KOTOMONO.CO – Mendengar nama Soekarno, segala hal bisa dideskripsikan. Bapak proklamator, Pemimpin bangsa, orator ulung, singa podium dan masih banyak lagi. Baginya sendiri, ia dipuja bagai dewa juga dikutuk bagai bandit. Seperangkat hal ini didapatkan nya akibat dari perjuangan memerdekakan Indonesia.
Tak jarang ia dicecar wartawan asing akibat perilaku politik yang dianggap menyimpang. Namun, bagi mereka yang merasa nasibnya diperjuangkan, tetap menaruh cinta pada sang proklamator.
Kisah – kisah bung karno memang selalu menarik untuk dikenang, walau diceritakan sesering mungkin. Seperti menimbang air di sumur yang tak pernah kering, meskipun ditimba sesering mungkin. Sosoknya yang terkenal begitu dinamis juga telah meninggalkan berbagai kesan bagi siapapun yang mengenalnya.
Salah satu yang paling disorot orang adalah kepribadian bung karno yang punya banyak wanita. Tercatat, jumlah istri beliau mencapai 9 orang.
Dari sekian banyak kisah cintanya, bung karno mengaku bahwa ia sudah mengenal cinta sejak usianya menginjak 14 tahun. Tepatnya saat bersekolah di Inlandsche School (Sekolah Rendah Belanda ), untuk pertama kalinya soekarno kecil mulai menabung asmara.
Masa sekolah bung karno memang tidak seceria karir politiknya. Saat itu, tidak semua anak pribumi bisa mengenyam pendidikan belanda. Profesi ayah soekarno sebagai seorang pegawai gubermen Hindia Belanda, menyebabkan ia bisa mendapatkan satu tiket masuk Inlandsche School.
Dikarenakan tidak banyak anak – anak pribumi yang mengenyam pendidikan belanda, dan juga seorang inlander, dia sering mendapatkan perlakuan diskriminatif dari anak – anak belanda. Bung karno membalas mereka dengan memacari gadis – gadis belanda. Lagi pula apa yang membuat ia tidak percaya diri. Wajahnya tampan, ia juga pintar dan sejak dini punya jiwa kepemimpinan.
Siapa sangka sosok yang kemudian dikenal sebagai seorang yang pemberani, di masanya beranjak remaja pernah menggigil ketakutan saat ketahuan ayahnya jika sedang mendekati seorang gadis belanda bernama Rika Meelhusuysen.
Rika adalah teman sekolahnya sendiri. Walau dalam keadaan mabuk asmara, Kusno (nama kecil soekarno) tidak berani terang – terangan, karena takut ketahuan ayahnya. Namun sial mendapati soekarno di suatu sore. Soekarno kepergok ayahnya saat sedang berjalan – jalan dengan Rika.
Seperti yang dikutip dari buku Otobiografi Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams, bung karno menceritakan hal ini
“Aku berumur empat belas tahun dan tidak ragu lagi hatiku yang muda ini tertambat pada Rika Meelhuysen, seorang gadis belanda. Pada suatu sore aku berjalan – jalan naik sepeda dengan Rika Meelhuysen dan ketika membelok di ujung jalan – bang – kami tepat menubruk bapak. Aku menggigil karena takut“
BACA JUGA: Pentingnya Kerja Sama Orang Tua dalam Mendampingi Pertumbuhan Anak
Sepandai – pandai tupai melompat, pasti jatuh juga. Bung karno yang kala itu memendam perasaan serta banyak modus misal dengan sengaja membawa buku – bukunya rika, sengaja lewat depan rumahnya pada akhirnya terpojok.
Bukan berarti bung karno tidak beralasan mengapa ia tidak berani jujur. Tapi menurutnya, posisi rika sebagai seorang gadis belanda, berkulit putih yang tentu sangat dibenci pribumi.
Hal ini juga diceritakan pada buku yang sama.
“Aku membawakan buku – bukunya, aku dengan sengaja berjalan melalui rumahnya, karena mengharapkan sekilas pandang dari dia. Dan nampaknya aku secara kebetulan berada dimana dia ada. Cintaku ini kusimpan dalam kalbuku sendiri. Aku takut mengucapkan sepatah kata, karena takut ketahuan oleh orang tuaku. Aku yakin, bahwa bapak akan sangat marah kepadaku kalau sekiranya aku bergaul dengan anak gadis kulit putih “
Ayah soekarno, Raden Soekemi Sostrodiharjo, memang mendidik soekarno dengan disiplin tinggi. Wajar jika bung karno sangat takut sama ayahnya. Bung karno pernah dirotani sang ayah karena pulang terlalu larut.
