KOTOMONO.CO – Candi Badut adalah satu dari beberapa candi yang masih kokoh berdiri di Malang Raya. Lokasinya berada di perbatasan barat Kota Malang dan Kabupaten Malang. Tepatnya di Jalan Raya Candi 5D, Desa Karangwidoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Jarak tempuh dari pusat Kota Malang tak terlalu lama, yaitu hanya sekitar 15-20 menit.
Candi ini dibuka setiap hari dari pukul 08.00 pagi hingga 15.00 sore. Masuk ke Candi Badut hanya membayar parkir untuk kendaraan pribadi. Meski ada petugas jaga di pintu masuk, Anda wajib mengamankan kendaraan Anda karena wilayah sekitar Candi Badut terbilang sepi. Bila Anda membawa mobil, maka saya sarankan untuk parkir di ruko seberang candi ini, karena lahan di depan candi ini terbatas untuk sepeda motor saja. Setiap pengunjung harus mengisi buku tamu di pos jaga sebelum mulai menjelajahi komplek candi ini.
Suasana Candi Badut pagi menjelang siang hari waktu itu lumayan sepi. Biasanya, komplek candi ini bakal ramai kalau ada mahasiswa praktikum atau ritual ibadah umat Hindu.

Candi Badut sendiri merupakan candi Hindu peninggalan Kerajaan Kanjuruhan. Dirangkum dari papan informasi di dekat bangunan candi ini, candi ini didirikan sekitar tahun 682 saka atau 720 masehi, merujuk pada tahun yang tertulis pada Prasasti Dinoyo yang menceritakan pembangunan candi ini oleh Raja Gajayana.
Terdapat dua versi tentang nama Badut. Versi pertama, badut merujuk pada kata Liswa yang merupakan nama lain dari Raja Gajayana. Liswa secara harfiah bermakna “tukang tari atau penghibur” yang dipadankan dalam bahasa Jawa dengan kata “badhut”. Versi kedua, badut berasal dari bahasa Sanskerta “bha dyut” yang bermakna sorot Agastya atau bintang canopus, bintang paling terang kedua di malam hari. Filosofinya adalah candi ini menjadi pelita di tengah kegelapan kehidupan masyarakat saat itu.
BACA JUGA: Mengenal Candi dan Situs Kuno di Daerah Jawa Barat
Setelah bertahun-tahun tertimbun tanah dan tertutup beragam tanaman dan ilalang, Candi Badut kemudian ditemukan oleh seorang controleur (kontrolir/pejabat nonstruktural) Hindia Belanda, Maureen Brecher, pada tahun 1921. Kemudian, candi ini dipugar oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda pada 1923-1926. Pemugaran kembali dilakukan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur pada 1990-1991 untuk menyempurnakan hasil rekonstruksi tahun 1923-1926.

Komplek Candi Badut tak terlalu luas. Tapi, suasananya cukup teduh dan nyaman. Terdapat sejumlah pepohonan besar berusia puluhan hingga ratusan tahun dan beragam tanaman hias di seluruh sudut komplek Candi Badut. Namun, pohon maja di sudut selatan candi ini yang menjadi ciri khasnya. Buah bulat berwarna hijau itu tampak menggantung di cabang-cabang pohon itu. Namun, buah ini bukan untuk dipetik, ya.
Terdapat deretan bebatuan di sisi barat Candi Badut. Bebatuan tersebut merupakan reruntuhan Candi Badut yang sulit untuk disusun ulang. Makanya, candi ini tak memiliki cungkup atau atap kemuncak ratna sebagaimana candi-candi Hindu lainnya di Jawa Timur dan tampak berbentuk seperti kubus. Selain itu, Anda juga dapat menyaksikan sepetak tanah bekas candi di beberapa meter ke barat daya dari Candi Badut.
BACA JUGA: Mengenal Lebih Dekat Ritual Ogoh-Ogoh Bali dan Atraksi Menariknya
Sebagaimana kebanyakan candi Hindu, Candi Badut juga memiliki lingga dan yoni di dalamnya, plus tiga ceruk untuk meletakkan dupa dan sesajen. Tapi, kita dilarang masuk ke dalam candi ini karena bagian tersebut disterilkan untuk kegiatan ibadah semata. Sekeliling dinding luar candi ini juga terdapat pahatan aksara Jawa kuno dan motif bunga.

Ada ceruk arca di sekeliling Candi Badut. Namun, hanya sisi utara yang masih ada arcanya, yaitu arca Durga Mahisasuramardhini. Arca ini menggambarkan sosok Durga yang berdiri di atas sapi dan memiliki delapan tangan. Adapun ceruk lainnya merupakan tempat arca Agastya serta sepasang Nandiswara dan Mahakala di pintu masuk candi.
BACA JUGA: Menilik Rekam Jejak Situs Punden Mbah Singo Joyo di Kampung Made, Surabaya
Tak terasa, sudah 45 menit lebih saya berada di Candi Badut. Seiring awan mendung yang mulai menggantung di langit Kota Malang, saya memutuskan untuk menyudahi kunjungan saya kali ini. Jam tangan saya menunjukkan pukul 11.20 ketika saya selesai membereskan peralatan pemotretan saya dan beranjak pulang setelahnya.
Bila Anda kebingungan dengan rutenya, maka saya menyarankan rute termudah menuju Candi Badut. Dari Jalan Besar Ijen, Anda lurus saja melewati Jalan Retawu dan Jalan Bondowoso hingga persimpangan Jalan Bondowoso – Jalan Galunggung. Lurus saja sekitar dua kilometer melewati Jalan Raya Tidar dan Jalan Esberg hingga Anda menemukan Indomaret Puncak Esberg, lalu belok kanan. Lurus hingga tandon air, lalu belok kiri beberapa meter dan belok kanan setelahnya. Candi Badut berada di kiri jalan sekitar 200 meter dari belokan tersebut.
Berikan komentarmu