• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
Hantu Nurjanah

Melamar Nur Janah Episode 8

Cerita Misteri Karya Kang Slamet

Angga Panji W by Angga Panji W
Maret 20, 2016
in NYASTRA
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Malam kian larut. Udara dingin menyusup ke dalam kamar. Sayup-sayup terdengar lonceng gardu ronda di pukul duabelas kali. Suara jangkrik dan serangga malam lainnya bersahutan.

Sambil berbaring di tempat tidur Raga mengamati cincin perak di tangannya. Cincin perak berukir bunga-bunga. Bermata berlian.
Dimasukkannya cincin itu ke jari kelingking tangan kirinya. Pas!.

Cincin itu diterima Raga dari Nurjanah tadi malam, saat ia mengantarkan Nurjanah pulang setelah diperkenalkan dengan Bapak Ibunya.

“Untuk ukuran kalau Mas Raga mau pesen cincin.” Kata Nurjanah saat itu setelah memberikan cincin perak kepada Raga di teras rumahnya. “Beberapa hari mendatang saya akan ke Jakarta nemui Bapak Ibu untuk matur kelanjutan rencana hubungan kita. “ Sambungnya.

“Kenapa tidak nanti setelah kita pesen cincin saja.” Kata Raga saat itu sambil menimang-nimang cincin pemberian Nurjanah.
“Ah. Nanti kelamaan…………, keburu kangen sama Bapak Ibu, terutama adik-adik……, sudah lama saya nggak ke Jakarta…….” Lanjut Nurjanah.

Raga manggut-manggut, mencoba memaklumi.

Dipandanginya kembali cincin perak yang melingkar di jari kiri kelingkingnya. “Semoga segalanya berjalan lancar” Kata Raga dalam hati, penuh harap.
Udara dingin kembali menyusup ke kamar Raga. Tapi Raga tidak mempedulikan itu. Angannya melayang, menembus kembali ke suasana pertemuan orang tuanya dengan Nurjanah beberapa jam yang lalu.

Pertemuan yang begitu akrab. Tidak ada rasa canggung di antara mereka. Nurjanah dapat segera menyesuaikan diri. Dan orang tua Raga begitu senang bertemu dengan Nurjanah. Seolah mereka sudah lama saling mengenal. Menyatu dan penuh familier. Tidak ada kendala apapun. Pertemuan berjalan normal dan lancar.
Mengingat pertemuan tadi, Raga tersenyum. Pembicaraan yang diawali memperkenalkan Nurjanah kepada orang tuanya oleh Raga terasa begitu hangat. Sampai pada pokok intinya, orang tua Raga menyampaikan rencananya yang dalam waktu dekat akan melamar Nurjanah. Dan Nurjanah yang sudah diberitahu Raga soal rencana acara lamaran ini, tidak merasa kaget. Ia tersenyum, menganggukan kepalanya dan mengiyakan. Rasa gembira nampak menghiasi rona Raga dan kedua orang tuanya.

Dan sinar bulan pun mulai meninggalkan mendung. Meskipun tidak begitu cerah, malam itu nampak tenang. Damai menebarkan mimpi di kamar tidur Raga. Hingga hari-hari yang dilalui Raga kemudian pun terasa begitu lapang, penuh dengan bunga-bunga. Masa kesendirian akan segera berakhir. Begitu yang ada dalam pikiran Raga.

Sejak saat itu pembicaraan tentang persiapan lamaran pun kerap mengisi malam-malam Raga dan orang tuanya. Dari masalah waktu lamaran sampai uborampe yang akan di bawa saat melamar nanti. Hingga malam itu di ruang tengah, sambil nonton acara TV pembicaraan mereka masuk pada season cincin pertunangan.
“Kapan kamu akan pesen cincin Nang…….?” Tanya Ibunya pada Raga. Nang adalah panggilan ibunya kepada Raga sejak kecil. “Nang” bisa diartikan anak lanang atau si nang.

“Sudah kok Bu. Malah hampir jadi.” Jawab Raga.
“Lho! Kapan kamu pesennya?! Kan si Nur masih di Jakarta?” Tanya Ibunya agak kaget.
“Iya sih……………. “ Jawab Raga sambil masuk kamarnya.
”Waktu pulang dari sini itu di rumahnya si Nur memberikan cincin ini pada Raga, Bu.” Lanjut Raga setelah keluar dari kamar dan mengulurkan cincin perak bermata berlian itu kepada Ibunya.
“Kata si Nur itu untuk contoh. Kalau Raga mau pesen cincin, nggak usah nunggu si Nur pulang…….. kelamaan katanya….” Lanjut Raga sambil duduk di samping Ibunya.

Sejenak Ibu Raga mengamati cincin itu. Tiba-tiba dadanya berdegub. Lalu diilihatnya mata cincin yang terbuat dari berlian itu dari bawah. Mata Ibu Raga terbelalak!. Kaget!. Di balik berlian itu terdapat garis yang membentuk hutuf R dan N. Hampir saja Ibu Raga berteriak. Untung ia masih bisa menguasai diri. Sambil menahan nafas di tatapnya kembali huruf yang ada dibalik cincin itu. Rasa tak percaya memenuhi benaknya. Lalu dipandangi wajah Raga. Raga tidak mempedulikan itu. Ia asik nonton acara tv.

