KOTOMONO.CO – Kawasan Jetayu merupakan salah satu area yang banyak dikunjungi oleh warga untuk tempat hangout maupun nongkrong sekaligus bisa melakukan Wisata Sejarah di Pekalongan. Letaknya yang strategis di pusat kota dan akses yang mudah untuk berbagai macam jenis kendaraan. Tua-muda, muda-mudi semua senang berada disini. Selain terdapat Landmark BATIK yang menjadi ikonik Kota Pekalongan, juga tersedianya berbagai pilihan lapak pedagang jajanan dan penyewaan alat bermain seperti publik area pada umumnya yang menambah suasana betah untuk bersantai disini dengan keluarga, teman maupun buah hati anda.
Banyak event-event bertaraf Nasional maupun Internasional yang digelar oleh Pemerintah diadakan disini seperti Pekan Batik, HUT Kota Pekalongan dan lain-lain yang mampu menyedot perhatian warga masyarakat untuk berkunjung kesini.
Selain itu, setiap pagi di Kawasan Jetayu dijadikan area untuk berolahraga oleh warga maupun anak-anak sekolah yang letaknya tak jauh dari lokasi tersebut. Banyak juga anak-anak muda kesini ingin berfoto di Landmark BATIK atau ditaman yang hijau.
Padahal masih banyak lagi hal keren yang bisa dilakukan atau mencari spot keren lainnya yang bisa dituju ketika sobat datang kemari. Salah satunya bisa napak tilas Bangunan kuno peninggalan Belanda yang sampai saat ini masih eksis. Jadi sobat tidak hanya melihat LANDMARK BATIK saja melainkan bisa berwisata Sejarah di Kawasan Jetayu.
Dengan berkunjung ke Kawasan Jetayu Pekalongan sebenarnya sobat bisa sekaligus melakukan Wisata Sejarah di Pekalongan. Banyak gedung-gedung atau bangunan peninggalan masa kolonial yang digadang bakal menjadi cagar budayanya Kota Pekalongan yang bisa sobat kunjungi dan menambah wawasan tentang masa Pekalongan zaman dahulu.
BACA JUGA: Tahukan kamu, inilah 6 Nama Lain Kota Pekalongan!
Lokasi dari Lapangan Jetayu ini dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang bersejarah yang jarang diketahui orang banyak. Apa sajakah Bangunan Bersejarah yang ada di Kawasan Jetayu Pekalongan ini ? Mari simak lebih lanjut.
Berikut ini akan saya sampaikan Daftar Bangunan Bersejarah di Jetayu yang jarang diketahui orang khususnya anak-anak muda zaman sekarang, antara lain :
1. Rumah Jabatan Bakorwil

Bangunan ini berada di barat daya Lapangan jetayu. Gedung berarsitektur khas Eropa ini mempunyai halaman yang luas. Rumah Jabatan Bakorwil ini bisa disebut Istana karena dahulu merupakan tempat tinggal bagi Residen Belanda yang berkuasa disini. Dengan halaman belakang yang hijau dan luas, sobat bisa bebas mengeksplor tempat ini tentunya dengan izin penjaga gedung.
Rumah Dinas Residen Pekalongan dibangun dengan corak bangunan yang bergaya khas kolonial. Bentuk bangunannya umumnya simetris, bertembok tebal, dengan langit-langit tinggi, di bagian depan terdapat pilar-pilar dengan tata ruang terbuka, beratap datar dengan beranda luas, pintu dan jendela berukuran besar, dan didominanasi warna putih.
Rumah pejabat Residen Pekalongan ini mulai di bangun di era Residen J. van der Eb yang menjabat tahun 1849 – 1852. Pembangunan gedung ini dimulai sekitar tahun 1850 dan Residen George Johan Peter van de Poel adalah orang pertama kali memakai gedung ini.
Rumah tersebut saat sudah tidak lagi digunakan sebagai rumah jabatan pembantu gubernur wilayah Pekalongan karena jabatan itu dihapus menjadi Bakorwil sejak otonomi daerah bergulir pada 2001. Sejak 2017, digunakan sebagai kantor Badan Penyelenggara Pendidikan Menengah Jawa Tengah
Untuk cerita selengkapnya mengenai Rumah Jabatan Bakorwil bisa sobat baca disini.
2. Kantor POS Pekalongan

