• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
Ilustrasi kekerasan seksual pada anak

Ilustrasi kekerasan seksual pada anak (Suarajogja.id/Ema Rohimah)

Bagaimana Media Lokal Berbasis Akun Alter Menulis Berita Kekerasan Seksual dengan Buruk?

Muhammad Arsyad by Muhammad Arsyad
Maret 11, 2021
in NYAS-NYIS
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Saat sedang asyik nyantai jalan-jalan di lini masa Facebook, ada postingan “berita” kekerasan seksual yang dialami siswi SMP. Tulisan itu begitu menyebalkan. Bahkan, mengganggu kenyamanan saat membaca status-status jenaka kawan saya, melihat foto-foto aktivitas maupun swafoto, membaca teori sastra dari seorang Ribut Achwandi, dan melihat postingan jual beli baju batik.

Selidik punya selidik, postingan itu muncul di sebuah fan page—saya malas betul menyebut namanya—yang kemudian dibagikan ulang oleh netizen di sebuah grup yang kebetulan buat bagi-bagi info. Karena pakai kata “Pekalongan” untuk nama grupnya, maka saya asumsikan anggota grup tersebut didominasi orang Pekalongan.

Yang pertama saya baca tentu beritanya. Dan sumpah demi celana dalam Aquaman, saya muak betul dengan postingan tersebut.Ya gimana ya, itu informasi setengah-setengah, bahkan belum 50 persen. Mungkin informasi yang disampaikan di situ baru 20 persennya saja. Selebihnya, yang bikin saya makin mangkel setengah modyar adalah postingan yang layak masuk ke TPA Degayu itu, justru mendulang like dan komentar yang banyak banget. Iri? Saya nggak iri blasss! Buat apa juga iri sama postingan yang mengaku berita tapi merusak generasi penerus bangsa.

Baiklah, mari saya ajak untuk membedah bagaimana buruknya pemberitaan kekerasan seksual tersebut. Sebelum itu, kencangkan dulu sabuk kalian, dan kalau bisa beli Es Dawet dulu. Sudah? Oke mari kita mulai.

Jadi begini, Saudara-saudara. Postingan tersebut memang awalnya cukup meyakinkan sebagai sebuah informasi yang akurat. Kurang akurat gimana? Wong di situ juga ada foto polisi dan tersangka. Nah masalahnya, postingan itu hanya bermodal keterangan polisi.

BACA JUGA : Viral Itu Perlu dan Memang Harus

Pernyataan polisi jelas tidak salah. Polisi hanya melakukan pemeriksaan pada pelaku dan hasilnya disampaikan lewat konferensi pers. Namun letak masalah sesungguhnya ada di postingan. Yang mana postingan tersebut bikin korban kekerasan seksual menjadi “korban” untuk kedua kalinya. Lho kok bisa?

Pertama, penyintas—saya lebih menyukai frasa ini daripada korban—mengalami kekerasan seksual oleh pelaku. Kemudian yang kedua, penyintas kembali merasakan “kekerasan seksual” oleh netizen. Kalau yang pertama mungkin pemicunya adalah laki-laki bangsat yang telah sampai pada birahi yang akalnya mati. Sedangkan yang kedua, disebabkan oleh postingan, berita, informasi, atau semacamnya.

Oh iya, khusus yang kedua, terjadi karena mungkin media atau akun tersebut terlalu bernafsu untuk mendulang trafik, mendulang like dan komentar, atau supaya menguasai pikiran warganet laiknya buzzer.

Seperti pepatah kuno Kepulauan Madagaskar, bahwa siapapun yang menguasai media, maka dia bisa menguasai warga seluruh kota sekaligus. Hebat bukan? Itulah yang mungkin coba dilakukan oleh si pemilik media atau akun alter atau apalah terserah.

Dan puncak dari pemberitaan kekerasan seksual semacam itu adalah menghasilkan kualitas netizen Indonesia yang orisinil. Hal itu terpancar dari komentar netizen yang “memerkosa” penyintas untuk kedua kalinya. Saya sengaja sematkan di sini agar kalian tahu komentar apa yang saya maksud.

