• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
Lampu Merah Perempatan Ponolawen

Ngeri-ngeri Sedap di Lampu Merah Ponolawen

Betapa Dongkolnya Saya Ketika Lewat Jalan Mas Mansyur dan Gatot Subroto

Muhammad Arsyad by Muhammad Arsyad
Februari 1, 2021
in NYAS-NYIS
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Meski tidak terlalu sibuk, boleh dibilang saya adalah orang yang cukup sering bepergian macam anggota dewan. Bedanya kalau mereka bepergian ke luar kota atau luar negeri, saya ke luar kecamatan. Sama-sama ke luar, tapi beda ongkos.

Karena itulah, saya sering berada di jalan raya. Bukan… bukan… saya bukan Silverman, PGOT, atau sebangsanya. Bukan pula pengamen dan pedagang asongan yang kini juga jualan masker.

Saya sekadar pengendara motor biasa. Mungkin sama seperti anda, atau boleh jadi, kita hanya berbeda tumpangan. Mungkin tumpangan anda itu Alphard atau Mersi, sedangkan saya cuma Honda Supra Fit yang sering bermasalah pada busi.

Karena terlalu sering di jalan, saya kerap dibikin dongkol saat melintas Jalan Mas Mansyur dan Gatot Subroto. Bukan sekadar rusak, melainkan ada faktor lain yang bikin urat syaraf saya naik kalau lewat sana.

Mungkin ini perasaan saya saja. Tapi entah mengapa perasaan itu selalu muncul mana kala saya melewati dua jalan itu. Barangkali anda juga merasakannya, cuma kan anda belum tentu sudi mengakui kalau anda itu dongkol. Nah, makanya, ini saya wakilkan.

Jalan Mas Mansyur

Dimilai dari Jalan Merdeka (Monumen, jalan ini adalah jalan yang selalu saya lalui, terutama kalau saya lagi ada urusan untuk pergi ke luar kota (baca: kabupaten). Jalannya sih, kalau untuk ukuran saya cukup mulus. Hanya ada satu, dua, tiga, empat—atau berapa entah, saya lupa—lubang dan bekas ditambal aspal.

Lubangnya memang nggak seberapa, tapi yang nggak seberapa itulah yang kadang bikin lengah. Saya sering salah mengira saat lewat sana. Yang saya pikir di depan jalannya masih mulus, eh tahu-tahu ada lubang, berair pula. Kecopak! Ujung celana saya basah.

Parahnya lagi, Jalan Mas Mansyur ini sering kali macet. Apalagi kalau pas Kamandaka atau Kaligung lewat. Antreannya bisa sampai Masjid Asy-Syuhada. Kadang bisa di pertigaan yang mengarah Jalan Imam Bonjol.

BACA JUGA : Kota Pekalongan Cocok Jadi Kota Wisata, Nggak Punya SDA Nggak Masalah kok!

Pernah sekali waktu, saat saya baru saja ambil uang dari BNI Syariah yang satu kompleks dengan Masjid Asy-Syuhada, baru tancap gas sekian meter langsung disambut truk-truk gandeng yang sudah mengantre. Ketika saya lihat ke arah selatan, ternyata palang pintu kereta apinya tertutup. Alhasil saya pun harus meliuk-liuk manja di antara kemacetan.

Namun, tunggu sebentar, jangan dikira dengan mengendarai motor ramping 110 cc, bisa dengan mudah memecah kemacetan. Tidak semudah itu, Saudara-saudara. Masih banyak rintangan yang lain lagi.

Jadi di sana itu berdiri kokoh toko “Malala”. Konon dengan masuk ke sana, Anda bisa membahagiakan pacar atau istri. Toko itu, setidaknya ketika saya lewat, selalu ramai pengunjung. Di depannya juga berderet warung, walaupun nggak banyak. Dan tentu saja penjual masker sepuluh ribu tiga.

Bayangkan kalau pengunjung “Malala” berdatangan! Tempat parkirnya penuh. Belum lagi ditambah orang yang mendadak berhenti mau pilih-pilih masker, atau sekadar duduk menikmati nasi di warung. Itu akan menambah kemacetan.

Jalan Rusak Di Monumen Pekalongan
Jalan Rusak Di Sebelah Utara Monumen Pekalongan

Itu baru Jalan Mas Mansyur bagian utara sebelum rel kereta. Mari kita lihat apa yang ada di Jalan Mas Mansyur bagian selatan. Anggapan saya bahwa Jalan Mas Mansyur mulus seketika hilang.

BACA JUGA : Jangan Terjebak dalam Dikotomi Budaya Barat-Timur

Lha mau gimana, yang saya temui itu jalan terjal penuh lubang dan tambal-tambalan aspal. Tentu saja ini sangat tidak cocok dengan keadaan motor saya. Jika ngebut nanti stang motor bakal berguncang dan resiko selang busi lepas, tapi kalau melamban bakal diklakson truk-truk laknat dari belakang.

Akhirnya kalau lewat sana, saya mesti mengatur siasat. Paling tidak, hingga saya bisa lolos dari wisata “jeglongan sewu” tersebut. Lolos dari situ, saya masih pula menemui masalah lagi.

Masih di Jalan Mas Mansyur, tepatnya perempatan Ponolawen. Itu adalah perempatan yang sukses membuat saya ingat kepada Tuhan. Jalannya itu lho sempit banget.

Saya katakan sempit itu karena jalan tersebut dilalui sedikitnya empat jenis kendaraan. Motor, mobil, bus, dan truk. Itu belum terhitung elf, mobil boks, sepeda, dan becak. Sungguh saya nggak bisa ngebayangin, punya nyali berapa orang yang nekat lewat situ pakai sepeda.