Bergeser kenanan dari Rumah Jabatan Bakorwil, sobat akan menjumpai Gedung Kantor POS Pekalongan atau nama Belandanya ialah POST KANTOOR. Bangunan tua dari zaman Belanda ini dahulunya digunakan untuk kirim surat hingga kini fungsinya tetap sama yakni mengurusi hal surat-menyurat. Yang unik dari Gedung ini adalah terdapat Jam dinding yang terpampang di depan memberi kesan yang nyentrik dan kuno.
Dalam sejarah pos di Indonesia, Pekalongan sudah termasuk jalur pos di Jawa , semenjak Gubernur Jendral VOC Baron Van Imhoff mendirikan kantor pos pertama 26 Agustus 1746, di Batavia.
Pada sepanjang rute ini dibangun 16 stasiun surat yang tersebar di:Anyer, Serang, Batavia, Bogor, Cianjur, Cirebon, Indramayu, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jepara, Rembang, Tuban, Gresik, Surabaya, Pasuruan.
Jika sobat ingin membaca lebih lanjut mengenai riwayat Kantor POS Pekalongan, sobat bisa membaca selengkapnya disini.
3. Gedung PT. Pertani Pekalongan

Selanjutnya ke arah utara dari Lapangan Jetayu, sobat bisa eksplor bangunan-bangunan bersejarah salah satunya adalah Gedung Pertani atau National Hundles Bank. Gedung ini merupakan bank yang dibangun oleh Belanda untuk mengatur keuangan dari hasil perdagangan gula antara Hindia-Belanda dengan Kerajaan Belanda yang ada di Eropa sana. Meski bangunannya tidak begitu megah namun fungsinya yang amat penting membuat Gedung ini layak untuk kita ketahui riwayatnya. Untuk selengkapnya akan saya update pada lain kesempatan.
Sistem tanam paksa membuat Pekalongan menjadi salah satu daerah ladang gula, demi kelancaran pengiriman uang maupun keperluan transaksi lainya membuat Pemerintah Hindia Belanda di Pekalongan mendirikan Bank sekitar akhir abad 19. Bank ini kemudian tutup menjelang kedatangan Jepang di Pekalongan Desember tahun 1941.
Awalnya pada tahun 1828, Pemerintah kolonial di Batavia mendirikan Bank yang berfungsi mengatur jalanya perdagangan antara Hindia Belanda dengan Kerajaan Belanda. Mereka kemudian mendirikan Bank di Cilacap, Tegal dan Pekalongan, Bank ini untuk memudahkan pengaturan keuangan hasil penjualan gula dan hasil bumi di Pekalongan.
Pada tahun tahun 1957, gedung bekas Bank ini pernah dibeli oleh seorang Tionghoa namanya Tjiong Tjam Tjian.Karena pergolakan perang belum selesai, maka pada tahun 1961 di jual pada R. Ram Hadi Wijaya.Sekarang digunakan oleh perusahaan BUMN, PT.Pertani sejak tahun 1970an
BACA JUGA: 3 Ciri Khas Bahasa Wong Pekalongan yang Wajib Anda Ketahui
4. GOR Jetayu Pekalongan / Sositet (Delectatio)

Gedung ini merupakan pusat bagi kegiatan Olahraga di Kota Pekalongan, banyak event yang diselenggarakan pada tempat ini seperti POPDA Silat, Basket, Futsal dll. Namun siapa sangka jika riwayat Gedung ini dahulunya digunakan sebagai tempat pemanggilan arwah kaum Freemansonry atau gerakan Vrijmetselarij atau bahsa lokalnya Loji dengan kedok persaudaraan kemanusiaan tanpa membedakan agama, ras, warna kulit dan gender. Tetapi ajaran sesat ini mendapat penolakan keras dari masyarakat Pekalongan karena dalam ritualnya harus berteriak-teriak untuk memanggil arwah. Oleh karena itu orang Pekalongan menyebut gedung ini sebagai Gedong Setan. Tetapi zaman sudah berubah, gedung ini menjadi GOR Jetayu yang aman dan nyaman tak ada kesan angker disini.
Tempat ini kemudian berubah nama menjadi “Delectatio” yang kemudian digunakan sebagai tempat orang Indo Eropa mencari hiburan. tempatnya cukup megah. Di dalam terdapat bar, billyard room, panggung maupun lantai dansa. Setelah merdeka, sempat berganti nama menjadi sositet digunakan sebagai gedung pertemuan maupun pertunjukan kesenian.
Grup teater modern terkenal yakni Miss Ribut Orion pernah mengawali karirnya dari pementasan di gedung ini. Juga Bapak Hoegeng Iman Santoso pernah mengawali karir musik yang tergabung dalam grup band juga tampil disini. Nama Sositet masih melakat hingga tahun 1980an, Pernah juga digunakan sebagai salah satu kampus Unikal hingga tahun 2000an.
Namun pada tahun 2003 gedung tersebut di ubah oleh Pemkot menjadi Gedung Olah Raga dan Kesenian Jetayu. Sekarang bagian belakang mulai di bangun sebagai Pusat Inovasi Budaya Batik.
5. Gedung Batik TV Pekalongan