“Nahhh gene berhubungan badan Yoe berarti suka sama suka jln satu satunya yoo nikahke ..rep omong di perkosa ko berulang kali … seumpomo rep di perkosa Yo ojo glm waktu cawet Rep di plorotke ojo Milu bantu plorotke raaa …”

“Kepenake bareng2 seng dihukum lanange tok. Kurang adil kuwi.melakukane juga tidak karena terpaksa. Pak ngomong seng cewek isek dibawah umur kok wes duwe nafsu koyo kuwi. Bocah di bawah umur yo rong duwe Nafsu okuwinan ra.. berarti wong lanang kuwi pancen serba salah.”

“Nk hubungan badan mesti unsure suka sama suka….

Mbok di nikahi wae…”

Jika kalian tanya: Lho emangnya salah? Kan bener tho kalau berhubungan badan berarti sama-sama suka, ya harus dinikahkan.

Dinikahkan ndasmu njebluk! Tahu dari mana kalau keduanya, baik pelaku atau penyintas sama-sama suka? Wong tahu informasinya saja dari Facebook kok. Hayoloh!

BACA JUGA : Menulis Itu Boleh Menggiring Opini kok!

Saya tidak akan bilang itu sudah menjadi kultur dan kebiasaan masyarakat manakala ada kejadian kekerasan seksual. Sebab saya bukan seorang aktivis feminisme, bukan pula penggerak sosial dan bukan anggota Komnas Perempuan.

Yang pasti, netizen-netizen garangan itu muncul akibat informasi atau pemberitaan kekerasan seksual yang ditulis buruk. Ini sekaligus menunjukkan bahwa tidak ada yang berkembang dari kualitas informasi kita. Apalagi yang menyangkut kekerasan seksual pada perempuan.

Ironisnya, hal semacam ini bukan hanya dilakukan pemilik-pemilik akun alter yang mendaku diri sebagai media, melainkan juga media online yang memang menstampel diri sebagai media massa, pilar keempat demokrasi.

Agak susah mencari riset aktual tentang bagaimana media memberitakan kekerasan seksual yang menimpa perempuan. Namun melalui laman Remotivi, saya menemukan riset dari Komnas Perempuan bertajuk “Sejauh Mana Media Telah Memiliki Perspektif Korban Kekerasan Seksual?” Tahun 2015.

Komnas Perempuan dalam riset tersebut menyimpulkan bahwa pemberitaan kekerasan seksual di media mengabaikan kode etik. Padahal semestinya media turut berperan memenuhi hak-hak penyintas.

Kita bisa melihat bagaimana riset tahun 2015 tersebut masih sangat relevan dengan kondisi yang saya tuliskan di awal. Bagaimana pemberitaan kekerasan seksual justru ditulis, dilaporkan, dan disampaikan secara buruk. Pemberitaan kacau semacam ini bertambah buruk setelah era disrupsi informasi menghajar kita.

Alih-alih menghindari pernyataan dari hasil reportase yang bisa menyudutkan penyintas. Si pembuat informasi justru memilih pernyataan dan diksi-diksi yang bikin penyintas makin salah di mata masyarakat.

Misalnya, informasi berapa kali pelaku memerkosa penyintas. Mungkin maksudnya agar si pelaku jera. Tapi yang terjadi justru semakin besar angkanya, penyintas makin berpotensi “diperkosa” lagi oleh netizen. Apalagi stigma perempuan penyintas kekerasan seksual sudah buruk sejak dalam pikiran masyarakat.

BACA JUGA : Mengangkangi Informasi

Pemberitaan kekerasan seksual seperti itu, justru mendistorsi kejahatan kelamin. Yang bahaya, para predator kelamin akan bermunculan. Sebab mereka akan merasa aman melakukan kekerasan seksual, karena toh perhatian masyarakat bakal ke penyintas.

