KOTOMONO.CO – Banyak calon atau konten kreator pemula yang masih belum cukup memahami apa video vlog atau yang biasa dikenal dengan Vlogging. Umumnya, mereka mengenali vlog itu jika dan hanya dalam sebuah video menampilkan wajah seorang yang berbicara di depan kameranya yang tidak jarang diawali dengan kata “Halo gaes di video kali ini… bla bla bla”. Anggapan mereka tidak salah, cuman kurang luas dan dalem saja.
Video seperti yang disebutkan tadi termasuk dalam jenis vlog dengan “Hi Guys Method”. Ini terungkap saat sesi acara Workshop Vlogging 101 yang dibawakan oleh Mahendrayana ST pada Sabtu (06/11) sore di aula Museum Batik Pekalongan.
Kegiatan ini merupakan salah satu dari sepuluh rangkaian kegiatan workshop bareng komunitas yang diselenggarakan oleh Museum Batik Pekalongan dalam rangka memperingati Hari Museum Sedunia.
Di acara itu, saya datang tepat pukul 15.30. Pas saya masuk ruang aula, eh sudah terlihat beberapa peserta yang menempati ruangan. Mereka duduk berlesehan sambil memeriksa workshop kit yang dibagikan panitia plus satu dus snack berwarna putih sebagai bekal cemilan mereka di sini.
Sedikit obrolan ringan mengisi jeda waktu. Saya menyapa dan berbasa-basi dengan siapapun yang saya temui. Tak lama, sekitar sekitar setengah jam kemudian, acara dimulai. Mas Mahendra yang rupanya jadi mentor kali itu. Dia adalah pentolan dari Komunitas Sinematografi Pekalongan.
Boleh dikata, beliau bukan orang sembarangan. Khususnya, dalam dunia vlog. Namanya sudah dikenal di Pekalongan bahkan di tingkat nasional. Beberapa prestasi yang ia peroleh di bidang vlog antara lain juara 1 Sinarmasland Drone Video Competition tahun 2019 hingga terakhir mendapat juara 2 lomba vlog yang diadakan oleh lippo Mall Kemang tahun 2020. Sangat tepat jika 23 peserta muda-mudi ini mau belajar dari beliau.
Mula-mula, Mas Mahendra menyampaikan tentang apa itu vlog? Lalu, apa saja jenisnya? Ciri-ciri tiap jenis vlog apa saja, dan tentu perbedaan vlog dengan Sinematografi atau film.
Ups! Ternyata vlog itu ada bermacam jenis dan modelnya. Yang paling sederhana dan cukup banyak bersliweran di youtube, namun kita nggak ngeh itu konten-konten review produk di TikTok, IG atau sosmed lainnya.
Setelah diantar untuk memahami definisi dan jenis vlog, Mas Mahendra lantas mengajak peserta untuk menggali passion mereka. Kenapa mereka pingin banget bikin vlog dan bagaimana cara mempelajarinya.
Seorang peserta berkerudung hitam mengungkapkan uneg-unegnya. Ia mengaku sudah sering membikin video-video pendek. Hanya, ia kerap memainkan cut video + transisi dengan teknik sederhana. Dengan polos, ia juga mengaku, jika sampai sore itu masih bingung mau menempatkan video-video tersebut di platform apa sebagai sarana distribusi yang pas baginya.
Mahendra pun sedikit memberikan gambaran dengan menjelaskan bahwa semua itu tergantung kebutuhan atau jenis video yang kita buat. Jika video panjang, platform yang paling cocok ialah Youtube. Sedangkan video durasi pendek cukup di Instagram atau TikTok.
Lain lagi dengan peserta cowok yang cukup ngganteng ini, ia mengaku sudah beberapa kali membuat video vlog. Pengalaman dari banyak vlog yang ia bikin, beberapa videonya masuk dan ditayangkan di stasiun TVRI Jawa Tengah. Ia juga mengaku mendapatkan honorarium atas video tersebut.
Namun sayang, sesi tanya jawab itu harus terkendala dengan soundsystem yang beberapa kali mengganggu dengan suara “Ngiiiingg-nya”.
Menurut Mahendra soal ide konten boleh dari mana saja dan apa saja, Bahkan meniru ide dari vlogger atau konten kreator lainpun sah dan boleh saja. “Itu sebagai Inspirasi. Tapi untuk menghargai, etikanya jangan sama persis,” ungkapnya.
Setelah satu jam acara berjalan, sebagian peserta mulai nampak kehilangan fokus. Jari-jari mereka tampak mulai asyik dengan ponsel mereka, ngemil snack, ada pula yang ngobrol dengan teman di sebelahnya. Beberapa lainnya masih tetap fokus memperhatikan setiap penjelasan dari pemateri.
Nah agar suasana dapat mencair dan sedikit rileks. Mahendra pun melanjutkan ke tahap sesi sharing atau tanya jawab perihal ide konten apa yang ingin dibuat setelah mengikuti workshop ini.
Seorang siswa SMAN 3 Kota Pekalongan yang kebetulan ikut jadi peserta menyampaikan gagasannya ingin membuat video tentang kepahlawanan pada 10 November nanti. Kemudian ada yang ingin membuat konten gaming, juga ada yang ingin bercita-cita membuat konten bertemakan highlights sepak bola mengingat pecinta bola di tanah air ini sangat tinggi.
Sayang, sore itu peserta tidak bisa mempraktikan materi-materi yang disampaikan. Waktu yang sangat terbatas menjadi kendala utama. Sebagai gantinya peserta diperlihatkan sebuah video vlog sinematik karya dari teman sang pemateri, Mahendra.
Selesai acara saya berkesempatan mewawancara beberapa peserta, salah satunya mengaku bernama Wildan yang berasal dari Kajen. Ia sengaja datang kesini untuk menambah wawasan dan memecahkan persoalan konten untuk channel youtubenya.
“Aku kan main di youtube. Nah youtube aku tuh awalnya pengennya tentang podcast, game sama musik. Tapi kok untuk produksinya susah, sedangkan untuk youtube kalau lama nggak posting kan ibarat harga iklannya turun, Nah kayaknya kalau bikin vlog itu bisa cepet. Makanya ini cari tahu vlog itu apa, vlogging yang bagus itu gimana,” beber pemilik channel Boy Wildan yang mengaku baru mendapat 3.500 subcriber ini dengan santai.
“Ini pas banget, subhanallah dapet clip-on. Aku tuh baru kemarin mau beli clip-on satu lagi ternyata dapet dari sini”, imbuhnya sembari ketawa terkekeh-kekeh ketika membuka workshop kit yang ia dapat.

=====================
Reporter : Angga Panji Wijaya
Editor : Ribut Achwandi
Komentarnya gan