• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
Balon Syawalan Pekalongan

Balon Udara Lebaran dan Senjata Perang Ala Jepang Melawan Amerika

Angga Panji W by Angga Panji W
Mei 20, 2021
in LOCAL WISDOM
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Pro kontra atas ‘tradisi’ Balon Udara wabil khusus di Pekalongan tiap lebaran selalu seru dan ramai dibahas setiap tahunnya.

Sekira antara pukul 06.00 sampai 08.00 pagi pada hari Syawalan. Langit-langit Pekalongan terasa menjadi medan perang, dari berbagai sudut wilayah terdengar suara ledakan, mulai dari ledakan kecil hingga “Gong” ledakan besar nyaring terdengar dengan jelas. Uniknya suara tersebut berasal bukan dari bom pesawat tempur ataupun drone militer yang melepaskan tembakan, tetapi berasal dari Balon udara beraneka warna yang diberi serangkaian petasan. Dan ini yang menjadi ciri khas Pekalongan saat merayakan hari ke-8 Bulan Syawal.

Ada kesan gengsi tersendiri antar pemuda kampung yang membuat balon udara yang digantungi rangkaian petasan ini. Ada yang beranggapan setelah Balon Udara ini dilepaskan akan menimbulkan rasa suka cita dan kepuasan tersendiri. Tidak hanya Pekalongan aja sih yang ada tradisi balon udara dengan petasan, seperti daerah Ponorogo dan Jawa Timur lainnya juga sering melepaskan Balon udara ketika lebaran, jangkuan dari Balon udara juga nggak kaleng-kaleng, bisa mencapai pulau Kalimantan lho!

Ada yang berpendapat bahwa awal mula dari tradisi melepas Balon Udara yang dilengkapi petasan ini berasal dari perpaduan 2 budaya yang sewaktu masa kolonialisme. Yakni tradisi melepas balon yang beraneka ragam bentuk dan warna oleh warga Indo-Eropa yang menetap di Kota Pekalongan saat penjajahan Belanda dulu. Sedangkan untuk Tradisi Petasannya, dibawa oleh warga peranakan Tionghoa ketika merayakan suatu hari besar mereka. Dan oleh oleh warga Pribumi Pekalongan, Kedua tradisi ini digabungkan dan tetap dilakukan turun – temurun hingga sekarang ini.

Namun jika ditelisik lebih lanjut, ada fakta sejarah yang sangat menarik dimana alat yang digunakan sangat mirip dengan balon udara yang konon menjadi budaya orang Pekalongan ini dipakai pada masa perang dunia ke-2, saat kekaisaran Jepang melawan Amerika.

Adalah Bom Balon Fu-Go, senjata rahasia antar benua pertama di dunia yang digunakan Jepang untuk membalas dendam kepada Amerika Serikat sekaligus menjadi “pembunuh misterius” dalam PD II.

Secara material dan struktur bentuk terlihat sangat mirip, yakni terdiri dari bentuk balon yang diberi muatan peledak. Dalam kasus perang Jepang ini diisi muatan Bom atau Bahan Pembakar, sedangkan dari Pekalongan diisi muatan serangkaian Petasan yang beraneka ukuran, yang terbesar berukuran kaleng cat. Nah, mungkin nih orang-orang Jawa (Pekalongan dll) membuat Balon Udara yang menjadi simbol lebaran ini dengan mengadaptasi dari Senjata perangnya si Jepang ini, tapi dari tahun kapan dan dari mana mereka mendapat informasi tentang senjata tersebut, toh internet belom ada, oh mungkin kabar dari angin kali ya.

