KOTOMONO.CO – Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi pelaku usaha ketika dapat orderan untuk pertama kalinya via aplikasi online. Hal itu yang saya rasakan ketika pertama kalinya dapat orderan makanan lewat aplikasi go-food. Apalagi saya yang notabene hanya resto rumahan dan tidak punya pengalaman apapun soal seluk -beluk dunia food and beverage. Dengan cepat saya membuatkan orderan sesuai pesanan yang ada di aplikasi karena saya takut driver datang lebih dulu sedangkan saya belum selesai.
Tidak lama berselang setelah selesai membuatkan pesanan munculah driver gojek yang datang ke rumah. Ada sesuatu yang mengganjal di perasaan saya ketika driver gojek itu membawa pesanan yang telah saya berikan. Raut wajahnnya yang menunjukan suasana tidak nyaman, hal ini membuat saya bertanya-tanya apa sebabnya. Apakah ini karena pelayanan saya kurang maksimal atau udah malas duluan ketika dijalan?
Saya yang penasaran berusaha untuk menggali informasi lebih dalam mengenai dunia per-ojolan. Saya berinisiatif untuk mencoba mencari tahu dan menanyakan hal itu di forum perkumpulan driver ojol di sosial media facebook. Ada satu komentar menarik yang mengatakan bahwa intinya driver akan nyaman jika diberikan fasilitas tertentu oleh pihak resto ketika menunggu orderan. Dari beberapa komentar yang ada membuat saya berpikir bagaimana membangun hubungan baik antara driver dan merchant.
Saya mungkin tidak ada masalah jika harus memberikan fasilitas tertentu bagi para driver ojol yang mengambil orderan di tempat saya, seperti harus menyediakan wifi untuk internetan atau sekedar menyediakan segelas minuman gratis untuk mereka. Menurut saya hal itu akan memberikan kesan yang baik dan mempermudah saya untuk menjalin hubungan baik ke sesama mitra. Harapannya ketika ada orderan yang nyantol driver akan dengan senang hati mengambilnya.
Sebenarnya kalau dilihat dari status merchant sama driver itu hanyalah sebatas mitra dan merchant tidak ada kewajiban untuk memberikan fasilitas lebih kepada driver. Mungkin untuk beberapa merchant akan merasa keberatan ketika resto mereka merupakan resto besar, yang mana mereka tidak hanya melayani orderan online saja. Lalu bagaimana nasib driver jika berada di posisi seperti itu ? Jangankan bisa duduk, wong antri saja mereka harus berdesak desakan dengan driver lain. Belum lagi driver harus nunggu sampai berjam-jam kalau resto itu lagi ramai orderan, kan bisa bikin moodnya jadi jelek ya kan?
BACA JUGA: Sekelumit Tentang Kampung Naga, Kampung Unik Tanpa Modernisasi di Tasikmalaya
Saya malah jadi teringat dengan kasus resto Mie Gacoan Semarang yang sempat ada masalah antara tukang parkir dan driver ojol. Dengar-dengar sih masalahnya karena soal keberatan uang parkir di resto tersebut. Upah driver itu tidak seberapa, paling berkisar diangka 8 ribu-10 ribu. Jelas hal ini akan memberatkan kalau harus bayar 2 ribu untuk sekali parkir. Bahkan sampai sekarang polemik uang parkir ini selalu menjadi concern dalam dunia per-ojolan.
Dari semua masalah yang ada, saya malah jadi curiga kalau para driver ini suka meluapkan emosinya ke resto rumahan. Para driver tau kalau mengambil orderan ke resto rumahan mereka bisa lebih santai. Tapi ya namanya resto rumahan management mereka pasti tidak seprofesional resto besar, terutama dari segi waktu pembuatan orderan. Di sisi lain driver juga ingin mengejar waktu agar bisa menutup point insentif dengan cepat. Beberapa driver yang pernah mengambil orderan di rumah saya kebanyakan mengeluh soal ini. Padahal kalau sama-sama nunggu juga masih lama nunggu orderan di resto yang ramai daripada resto rumahan.
BACA JUGA: 4 Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia
Sebagai merchant yang bertanggung jawab terhadap makanan customer, kita malah jadi was-was ketika menemukan driver ojol yang gak sabaran seperti ini. Sudah ngambilnya sambil mprengut, takutnya lagi kalau makanan yang dibawa jadi gak beres gara-gara driver ojol yang moodnya lagi jelek. Terus kalau seperti itu siapa yang dirugikan ? tentu saja kita, pihak resto. Rating resto di aplikasi jadi jelek dan efeknya bakalan jadi sepi orderan.
Tetapi sih memang tidak semua driver yang saya temui bersikap seperti itu. Kadang ada yang ramah super ramah bahkan terkadang ada driver yang sering mengobrol dan curcol tentang keseharianya. Saya yang merasa terlibat dalam keluh-kesannya, akan dengan senang hati menyuguhkan minuman hanya untuk sekedar menghilangkan dahaganya. Point pentingnya kita hanya perlu saling menghargai saja. Karena bagaimana pun merchant dan driver itu saling membutuhkan.
Komentarnya gan