KOTOMONO.CO – Baru pertama kali mendengar istilah “Bumi Legenda Batik Nusantara” di Kabupaten Pekalongan membuat saya semakin penasaran. Yang selama ini biasa terdengar adalah Kota Batik yang disandang oleh tetangganya yaitu Kota Pekalongan.
Kebudayaan Batik telah melekat di masyarakat Pekalongan tanpa dipisah oleh pembagian administrasi antara Kota Madya dan Kabupaten. Terlepas dari itu rupanya istilah Legenda Batik Nusantara yang dicanangkan oleh Bupati Pekalongan tidak sekedar wacana belaka. Segala bentuk promosi dan berbagai kegiatan lainnya kerap dilaksanakan guna menunjang “Branding” Bumi Legenda Batik Nusantara kepada Kabupaten Pekalongan.
Lantas seperti apakah dasar dari dicetuskannya branding Bumi Legenda Batik Nusantara ini di Kabupaten Pekalongan ?
Saya sendiri sebagai orang Pekalongan sudah terbiasa dengan istilah Kota Batik, karena posisi Pekalongan pada zaman dahulu sampai sekarang menjadi perhitungan serius dalam dunia perbatikan nusantara. Jelas ini sangat menarik sekali untuk menulusuri makna dibalik brand Bumi Legenda Batik Nusantara yang disematkan untuk Kabupaten Pekalongan.

Meski belum ada catatan resmi yang dikeluarkan Pemda kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, tetapi menurut perkiraan para ahli, batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Data yang tercatat adalah motif batik pohon kecil yang dibuat pada tahun 1802 berupa bahan baju. (sumber : pekalongankab.go.id)
BACA JUGA: Pesona Petungkriyono, Surga Alam Kabupaten Pekalongan
Mayoritas masyarakat Kabupaten Pekalongan bermata pencaharian sebagai perajin batik sejak awal abad ke-18 M hingga saat ini terus menekuni batik dan mewariskan keahlian mereka secara turun temurun kepada generasi penerusnya. Dari beragam teknik dan jenis batik, lahir beberapa seniman-seniman Batik yang handal mampu berprestasi hingga tingkat internasional. Ada seperti Bapak Sapuan, Bapak Sunyoto Seno, Romi Octabirawa hingga Bapak Failasuf.
Sekali mereka membuat sebuah karya Batik pada selembar kain, harga jual pada selembar kain Batik tersebut minimal laku puluhan juta bahkan sampai ratusan juta rupiah.
Pada suatu kesempatan juga Bapak Bupati menjelaskan bahwa setelah pengakuan Batik sebagai warisan dunia oleh UNESCO, ada beberapa daerah yang ingin membuat Batik khas masing-masing dan tempat yang dirujuk adalah Bumi Pekalongan. Seperti Banyuwangi bahkan sampai Papua mereka meminta diajarkan ilmu Batik dari para ahlinya di Pekalongan ke daerahnya tersebut.
Tidak bisa dibayangkan sebegitu besar harapan mereka kepada ahli Batik di Kabupaten Pekalongan agar bisa mentransfer ilmu perbatikan kepada mereka. Justru mereka tidak meminta orang-orang Jogjakarta ataupun Solo untuk mengajarkannya melainkan malah Pekalongan. Ada Apa Dengan Pekalongan ?
BACA JUGA : Sejarah Batik Pekalongan
Sebagai penambah informasi saja bahwa Batik-batik di beberapa brand besar yang ada di Jogja dan Solo adalah Batik-batik yang dibuat oleh orang-orang Pekalongan. Bisa anda cek sendiri bahwa salah satu penyuplai kebutuhan di pasar Batik Jogja dan Solo adalah Pekalongan, bukan sebaliknya. Kenapa ? karena Batik-batik Pekalongan tidak menganut pakem-pakem tertentu khas Keraton, Batik Pekalongan lebih variatif dari segi pewarnaan dan motif batiknya.

Akulturasi budaya dengan bangsa lain seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman dahulu menjadi ciri pada motif dan tata warna seni Batik Pekalongan. Ada Batik Jlamprang pengaruhi oleh Arab Lalu ada batik Encim dan Klengenan yang dipengaruhi oleh Tionghoa, Batik Buketan dari masyarakat Indo-Eropa Belanda dan kemudian ada Batik Pagi Sore serta Batik Hokokai yang muncul akibat kondisi ketika pendudukan Jepang di Pekalongan. Pada zaman keemasan Batik Pekalongan, Motif-motif tersebut mampu menembus pangsa pasar di benua biru.
Bahkan hingga saat ini di daerah Kedungwuni Kabupaten Pekalongan masih ada tempat pembuatan Batik peranakan Tionghoa yang turun-temurun masih memproduksi Batik Tulis Aseli. Tidak tanggung-tanggung pangsa pasarnya adalah Ekspor keluar negeri, tahun ini saja mereka sudah tutup order, baru buka kembali pada tahun depan karena proses mahakarya batik tulis yang dihasilkan cukup panjang dan rumit.
BACA JUGA : Oey Soe Tjoen, Legenda Batik Tionghoa dari Pekalongan
Dari Keunikan dan kekhasan Batik di Nusantara yang lahir dari Kabupaten Pekalongan inilah yang bisa menjadi pegangan bahwa Kabupaten Pekalongan merupakan Bumi Legenda Batik Nusantara. Karena keberadaan Batik dari Kabupaten Pekalongan di pasaran sangat diperhitungkan dan lebih dikenal. Tak jarang pula di beberapa tempat seperti ditempatnya Bapak Sapuan sebagai Maestro Batik Tulis Nusantara selalu didatangi orang dari dalam bahkan luar negeri untuk belajar Batik yang sesungguhnya.

Jika sekedar ingin mengetahui Batik secara singkat, bisa datang kesana atau ke Padepokan Batik Pesisir milik Bapak H.Failasuf yang berada di Kampung Batik Wiradesa. Disana anda dapat berkunjung dan melihat langsung bagaimana pembuatan Batik dari selembar kain putih menjadi karya seni Batik yang luar biasa. Tempatnya sangat oke dan nyaman sekali berasa di dalam keraton milik Batik Pesisir. Bangunan khas Jawa dilengkapi Pendopo yang kece abis bisa menjadi alternatif bagi anda untuk Wisata Edukasi Batik ke Pekalongan.
BACA JUGA : Mengenal Eliza Van Zuylen Maestro Seniman Batik Indo-Eropa
Atau bisa tuh mampir ke Grosir Batik dengan tempat yang keren di International Batik Center yang juga berada di Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Tempatnya sangat menarik dengan ornamen tradisional,serta parkir luas mampu menampung banyak kendaraan mulai dari sepeda motor hingga bus pariwisata.
Bagaimana apakah tertarik dengan Batik Pekalongan ? Ayo kita sama-sama belajar Batik di Bumi Legenda Batik Nusantara Kabupaten Pekalongan.
Semoga Brand tersebut bisa melekat dan menjadi pemicu semangat kepada generasi muda Pekalongan untuk terus melestarikan Seni dan Budaya Batik hingga ke generasi yang akan datang.
Salam Cinta Pekalongan
Berikan komentarmu