Awalnya di gunakan sebagai kantor dari sebuah badan yang mengurusi masalah pendidikan dari TK hingga setingkat SMP.(Kindergarten, HIS, MULO) pada masa kolonial, Setelah merdeka digunakan untuk Kantor Tjawatan Pendidikan. Seiring berjalannya waktu Gedung ini pernah digunakan sebagai kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekalongan, kemudian sebagian kantornya pernah digunakan sebagai studio Radio Kota Batik tahun 1980 an s/d 1990an, Pernah juga digunakan sebagai kantor Pariwisata. Dan kini Gedung mungil diantara Museum Batik dan Gor Jetayu ini di gunakan sebagai Kantor BatikTV sejak tahun 2012.
6. Museum Batik Pekalongan

Gedung ini tepat berada di timur Lapangan Jetayu, nampak mencolok dengan tulisan “Museum Batik” yang berada diatasnya. Ini merupakan satu-satunya Museum yang ada di Pekalongan, menampilkan koleksi batik-batik dari seluruh Nusantara mulai dari yang kuno alias tua hingga yang modern. Nampak arsitektur gedung ini khas zaman kolonial, meski berusia sudah ratusan tahun namun nyatanya gedung ini masih kokoh dan eksis hingga saat ini. Bagi sobat yang pernah berkunjung ke Museum Batik Pekalongan pasti belum tentu tahu tentang sejarah dari Gedung yang di gunakan Museum Batik Pekalongan ini. Untuk itu sobat bisa membacanya disini.
7. Benteng Pekalongan (Fort Peccalongan)

Kota Pekalongan ternyata memiliki sebuah benteng peningalan VOC, yang lokasinya terletak di pinggiran kali Loji. Benteng dengan luas 5.170 m2 di bangun sebagai bagian pertahanan serta untuk perluasan wilayah kekuasaan VOC di pesisir Pekalongan.
Pembangunan Benteng Pekalongan ini merupakan awal dari tonggak mulainya penjajahan VOC di tanah Pekalongan. Benteng atau Fort Peccalongan ini dibuat 1754, atau dua tahun sebelum perjanjian Giyanti,artinya Belanda licik dengan lebih dulu menjalankan siasat sebelum melakukan perjanjian dengan Keraton Mataram Islam yang akhirnya harus terpecah mejadi Kraton Yogyakarta Hadiningrat dan Kraton Solo. Atas fakta tersebut Benteng Pekalongan jelas lebih tua keberadaannya dibanding dengan Benteng Vredeberg Jogja maupun Vastenberg Solo.
Bukti keberadaan benteng, tertuang dalam lukisan Johannes Rach (Denmark) , seorang anggota pasukan Alteleri VOC. Yang datang melukis tahun 1772. Sisa Benteng masih ada di pojok dekat dengan penjagaan atau tepat didepan Pabrik Limun Oriental.
Benteng atau Fort Pecalongan berada di dekat sungai Kupang yang membelah wilayah Pekalongan dan hingga kini bentengnya masih terlihat kokoh berdiri (sekarang di gunakan untuk Rumah Tahanan Pekalongan sejak tahun 1950). Sobat bisa membaca tulisan lainnya tentang Benteng Pekalongan disini
8. Pabrik Limun Oriental

Awalnya di buat keluarga Nyo Giok Lin di Kedungwuni, dijual keliling kampung dari rumah ke rumah hingga produknya banyak peminat kemudian Nyo Giok Lin pindah untuk mendirikan pabrik ke daerah kampung Bugisan (alamat pabrik yang saat ini). Berlokasi di belakang Lapas Pekalongan kota atau masuk dari jalan antara Batik TV dan Museum Batik 50 meter kiri jalan.
Pembuatan merknya sekitar tahun 1923 desain logo merk pada botolnya dibuat oloeh yang empunya. Hingga saat ini pabrik limun Oriental sudah generasi ketiga.
Selain memproduksi minuman Limun ( Softdrink ), perusahaan ini juga pernah memproduksi Kopi Oriental dan Rokok cap Della, tetapi usaha rokok berhenti pada tahun 1965. Dan pada tahun 1979 perusahaan juga mengembangkan teh merk Oriental dalam bentuk kemasan botol, hingga kini masih diproduksi. Selengkapnya mengenai Pabrik limun Oriental bisa sobat baca disini
9. Jembatan Loji

