• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
Pendemi Corona di Indonesia

Ilustrasi | FOTO: Kompas.com

Catatan Kecil Pendemi Corona Dari Sudut Kampung

Ribut Achwandi by Ribut Achwandi
Maret 29, 2020
in ESAI
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Bukan nyawa yang diburu oleh corona. Tetapi, matinya sosial. Pemberitaan yang porsinya terlalu besar, tetapi tak diimbangi dengan bekal pengetahuan yang cukup perihal apa yang diberitakan, tampaknya berdampak kurang baik bagi beberapa orang. Seperti yang dialami oleh saya sendiri dan beberapa orang sahabat baik saya.

Begini ceritanya. Mula-mula, beberapa warga kampung saya mulai resah begitu mendengar kabar tentang kepulangan sejumlah warga kampung dari luar kota dan luar negeri. Keresahan mereka itu wajar. Apalagi di tengah-tengah kabar yang demikian ramai mengenai wabah itu. Tentu, saya tidak bisa menyalahkan.

Beberapa di antara mereka yang khawatir itu kerap menanyakan pada saya tentang apa yang mesti dilakukan. Saya pun menjawab, “Ya, kita ikuti saja protokol yang sudah diberikan pemerintah.” Lantas, saya menjelaskan secara tuntas isi protokol itu ketika berhadapan dengan pemudik yang pulang dari luar kota dan luar negeri. Mereka paham. Mereka sepakat.

Tetapi, tak mudah rupanya untuk membuat semua paham dan mengerti situasi ini. Terutama, keluarga dari pemudik ini. Saya pun tak bisa menyalahkan mereka. Itu sikap dan reaksi yang wajar. Mengingat, kesan yang tertangkap masyarakat terhadap berita-berita tentang wabah ini begitu mirisnya. Tentu, mereka khawatir kalau-kalau pemudik yang merupakan anggota keluarga mereka itu didiskriminasikan. Dipandang sebelah mata oleh para tetangga. Dikucilkan dan diasingkan.

Tak heran jika kemudian salah seorang dari mereka mengajukan keberatan pada saya. Meminta saya agar tidak melaporkan anggota keluarganya yang mudik itu. Saya pun lantas berusaha menjelaskan semuanya. Bahwa apa yang menjadi kewajiban saya memang mesti dijalankan. Saya pun berusaha menjamin, bahwa di kampung ini tidak akan ada warga yang melakukan diskriminasi terhadap anggota keluarganya.

Baca juga : Menelisik Muasal Kata “Corona” – Bagian 1

Ia pun lega. Bisa menerima penjelasan saya. Tetapi, memang itu belumlah tuntas. Saya masih harus memberi pemahaman kepada warga lainnya. Setidaknya, agar sama-sama menjaga kerukunan. Jangan sampai gara-gara wabah ini membuat kerukunan antarwarga pecah. Jangan sampai ada pengucilan. Apalagi belum ada bukti, apakah si pemudik ini memang terjangkit atau tidak.

Pendemi Corona di Indonesia
Ilustrasi | FOTO: Kompas.com

Di lain pihak, saya juga mesti dihadapkan pada kenyataan lain. Ada beberapa warga yang menganggap enteng wabah ini. Terhadap sikap yang begini, saya pun tidak bisa begitu saja menyalahkan. Saya mesti tahu terlebih dahulu, apa sebabnya dan bagaimana cara pandangnya.

Oh, saya mengerti. Sikap ini, terutama sekali disebabkan oleh cara pandangnya yang sebenarnya sangat sederhana. Bahwa hidup-matinya seseorang itu sudah berada di dalam garis takdir. Tuhan adalah penentunya. Maka, prinsipnya, semua mesti kembali pada Tuhan.

Saya tidak menafikan itu. Pandangan itu tidak keliru. Saya sendiri pun selalu berusaha memegang teguh pandangan itu. Tetapi, saya mesti memahami perasaan orang lain yang punya cara bersikap lain dengannya. Mereka yang lain itu, saya yakin punya keyakinan yang sama. Bahwa Tuhanlah penentu segala keputusan. Tetapi, rasa cemas, takut, khawatir akan keselamatan dirinya dan juga orang-orang di dekatnya juga perasaan yang sangat manusiawi. Maka, pembelaan saya terhadap yang cemas itu semata-mata bukan dalam rangka membenarkan ketakutan mereka. Sebaliknya, karena saya memiliki keterbatasan. Artinya, saya tak mungkin bisa meyakinkan orang lain untuk punya sikap yang sama dan seragam.