BACA JUGA: Jika Kita Bisa Memilih, Pengennya Jadi Anak Pertama, Tengah, atau yang Bontot?
Takut hal serupa akan terjadi lagi padanya membuat soekarno sempat berpikiran untuk tidak pulang ke rumah dahulu. Pada akhirnya soekarno menyerah dan memutuskan diam – diam menyusup ke rumah dalam keadaan masih gemetar ketakutan.
Raden Soekemi, yang mengetahui anaknya sudah berada di rumah segera menghampi lalu berkata “ Nak, jangan kau takut tentang perasaan ku terhadap teman perempuanmu itu. Itu baik sekali. Pendeknya hanya dengan jalan itu engkau dapat memperbaiki bahasa Belandamu“.
Benarlah kata pepatah Sekejam – kejamnya harimau tidak mungkin memakan anaknya sendiri . Begitu juga sikap raden Soekemi terhadap anak semata wayangnya itu. Kedisiplinan yang ditanamkan ayahnya tidaklah lain untuk kebaikan bung karno itu sendiri. Perlakuan semacam itulah yang menemani proses bung karno hingga kemudian menjadi proklamator kemerdekaan.
Ayahnya sangat ingin mengirim anaknya ke sekolah tinggi belanda walaupun kondisi ekonomi keluarga kecil mereka sangat berkecukupan. Atas dasar itu jugalah ia tidak memarahi bung karno yang sedang mendekati Rika. Ayahnya sadar jika kemampuan bahasa belanda bung karno membaik jika terus mengobrol dengan Rika
Kemampuan bahasa belanda memang menjadi syarat utama jika ingin melanjutkan jenjang pendidikan. Dengan kemampuan bahasa belanda yang baik, soekarno bisa melanjutkan pendidikan belanda ke jenjang berikutnya yakni Europeesche Lagere School.
Dari Soekemi Sostrodiharjo, kita bisa belajar pola pendidikan seperti apa yang seharusnya dibangun dalam lingkungan keluarga. Selain seorang anak diberi cinta kasih yang didapatkan dari seorang ibu, dia juga harus diajari tentang kedisiplinan, ketegasan, dan rasa bertanggung jawab dari sosok ayah.
Seorang anak juga tidaklah mesti dikekang kebebasan nya. Walau garang, ayahnya sadar bahwa usia bung karno saat itu memasuki remaja, tentu sudah memiliki rasa ketertarikan ke lawan jenis. Selama masih pada jalurnya dan malah membuat si anak berkembang kenapa tidak dibiarkan saja sambil diawasi dengan cara – cara lain yang lebih edukatif.
Selain itu, peran seorang ayah dalam kebudayaan timur yang bertanggung jawab atas kesejahteraan dan masa depan keluarganya sangat patut dicontohi juga. Misalnya Sosok Soekemi sostrodiharjo yang sangat memprioritaskan pendidikan bagi anak – anak nya, walaupun taruhan nya adalah kenikmatan dan kemewahan hidup sebagai seorang pegawai gubermen sekaligus keturunan bangsawan.
BACA JUGA: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Itu Perlu Diperhatikan lho!
Jikalau ia egois dan tidak visioner saja, maka ia bisa mengalihkan penghasilan yang diperoleh ke kebutuhan rumah tangga dan kesenangan – kesenangan sesaat seperti lelaki pada umumnya, maka sangat kecil kemungkinan indonesia memiliki sosok bung karno yang seperti kita kenal.
Ibarat, buah jatuh tidaklah jauh dari pohon nya. Apa yang bung karno miliki juga warisan ayahnya. Bisa jadi sikap, idealisme, pola dan model mendidik anak yang dibangun soekemi sostrodiharjo menjadi prototype bapak – bapak indonesia dalam membangun keluarga kecilnya, agar kedepan kita bisa kembali melahirkan putera – putera sang fajar yang baru.
Komentarnya gan