“Pak ! Pak……………!” Panggil Ibu Raga pada Suaminya. “Lihat nih……….!” Lanjut Ibu Raga sambil mengulurkan cincin itu kepada suaminya yang baru keluar dari kamar. Setelah membolak-balik cincin itu, dipegangnya lengan kanan isterinya. Keduanya masuk kamar.

“Kok bisa?!” Kata Ayah Raga dengan nada heran, setelah keduanya duduk di tepi tempat tidur. Lalu Ibunya menyampaikan apa yang tadi di katakan Raga.
“Begini saja, tempat itu masih Ibu simpan kan?” Tanya Ayah Raga. Ibu Raga faham maksud pertanyaan suaminya lalu mengangguk. “Taruh cincin ini di tempat itu. Berikan pada Raga suruh nyimpen. Kalau Nurjanah pulang suruh segera mengembalikan.” Lanjut Ayah Raga.

Ibu Raga segera membuka lemari pakaian. Dari sels-sela pakaian diambilnya cepok kecil tempat cincin yang dilapisi kain beludru berwarna merah. Setelah memasukkan cincin itu kedalam cepuk, mereka keluar kamar. Ayah Raga menuju ke ruang belakang, Ibu Raga kembali duduk di sebelah Raga.
“Nih, simpen lagi.” Kata Ibu Raga sambil memberikan cepok merah itu dalam keadaan terbuka.

“Wah! Bagus banget tempat cincinnya Bu.” Ucap Raga sambil menutup cepuk itu.
“Udaaahhhhh….. simpen sana……… nanti kalo si Nur pulang kembalikan segera. Kalo hilang ketempuhan kamu……..” Kata Ibunya.

Raga masuk kamar. Dalam pikiran Ibu Raga berkelebat bayangan sebuah sungai dengan gemericik air yang mengalir di sela-sela bebatuan. Sepasang muda-mudi asyik bermain air. Tiba-tiba si cewek menjerit. Dipeluknya si cowok sambil kedua kakinya silih berganti dihentak-hentakkan ke air. Celana keduanya basah. Si cowok bingung. Si cewek masih menangis. Kini ganti tangan kirinya yang diulur-ulurkan kepada si cowok sambil sesekali berkata…………. cincin…. cincin…….! Si cowok baru tahu setelah dilihatnya jari manis si cewek………….. polos…………… tak ada cincin melingkar di sana…………………. lolos………..hilang………….. terbawa arus!

(Bersambung…)

BACA JUGA: Cerita Misteri : MELAMAR NURJANAH Episode 9

Tags: cerbungCerita Mistericerita pendekcerpenHantu Nur JanahMelamar NurjanahNurjanahNyastra

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Angga Panji W

Angga Panji W

FOUNDER
Seseorang yang ingin berkarya lewat konten digital.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Cerpen Dialog Sepasang Kekasih

Cerpen: Dialog Sepasang Kekasih

November 21, 2021
223
Puisi Cerita Buku Lawas

PUISI: Cerita Buku Lawas

Oktober 31, 2021
240
Puisi Bunga Mahkota Api

Bunga Mahkota Api

September 19, 2021
190
Pernikahan Kami, Seadanya

Pernikahan Kami, Seadanya

September 4, 2021
243
Cerpen tentang pengamen jalanan

Lakon Kehidupan

Agustus 22, 2021
247
Puisi Reinkarnasi

Reinkarnasi

Agustus 8, 2021
195
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Belajar Bijak dari Driver Ojol Selalu Berwajah Lusuh Ketika Mengambil Orderan

Koenokoeni Cafe Gallery, Kafe Resto dengan Kearifan Lokal di Semarang

4 Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia

Tradisi Pesta Giling Tebu di Pabrik Gula Sragi, Sebuah Upacara Spesial Pengantin Tebu dan Pengantin Glepung

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Mata Uang Kripto

Mengulik Fakta Wingko Babat; Berasal dari Lamongan yang Kadung Terkenal di Semarang

LAGI RAME

Tradisi Pengantin Glepung di Pabrik Gula Sragi

Tradisi Pesta Giling Tebu di Pabrik Gula Sragi, Sebuah Upacara Spesial Pengantin Tebu dan Pengantin Glepung

Mei 18, 2022
373
Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
3k
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
6.4k
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
1.8k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34k
Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
311
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
7.8k
Makam Sapuro

Wisata Religi : Makam Habib Ahmad Sapuro Pekalongan

Agustus 7, 2016
11.6k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
29.5k
Dewi-Rantamsari-Dewi-Lanjar

Kisah Misteri Dewi Rantamsari Yang Melegenda

Oktober 16, 2018
15.6k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • LOCAL WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
    • NYASTRA
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In