Maka, yang bisa saya lakukan adalah mengakomodir kegelisahan itu dalam rangka memberikan ketenangan kepada mereka yang cemas. Sementara kepada yang memiliki keyakinan batin yang mantap, saya berusaha meminta agar mereka mengerti keadaan ini. Malah, kalau mereka bisa ikut membantu meyakinkan yang cemas, saya bersyukur. Bukan malah merendahkan dan memandang bahwa mereka yang dalam kecemasan itu seolah-olah tidak memiliki keyakinan. Sama sekali itu bukan sikap yang tepat untuk saat ini. Sebab, sikap demikian bisa saja akan menajamkan kesenjangan. Warga kampung lambat laun akan terbelah. Seolah-olah ada gap antarkelompok yang diciptakan oleh rekayasa sosial di tengah warga.

Baca juga : Pendemi Corona VS Pancasila Bangsa Indonesia

Jalan terbaik saat ini adalah berusaha untuk saling menghargai tiap perasaan dan pandangan. Sebab, yang sesungguhnya kita hadapi bukanlah wabahnya, melainkan perasaan ego kita. Peristiwa wabah ini mesti menjadi pelajaran berharga, bagaimana kita tidak mengalami kematian sosial. Maka, bukan saatnya untuk merasa lebih unggul dalam soal keyakinan atau rasa keberaniannya. Tetapi, mari kita sama-sama memperbaiki yang mungkin saja keliru kita jalankan selama ini. Saling mengasihi, menyayangi, dan berbagi untuk bisa saling merasa apa yang dirasakan oleh orang lain.

Tags: CoronaCorona VirusCovid-19Ribut Achwandiserba-serbi

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Ribut Achwandi

Ribut Achwandi

Kepala Redaksi
Ngedanlah asal nggak bikin orang lain jadi edan.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Review Film Pandai-Me

Semua Terdampak, Semua Bisa Berdampak – Review Film Pandai-Me

April 6, 2022
151
Kebosanan awak media selama 2021

Tahun 2022, Masihkah Masa Kejenuhan Itu Diperpanjang?

Desember 31, 2021
192

Covid Melandai, Masker Kudu Tetep Dipakai

Oktober 13, 2021
210
Jokowi klaim kasus covid-19 turun sangat tajam jauh di bawah negara tetangga

Yakin Kasus Covid-19 Turun, Pemerintah akan Mulai Membuka Kegiatan Perekonomian

September 16, 2021
184
Biaya Tes Swab Kota Pekalongan

Menghitung Biaya Tes Swab Massal yang Dikeluarkan Pemkot Pekalongan Selama PPKM

Agustus 4, 2021
297
Menyaksikan Orang Terdekat Mati Satu Persatu Karena Corona

Menyaksikan Orang Terdekat Mati Satu Persatu Karena Corona yang Sekadar Dianggap Angka

Agustus 2, 2021
263
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Belajar Bijak dari Driver Ojol Selalu Berwajah Lusuh Ketika Mengambil Orderan

Koenokoeni Cafe Gallery, Kafe Resto dengan Kearifan Lokal di Semarang

4 Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia

Tradisi Pesta Giling Tebu di Pabrik Gula Sragi, Sebuah Upacara Spesial Pengantin Tebu dan Pengantin Glepung

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Mata Uang Kripto

Mengulik Fakta Wingko Babat; Berasal dari Lamongan yang Kadung Terkenal di Semarang

LAGI RAME

Tradisi Pengantin Glepung di Pabrik Gula Sragi

Tradisi Pesta Giling Tebu di Pabrik Gula Sragi, Sebuah Upacara Spesial Pengantin Tebu dan Pengantin Glepung

Mei 18, 2022
373
Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
3k
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
6.4k
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
1.8k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34k
Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
310
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
7.8k
Makam Sapuro

Wisata Religi : Makam Habib Ahmad Sapuro Pekalongan

Agustus 7, 2016
11.6k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
29.5k
Dewi-Rantamsari-Dewi-Lanjar

Kisah Misteri Dewi Rantamsari Yang Melegenda

Oktober 16, 2018
15.6k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • LOCAL WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
    • NYASTRA
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In