Berbeda dengan bangunan-bangunan bersejarah lainnya yang ada di Jetayu yang berbentuk gedung menjulang diatas tanah, ada satu bangunan yang berada diatas arus sungai dalam bentuk Jembatan yang bernama Jembatan Loji atau Brug Lodge, dalam bahasa lokalnya disebut dengan Brug Loji.
Sungai yang merupakan urat nadi bagi perekonomian penduduk Pekalongan zaman dahulu (masa Hindu Jawa, ke masa Islam hingga masa kolonial). Pada masa kolonial, Sungai Loji masih digunakan sebagai sarana lalu lintas yang menghubungkan daerah pedalaman dan daerah pesisir.
Nah, Jembatan Loji salah satu bangunan cagar budaya di Kota Pekalongan, yang dibangun pada masa pemerintah kolonial Hindia Belanda. Jembatan ini adalah sebagai penghubung antara pelabuhan dan pusat kota. Awalnya jembatan masih terbuat dari kayu namun, seiring dengan perubahan jaman, tampilannya pun berubah.
Jembatan di bangun membentang di atas Sungai Kupang ini di perkirakan dibangun pertengahan akhir abad 19. Sebagai sarana penyeberangan sepanjang 90 meter di depan bekas Benteng VOC yang merupakan kantor niaga pemerintah kolonial Belanda dan Pasar loji.
Arti kata Loji atau Lodge berarti gedung besar sebuah organisasi persaudaraan yang asal-usulnya tidak jelas antara akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17 atau yang di kenal dengan sebutan Freemasonry. Sebuah gerakan zionis yang dipimpin seorang Yahudi dari Rusia, Nyonya Helena Blavatsky
Brug ini mempunyai cerita unik ketika proses pembuatannya. Untuk selengkapnya mengenai Brug Loji ini bisa sobat baca disini.
8. Gereja Santo Petrus
Gereja yang menjadi tempat ibadah umat kristiani ini terletak di sebelah Jembatan Loji ternyata telah berdiri sejak 1935. Peletakan Batu pertama dilakukan oleh J. Van Rooyen MSC pada 4 Agustus 1935 sedangkan pemberkatan dilakukan oleh Mgr. BJJ Visser MSC pada tanggal 15 Desember 1935. Hampit seabad bangunan ini berdiri hingga kini terus digunakan sebagai tempat ibadah yang nyaman oleh pemeluk agama nasrani di Pekalongan.
9. Kampung Arab Sugih Waras

Sejak tahun 1950, kawasan Arab Sugih Waras di Jl.Surabaya – Jl.Semarang menjelma menjadi pusat perdagangan batik , bahan-bahan baku batik dan tenun. Pada masa itu batik, menjadi komoditas dagang utama, selain sarung palekat dan tenun.
Di Kampung arab Sugih Waras ini merupakan saksi sejarah bagi pasar batik yang menunjukan kejayaan batik dan koperasi batik Pekalongan pada masa orde lama. Pada masa itu harga kain mori diseluruh Indonesia, di tentukan harga di pasar di kampung arab ini.
Selain itu disini juga merupakan Real Estate Masa Kolonial, Tahun 1900 mulai dibangun real estate oleh 3 keluarga yaitu Argubi, bin Yahya dan bin Shihab. lokasi rumah di pas perempatan Jl. Semarang – Jl.Surabaya.
Di Lokasi itu juga ada sebuah masjid yang dibangun sekitar tahun 1854, oleh seorang saudagar dari Hadramaud, yaitu Sayid Husein Bin Salim. Bentuk arsitekturnya merupakan khas seni Arab, hal ini dapat kita lihat pada bentuk menaranya. Silahkan bisa dibaca mengenai Cerita Sejarah Masjid Wakaf Pekalongan disini
Selain diatas ada juga Peternakan Sapi (sekarang Batik Madu Bronto) yang dahulu merupakan penyuplai Susu Segar terbesar semasa Kolonialisme Belanda di Pekalongan, hingga saat ini pun masih ada tapi tak sebesar dahulu.
10. Kampung Pecinan Pekalongan