Dilansir dari situs id.wikipedia.org, Bom Balon tersebut disebut dengan Fu-Go yang berarti balon api. Fu-Go tersebut merupakan Balon hidrogen dengan muatan bervariasi dari bom antipersonel 33 pon (15 kg), bom pembakar 26-pon (12 kg), dan empat perangkat pembakar 11 pon (5,0 kg), yang dirancang sebagai senjata murah yang memanfaatkan aliran udara di atas Samudera Pasifik dan meledakkan bom di kota-kota Amerika, hutan, dan tanah pertaniannya. Wah udah dari dulu ya negeri kakek Sugiono ini cerdik-cerdik. Bahkan negara tetangga memerika seperti Kanada dan Meksiko juga melaporkan penampakan balon api Jepang ini.

Seperti yang saya katakan pada paragraf diatas, bahan Bom Balon api Jepang ini adalah senjata pertama yang memiliki jangkauan antarbenua (kalo sekarang tuh ada istilah ICBM, Intercontinental Ballistic Missile yaitu Rudal Nuklir antar benua).

Serangan bom balon Jepang ke Amerika Utara pada waktu itu adalah serangan jarak jauh terpanjang yang pernah dilakukan dalam sejarah peperangan, sebuah rekor yang tidak rusak sampai adanya serangan Operasi Black Buck 1982 selama Perang Kepulauan Falkland.

Balon-balon itu dimaksudkan untuk menanamkan rasa takut dan teror di AS, meskipun bom-bom itu ternyata relatif tidak efektif sebagai senjata pemusnah massal karena terkendala kondisi cuaca ekstrem di Amerika sana.

Pada awalnya balon yang digunakan tersebut terbuat dari sutra karet konvensional, kemudian diganti “washi”, yaitu sebuah kertas yang berasal dari semak-semak murbei yang kedap air dan sangat tangguh. Kertas tersebut hanya tersedia dalam bentuk kotak seukuran peta jalan, jadi kertas washi dilem dalam tiga atau empat laminasi menggunakan pasta konnyaku (lem khas Jepang)

Sistem kerja dari Bom Balon Jepang ini sangat sederhana, seperti saya kutip dari situs id.wikipedia.org, Balon yang terbuat dari gas hidrogen ini mengembang ketika dihangatkan oleh sinar matahari, dan naik ke atas, kemudian berkontraksi saat bertemu udara dingin di malam hari, dan turun. Para insinyur merancang sistem kontrol yang digerakkan oleh altimeter (sebuah alat untuk mengukur ketinggian suatu titik dari permukaan laut) untuk membuang pemberat pada balon. Ketika balon turun di bawah 30000 ft (9,1 km), ia menembakkan muatan listrik untuk memotong karung pasir yang longgar. Karung pasir diangkut dengan menggunakan roda beruji empat aluminium dan dibuang dua sekaligus dalam sekali melepas untuk menjaga keseimbangan roda.

Bom-Balon-Jepang-di-Perang-Dunia-2

Demikian pula ketika balon naik di atas sekitar 11,58 km, altimeter mengaktifkan katup untuk melampiaskan hidrogen. Hidrogen juga dilepaskan jika tekanan balon mencapai tingkat kritis.

Sistem kontrol menjalankan balon melalui tiga hari penerbangan. Pada saat itu, kemungkinan balon berada di atas AS, dan pemberatnya dikeluarkan. Kilatan terakhir bubuk mesiu melepaskan bom yang juga dibawa di atas roda dan menyalakan sekering panjang 64 kaki (20 meter) yang tergantung dari ekuator balon. Setelah 84 menit, sekering menembakkan bom kilat yang menghancurkan balon, mirip balon pekalongan yang hancur ketika terkena ledakan mercon “gong”.

Bom balon Jepang ini pertama kali diluncurkan tanggal 3 November 1944. Kemudian April 1945, para ahli memperkirakan ada sebanyak 1.000 bom balon mencapai Amerika Utara, 284 di antaranya telah terlihat dan ditemukan. Namun, catatan faktualnya yang ditemukan di negara Jepang menunjukkan angka sekitar 9.000..

Akan tetapi senjata ini kurang berhasil untuk menaklukan lawan dan tidak bekerja sesuai rencana militer Jepang. Kemudian pemerintah Jepang menarik dana untuk program tersebut, di saat yang bersamaan juga pasukan Sekutu meledakkan tanaman hidrogen Jepang, yang menjadi komoditas utama untuk bahan bakar balon.