Masyarakat bakal menganggap penyintas nggak bisa menjaga kehormatan. Penyintas terlalu seksi sehingga mengundang birahi. Penyintas punya nafsu, dan masih banyak lagi—silakan mendatanya sendiri.

Sementara itu, pelaku justru leha-leha. Pelaku sekadar dipermalukan ketika aksi biadabnya itu ketahuan, dan kala dipajang di depan para wartawan yang menanti rilis polisi. Itupun kalau pelaku masih punya malu.

Pada kenyataannya si predator kelamin ini masih sanggup berkilah. Misalnya, ia mengakui kesalahannya tapi itu karena pengaruh minuman keras. Halah, basi bos!

Lucunya, dalih semacam itu justru diamini oleh pembuat berita. Alih-alih memenuhi hak penyintas, berita pemerkosaan malah menyediakan ruang bagi predator untuk berkilah. Lalu, apa yang harus dilakukan?

Simpel kok, tinggal nggak usah klik, ngasih komentar, like, atau membagikan postingan itu. Secara otomatis postingan tersebut akan sepi dan mungkin si pemilik akan menyerah dengan sendirinya.

Sedangkan buat si wartawan atau pemilik akun-akun alter, um…. monmaap saya nggak ada solusinya. Wong situ kan yang punya sertifikat dan legalitas.

 

BACA JUGA Tulisan-tulisan menarik Muhammad Arsyad lainnya.

Tags: Berita PekalonganEsaiKekerasan SeksualNyas-NyisOpiniPekalongan BeritaPekalongan Info

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Redaktur
Tukang nulis dan penggemar Super Sentai. Santri Youtube. Bermukim di Kota Pekalongan bagian utara.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Tiga tujuan pendidikan yang dirumuskan Ibnu Khaldun

Mengkaji Makna dan Tujuan Pendidikan Lewat Pemikiran Ibnu Khaldun

Juni 24, 2022
147
Batik TV Kota Pekalongan

Yakin Deh, Cuma Program Batik TV Ini yang Nggak Mengecewakan

Juni 21, 2022
175
Kisah Pemuda Miskin yang Memeluk Raja

Kisah Pemuda Miskin yang Memeluk Raja

Juni 17, 2022
181
Burung Kicau Terbaik 2022

Ini Lho 7 Burung Kicau yang Menjadi Primadona di Tahun 2022

Juni 16, 2022
877
Mie Ayam Jogja Istimewa Pak Jono

Mie Ayam Jogja Istimewa “Pak Jono” Udah Ngeksis di Pekalongan Sejak 2009

Juni 14, 2022
230
Memulai Bisnis Fotografi unutk Pemula

Mau Bikin Usaha Fotografi? Begini Caranya!

Juni 12, 2022
148
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Perjalanan aespa menemukan Black Mamba di Kwangya

Mengkaji Makna dan Tujuan Pendidikan Lewat Pemikiran Ibnu Khaldun

Fransis Pizza: Tempat Nguliner Tersembunyi Jogja yang Hanya Buka Dua Hari

Lewat Drama Shooting Stars Kita Jadi Tahu Huru-hara Dibalik Industri Hiburan Korea Selatan

Yakin Deh, Cuma Program Batik TV Ini yang Nggak Mengecewakan

Kehebatan Mobil Listrik Hyundai Ioniq 5 yang Perlu Kamu Tahu

Doa untuk Semesta

LAGI RAME

Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
3.1k
Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
4.2k
Wisata hits Purwokerto - Menggala Ranch

Menggala Ranch Banyumas, Wisata Ala View New Zealand di Jawa Tengah

Mei 25, 2022
849
Burung Kicau Terbaik 2022

Ini Lho 7 Burung Kicau yang Menjadi Primadona di Tahun 2022

Juni 16, 2022
877
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
7.2k
Sate Winong Mustofa Purworejo

10 Rekomendasi Kuliner Enak di Purworejo Tahun 2022

November 9, 2021
1.6k
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
2.5k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
30k
Landmark Dieng

Wisata ke Dieng Lewat Jalur Pekalongan

September 7, 2018
13.1k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34.8k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-POPers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In