Hampir sama seperti Kampung Arab Surihwaras yang mempunyai Gapura ketika hendak memasuki wilayahnya, di Wilayah Pecinan Pekalongan pun juga ada Gapura serupa yang bernama Pintu Dalem. Sebelum dihilangkan oleh pemerintah, Gapura Pintu Dalem ini terletak di sebelah Gereja Santo Petrus dan Jalan Belimbing, selain digunakan akses masuk satu-satunya ke Pemukiman Tionghoa Pekalongan, Gapura ini ketika malam akan dijaga oleh penjaga yang khusus mengawasi setiap orang yang akan masuk. Sobat bisa membacanya mengenai perihal Kampung Cina di Pekalongan Disini
Ketika tahun baru Imlek dikawasan Pecinan ini selelu mengadakan Festival Pintu Dalem yang merujuk pada keberadaan Gapura ini. Kenapa saat sekarang ini kita tidak bisa lagi melihatnya Gapura ini ? karena telah dibongkar untuk pelebaran jalan, Selain itu yang jelas telah dihilangkan oleh Pemerintah karena tidak dibangun lagi ketika pelebaran jalan.
Selain ada Gapura ini, ada juga Rumah Beskal atau Jaksa pada masa Kolonial dulu dan Rumah Kediaman Keluarga Kapiten Thao yang merupakan donatur bagi pembangunan Klenteng Pho An Thian yang akan dijelaskan dibawah ini.
11. Klenteng Pho An Thian

Tepat berada di balakang Gereja Santo Petrus berdiri bangunan yang merupakan tempat ibadah umat Budha di Pekalongan yakni Klenteng Po An Thian. Lokasi klenteng ini berada di kawasan kampung Pecinan. Setiap perayaan Cap Go Meh tahun baru imlek suasa disini akan ramai dengan masyarakat melaksanakan pawai Gi Ang atau mengarak Dewa-dewa mereka di sekitar kampung. Sebagian besar masyarakat mempercayai kalau Klenteng Po An Thian ini didirikan tahun 1882 silam. Nama Pho An Thian berasal dari Bahasa Hokkian atau Bao An Dian dalam bahasa Mandarin yang berarti “Istana Mustika Keselamatan”. Cerita detil mengenai Sejarah Klenteng Pho An Thian Pekalongan bisa sobat baca disini.
12. Tugu Mylpaal
Bangunan bersejarah yang terakhir adalah Tugu Mylpaal yang berada di selatan Lapangan Jetayu. Tugu ini merupakan penanda titik tengahnya jalan POS yang dibuat oleh Daendels, Myl atau Milj berarti satuan panjang 1 mil,sedangkan paal berarti tiang. Jadi bisa diartikan jika Miljpaal atau Mylpaal merupakan titik nol kilometer dari Kota Pekalongan. Bangunan tugu ini berbentuk kubus yang memanjang, hingga saat tulisan ini ditulis warnanya putih. Sempat terjadi insiden vandalisme pada bangunan ini yang dilakukan anak alay sehingga oleh inisiatif kawan-kawan pemerhati sejarah melakukan cat ulang. Untuk informasi selengkapnya tentang Tugu Mylpaal ini bisa dibaca disini.
BACA JUGA: Bukti Pekalongan Poros Tengahnya Pulau Jawa
Dengan banyaknya bangunan cagar Budaya yang ada disini, maka pemerintah Kota Pekalongan menyebutnya sebagai Kawasan Budaya Jetayu. Sebutan ini sangat cocok dengan keadaan yang sebenarnya dimana banyak berdiri gedung-gedung bersejarah, kemudian sebagai pubik area yang banyak didatangi orang dan tempat untuk menggelar pesta maupun kesenian rakyat Pekalongan.
Dan Pemerintah kota juga membangun jalur “Heritage Walk” guna menunjang sobat untuk menyusuri seluruh kawasan Budaya Jetayu yang kaya akan nilai Sejarah, Religius dan Budayanya. Bagi kawan-kawan cinta sejarah dan cagar budaya sangat cocok jika ingin menelusuri sejarah yang ada di Pekalongan lewat Heritage Walk ini. Mari kita jaga dan lestarikan Cagar Budaya yang ada di Kota tercinta ini agar tetap bisa dinikmati generasi yang akan datang. Segala bentuk pengrusakan (corat-coret dll) merupakan tindak pidana yang bisa menjebloskan kita ke penjara.
Demikianlah Daftar Bangunan Bersejarah yang ada di Jetayu Kota Pekalongan. Semoga dengan membaca ini bisa menambah pengetahuan tentang Pekalongan tempo dulu. Mohon maaf jika sejarah yang ada disini merupakan penginggalan dari Belanda bukan dari aseli Kerajaan Jawa. Jika Tuhan berkehendak akan saya release juga peninngalan-peninggalan aseli Nusantara yang ada di Pekalongan.
Berikan komentarmu