Sementara demi menjaga pertahanan dan keamanan negaranya, Mamarika menjaga kerahasiaan mengenai keberadaan bom balon yang dapat mengancam jiwa warganya. Karena jika diketahui media massa akan jadi tolak ukur keberhasilan senjata bom balon bagi Jepang. Cukup jenius pula nih Mamarika.

Namun demikian, tercatat pada tanggal 5 Mei 1945 bom balon menewaskan lima orang anak dan istri seorang pastur lokal bernama Archie Mitchell. Mereka tewas saat bermain dengan balon kertas besar saat bertamasya di dekat hutan Bly, Oregon.

Bom balon Fu-Go saat terbang
Bom balon Fu-Go saat terbang mirip balon Pekalongan

Dari cerita diatas, ternyata orang-orang kita menguasai teknologi perbalonan ini dengan baik, ya meski beberapa ada yang kurang setuju namun ini patut diapresiasi. Ya sapa tau aja di masa mendatang ketika negara tercinta kita ini harus menghadapi perang melawan tetangga, menteri pertahanan kita nggak usah mahal-mahal beli rudal, cukup bawa orang-orang dari daerah yang bertradisi ini untuk merakitkan senjata murmer untuk melawan musuh, khususon buat orang Pekalongan, jangan lupa sediakan sarapan Sego Megono + Gorengan biar makin sakpore hasilnya.

Tags: AmerikaBalon Udara PekalonganCerita Sejarah PekalonganJepangPerang Dunia 2SejarahSyawalanTradisi Balon udara

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Angga Panji W

Angga Panji W

FOUNDER
Seseorang yang ingin berkarya lewat konten digital.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
7.8k
Metode Dasar Dalam Penulisan Sejarah

Metode Dasar Dalam Penulisan Sejarah Yang Perlu Kamu Tahu

Mei 1, 2022
140
Profile Janis Joplin

Janis Joplin: Queen of Blues Berjiwa Merdeka

Desember 10, 2021
192
Menelisik Ulang Peristiwa 3 Oktober di Masa Kini

Menelisik Ulang Peristiwa 3 Oktober 1945 di Masa Kini

Oktober 10, 2021
291
Sejarah Desa Tengeng Wetan Kabupaten Pekalongan

Pangeran Lancur dan Kisah Munculnya Desa Tengeng Wetan

Agustus 10, 2021
724
Kontroversi Kamus Sejarah Indonesia Jilid 1 dan 2

Menyoal Kamus Sejarah Indonesia yang Bermasalah

April 21, 2021
266
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Belajar Bijak dari Driver Ojol Selalu Berwajah Lusuh Ketika Mengambil Orderan

Koenokoeni Cafe Gallery, Kafe Resto dengan Kearifan Lokal di Semarang

4 Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia

Tradisi Pesta Giling Tebu di Pabrik Gula Sragi, Sebuah Upacara Spesial Pengantin Tebu dan Pengantin Glepung

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Mata Uang Kripto

Mengulik Fakta Wingko Babat; Berasal dari Lamongan yang Kadung Terkenal di Semarang

LAGI RAME

Tradisi Pengantin Glepung di Pabrik Gula Sragi

Tradisi Pesta Giling Tebu di Pabrik Gula Sragi, Sebuah Upacara Spesial Pengantin Tebu dan Pengantin Glepung

Mei 18, 2022
373
Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
3k
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
6.4k
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
1.8k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34k
Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
311
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
7.8k
Makam Sapuro

Wisata Religi : Makam Habib Ahmad Sapuro Pekalongan

Agustus 7, 2016
11.6k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
29.5k
Dewi-Rantamsari-Dewi-Lanjar

Kisah Misteri Dewi Rantamsari Yang Melegenda

Oktober 16, 2018
15.6k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • LOCAL WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
    • NYASTRA
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In