang mengejutkan lagi. Anggap saja ini seperti siklus tahunan.
Lucunya, sudah tahu Vietnam ratusan langkah lebih maju dari Indonesia, tapi Shin Tae-yong masih bisa sesumbar usai bermain imbang di Gelora Bung Karno. Dalam beberapa media, Shin Tae-yong mengatakan bahwa Vietnam dan Thailand memang menjadi yang terkuat di Asia Tenggara. Namun, sejak ia datang ke Indonesia, Timnas Garuda punya level yang sama.
Barangkali Shin Tae-yong tak ada maksud untuk menyindir Vietnam. Tapi hal yang pada akhirnya justru menghasilkan perang kata-kata itu malah mengemuka. Di sisi lain, barangkali sang pelatih bermaksud untuk menyemangati, bukan buat sesumbar. Tentu Shin Tae-yong tahu dong, bagaimana kualitas para pemainnya?
Nah, apa yang saya bilang tadi beneran terjadi. Indonesia kalah dari tim asuhan Park Hang-seo di markas Vietnam. Skornya bulat 2-0. Shin Tae-yong tentu saja harus menahan malu. Bukan hanya malu karena timnya kalah, tapi juga malu karena… Ya, benar, kemakan omongannya sendiri. Duh!
Tapi, opa, nggak masalah kok kalau Indonesia kalah. Rakyat yang fakir ilmu sepak bola ini sudah terbiasa melihat Timnas bernasib nahas. Namun, sebagai pelatih Shin Tae-yong tentu harus memberikan alasan mengapa timnya kalah dari Vietnam. Biar saya bantu, opa, berikut ini alasan yang bisa antum pakai untuk menjawab pertanyaan wartawan mengapa Indonesia tersingkir di semifinal Piala AFF.
Salahkan Rumput
Sebelum laga leg kedua semifinal menghadapi Vietnam di Stadion My Dinh, di Hanoi, kondisi rumput stadion itu terekspose di media, termasuk media sosial. Saya sempat melihat postingan tersebut yang berkali-kali muncul di linimasa Twitter. Patut diakui, kondisi rumputnya hampir mirip dengan Stadion Hoegeng di Pekalongan.
Meski begitu, pihak Vietnam mengaku Stadion My Dinh memang sudah biasa dipakai buat ajang internasional. Ya, itu benar. Indonesia beberapa kali juga main di sana, kok. Lagi pula tim-tim lain yang pernah bermain di sana juga tak mempermasalahkan kualitas rumput.
Tapi, tapi nih, ya. Karena Indonesia kalah, Shin Tae-yong nggak masalah, kok, sebenarnya mau menyalahkan rumput. Meski ya, belakangan ini sampeyan sendiri yang kena kritik balik media Vietnam. Tapi bagi saya, tiada mengapa, coach. Toh, rumput memang bagian integral stadion.
Jika tidak nyaman, boleh dong kita protes? Apalagi kita yang kalah? Saya paham, bahwa Shin Tae-yong ini mungkin terbiasa dengan lapangan standar Allianz Arena atau ya minimal, Seongnam Stadium. Jadi wajar kalau belio menyalahkan rumput.
Saya yakin, kalau misalnya Shin Tae-yong ini melatih Persebaya Surabaya, ia akan menyalahkan kondisi rumput di Stadion Gelora Bung Tomo jika timnya kalah.
Salahkan Wasit
Selama menonton Piala AFF 2022, saya selalu memperhatikan gestur Shin Tae-yong. Bukan hanya karena belio ini selalu disorot kamera. Tapi Shin Tae-yong ini selalu punya cara untuk protes ke wasit. Bahkan di beberapa kesempatan yang mana jelas-jelas pemain Indonesia melakukan pelanggaran, Shin Tae-yong tetap protes.
“No, no, no!” Begitu kira-kira yang bisa saya terjemahkan dari pergerakan mulutnya ketika pemainnya melakukan tekel berbahaya. Tentu saja karena itu, Shin Tae-yong bisa, nih, nyalahin wasit. Toh, menyalahkan wasit sudah jadi kebiasaan para pelatih jika timnya kalah.
Tak usah malu, coach. Pelatih-pelatih kelas Eropa juga sering, kok, menyalahkan wasit, terutama jika timnya keok atau gagal meraih kemenangan. Sebut saja seperti Carlo Ancelotti, Xavi, Massimiliano Allegri, sampai Edy Rahmayadi.
Menyalahkan wasit memang sudah membudaya di belantika sepak bola. Ia seperti garam yang harus selalu ada di setiap masakan bunda. Nggak apa-apa coach. Memang dasarnya wasit goblok.
BACA JUGA: Cerita Persip Pekalongan dan Mafia Bola Divisi Utama 2013/2014
Salahkan Pemain Lawan
Di pertandingan kedua melawan Vietnam, beberapa kali pemain Timnas Indonesia tersulut emosi. Para pemain Vietnam sangat cerdik—jika tidak menyebutnya licik—memancing emosi para pemain Indonesia. Jadi, alih-alih menghabiskan tenaga untuk bermain, para pemain Indonesia ludes tenaganya karena terprovokasi.
Nah, Shin Tae-yong bisa menyalahkan pemain lain. Setidaknya, memang karena pemain lain itulah pemain Indonesia tidak bisa fokus. Bahkan dua gol dari Vietnam di My Dinh dicetak kurang dari lima menit setelah sepak mula, baik di babak pertama maupun kedua.
Saya jadi membayangkan, jika Shin Tae-yong protes tentang pemain lawan. Katakanlah menyalahkan anak asuh Park Hang-seo yang memancing emosi, mungkin pertandingan bisa diulang. Ealah. Ngarep banget, yak?
Salahkan Pemainnya Sendiri
Sejak datang menjadi pelatih Timnas Indonesia, saya sebetulnya menyukai pendekatan Shin Tae-yong. Tentu saja lantaran CV mentereng pria Korea Selatan itu. Ia adalah pelatih yang meloloskan Korea Selatan ke Piala Dunia dan berhasil mengalahkan Jerman di Piala Dunia 2018.
BACA JUGA: Belajar Ekspektasi Tidak Selalu Sesuai Dengan Realita Dari Fans Sepakbola
Namun, sepertinya dalam dua laga menghadapi Vietnam, para pemain Indonesia tak bisa menerapkan skema permainan seperti apa yang diinginkan Shin Tae-yong. Maka, saya usul belio lebih baik menyalahkan pemainnya sendiri.
Ya gimana? Taktik sudah oke. Shin Tae-yong juga sudah bekerja keras. Tapi para pemain justru seolah tak punya mental. Oke, saya nggak mau mengatakan para pemain tidak bekerja keras.
Tapi dalam pertandingan melawan Vietnam semua kelihatan. Betapa para pemain Indonesia sangat susah meladeni permainan para pemain Vietnam. Sudahlah kalah mental, kalah pula kualitas bermain. Umpan buruk, penyelesaian akhir juga buruk.
Salahkan PSSI
Perkara yang satu ini, sepertinya tak perlu dijelaskan. Toh, semua makhluk hidup tahu. Tapi, pertanyaannya, apakah Shin Tae-yong mau menyalahkan PSSI?
……….
*Sinyal hilang gaesss~
Komentarnya gan