Saking sempitnya, tak jarang pengendara motor termasuk saya keluar dari marka jalan. Saya tahu itu beresiko, tapi mau gimana lagi, lampu sedang merah dan posisinya memang harus keluar marka.

Jalan Urip Sumoharjo – Gatot Subroto

Pernah melalui dua jalan ini? Pasti dong, saya yakin anda semua kalau ngaku orang Pekalongan pasti pernah lewat situ. Berdirinya pusat perbelanjaan dan penginapan merupakan perpaduan yang pas untuk menjadi alasan kenapa jalan tersebut selalu ramai. Lebih-lebih kalau malam hari.

Lantaran ramai itulah membuat jalan ini semakin menyebalkan kala saya lewat sana. Betul-betul menyebalkan. Apalagi kalau misalkan tiba-tiba muncul mobil dari parkiran, itu tak jarang bikin kaget juga.

Posisi jalan setelah lampu lalu lintas itu juga bikin dongkol. Karena biasanya pengendara yang datang dari utara dan timur akan saling bersilangan dengan pengendara dari arah selatan atau dari jalan tersebut. Yang dari Jalan Gatot Subroto hendak ke utara acap kali gemrungsung.

Terutama kalau lampu sedang hijau atau kuning. Ya itu bagi saya cukup wajar, karena saya sendiri juga gitu. Lha wong lampu hijaunya cuma sebentar, dan lampu merahnya lama banget. Bahkan bisa bikin Jalan Gatot Subroto macet.

BACA JUGA : Berharap Informasi yang Komplit tentang Gapura Nusantara

Itulah yang bikin jalan ini begitu menyebalkan. Belum lagi kondisi permukaan aspal yang tambal sulam. Kalau Anda numpaknya N-Max atau Pajero yang nggak terlalu merasakan.

Lha saya itu naik motor yang rasa sensitifnya itu melebihi cewek yang lagi pms. Baru lewat satu tambalan saja langsung bergetar semua. Sungguh tidak nyaman sekali di pantat.

Kemangkelan saya nggak cuma sampai di situ. Ketika sampai di Buaran, saya tambah mangkel lagi. Jalan bisa semakin ramai karena di situlah pusat jual beli batik segala motif.

Beberapa meter melewati kawasan batik Buaran, ketemu Pasar Banyurip. Kalau jalannya mulus sih nggak papa. Sayangnya kan tidak.

Jalan Gatot Subroto sendiri merupakan jalan penghubung Kota dan Kabupaten Pekalongan via Kedungwuni. Dan itu dia masalahnya.

Jalan penghubung itu sering bikin saya mangkel setengah mampus. Ya walaupun cuma menyimpan gerutu di balik masker, sih. Mangkelnya tuh gini, saat sedang asyik melaju di jalan yang terbilang mulus itu, mendadak ada pengendara motor main nyelonong nyabrang gitu saja.

Mungkin jalan-jalan lain juga bisa bikin mangkel. Tapi, bagi saya dua jalan tadi yang paling sering bikin saya dongkol. Barangkali kalau di jalan lain permasalahannya cuma macet atau jalan rusak. Lha di dua jalan itu dua-duanya sekaligus!

 

BACA JUGA artikel Muhammad Arsyad lainnya.

Tags: EsaiKota PekalonganNyas-NyisOpini

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Redaktur
Tukang nulis dan penggemar Super Sentai. Santri Youtube. Bermukim di Kota Pekalongan bagian utara.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Drama Ojol - Driver Selalu Berwajah Lusuh

Belajar Bijak dari Driver Ojol Selalu Berwajah Lusuh Ketika Mengambil Orderan

Mei 23, 2022
165
Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia

4 Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia

Mei 19, 2022
141
mata uang kripto

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Mata Uang Kripto

Mei 16, 2022
142
Mengulik Asal Muasal Sejarah Wingko Babat

Mengulik Fakta Wingko Babat; Berasal dari Lamongan yang Kadung Terkenal di Semarang

Mei 13, 2022
162
Kampung Naga Tasikmalaya

Sekelumit Tentang Kampung Naga, Kampung Unik Tanpa Modernisasi di Tasikmalaya

Mei 12, 2022
152
Alasan Kenapa Film KKN Desa Penari Bisa Booming

Alasan Kenapa Film KKN Desa Penari Bisa Booming

Mei 10, 2022
467
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Belajar Bijak dari Driver Ojol Selalu Berwajah Lusuh Ketika Mengambil Orderan

Koenokoeni Cafe Gallery, Kafe Resto dengan Kearifan Lokal di Semarang

4 Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia

Tradisi Pesta Giling Tebu di Pabrik Gula Sragi, Sebuah Upacara Spesial Pengantin Tebu dan Pengantin Glepung

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Mata Uang Kripto

Mengulik Fakta Wingko Babat; Berasal dari Lamongan yang Kadung Terkenal di Semarang

LAGI RAME

Tradisi Pengantin Glepung di Pabrik Gula Sragi

Tradisi Pesta Giling Tebu di Pabrik Gula Sragi, Sebuah Upacara Spesial Pengantin Tebu dan Pengantin Glepung

Mei 18, 2022
373
Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
3k
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
6.4k
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
1.8k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34k
Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
310
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
7.8k
Makam Sapuro

Wisata Religi : Makam Habib Ahmad Sapuro Pekalongan

Agustus 7, 2016
11.6k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
29.5k
Dewi-Rantamsari-Dewi-Lanjar

Kisah Misteri Dewi Rantamsari Yang Melegenda

Oktober 16, 2018
15.6k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • LOCAL WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
    • NYASTRA
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In