KOTOMONO.CO – Sekalipun terkesan klise, nyatanya ungkapan “cinta itu butuh pengorbanan” masih saja berlaku hingga kini. Kalau dalam istilah matematika, ungkapan itu mungkin sudah bisa dimasukkan sebagai teorema. Atau malah lebih dekat dengan aksioma, sebagaimana dalam filsafat.
Tetapi, apapun itu, faktanya memang demikian. Kalau Anda mencintai seseorang, sudah pasti kudu siap berkorban lahir batin. Apapun hasilnya, juga mesti diterima dengan lapang dada. Entah itu happy ending maupun sad ending, Anda mesti menerima kenyataan itu dengan jujur dan ikhlas. Seperti kisah-kisah cinta yang akan kita bahas kali ini.
Sejarah telah banyak mengisahkan kepada kita tentang bagaimana seseorang sampai mengorbankan banyak hal demi mendapatkan cintanya. Tak main-main, para pencinta ini kadang melakukan hal-hal di luar dugaan. Sampai-sampai membuat orang tak cukup berdecak kagum, malah bisa juga bikin melongo sambil geleng-geleng kepala.
BACA JUGA: Pendidikan dan Strategi Mendorong Perempuan Berkemajuan
George Boldt, pemilik Waldorf-Astoria Hotel di Kota New York misalnya, mau-maunya menyuruh 300 pekerja untuk membangun sebuah kastil mewah di Heart Island, Alexandria Bay, New York. Itu ia lakukan demi menunjukkan cintanya kepada sang istri, Louise. Sayang, sebelum bangunan itu selesai, tepatnya tahun 1904, sang istri mendahuluinya pergi meninggalkan dunia.
George pun memutuskan untuk menghentikan proyek cinta yang dimulainya sejak tahun 1900 itu. Ia tak tahan jika dengan kastil itu ia akan hidup menderita tanpa ditemani orang yang sangat ia cintai. Dan, sejak itu, ia tak pernah menginjakkan kakinya lagi ke Heart Island.
Kisah yang nyaris sama dialami Edward Leedskalnin. Di usianya 26 tahun, ia meminang seorang gadis yang umurnya 10 tahun lebih muda darinya. Namanya, Agnes Scuffs. Sejak itu, mereka pun memutuskan tinggal di Riga, Latvia.
Sehari sebelum mereka mengikat janji di altar suci, Agnes membuat keputusan yang mengejutkan. Ia membatalkan pernikahan itu. Hati Edward remuk. Sebagai pelipur lara, ia habiskan waktunya untuk hidup mengelana dari satu negara ke negara lain, sampai akhirnya menetap di Florida.
Di sinilah, arsitek cum pemahat patung ini akhirnya menumpahkan kekecewaannya dengan membangun sebuah monumen cinta abadi yang tak berbalas. Sebanyak 1.100 ton batu karang ia pahat dengan alat sederhana. Kemudian, ia tata sedemikian rupa. Bangunan itu, oleh warga Amerika sana, disebut sebagai Coral Castle.
Lain cerita dengan Boyce Luther Gully, seorang pengusaha sekaligus arsitek asal Seattle. Pria penyayang keluarga ini demi membuktikan rasa cinta pada putrinya, Mary Lou, mengorbankan dirinya demi membangunkan sebuah kastil di kaki bukit South Mountain Park di Phoenix, Arizona.
Awalnya, Gully berjanji, suatu kelak akan membangunkan sebuah kastil yang mirip dalam kisah-kisah yang kerap ia ceritakan pada putrinya. Tubuhnya yang ringkih karena TBC, tidak membuat Gully menyerah. Ia tetap membangun kastil itu.
Saat mengerjakan kastil, Gully memilih tak serumah dengan anak-istrinya. Ia bekerja sebagai penjual sepatu untuk mendapatkan uang. Sehingga, ia bisa membeli bahan-bahan bangunan.
BACA JUGA: Janis Joplin: Queen of Blues Berjiwa Merdeka
Tak hanya itu, beberapa kali ia melintasi perbatasan Meksiko untuk membeli bahan bangunan. Perjalanan sejauh 1.779,29 km dari Arizona itu membutuhkan waktu 20 jam melalui perjalanan darat.
Pada usianya yang ke 62, kondisi kesehatannya kian memburuk. Sampai akhirnya ia meninggal dunia sebelum kastil cinta impiannya itu rampung. Namun, ia sempat berwasiat kepada pelaksana proyek kastilnya. Dalam suratnya, disebutkan bahwa kastil itu akan dihadiahkan kepada sang putri. Ia meminta, agar Mary Lou menempati kastil itu setelah berusia 22 tahun.
Dengan senang hati, Mary Lou menerima wasiat itu. Ia dan ibunya pun menghuni kastil itu setelah ia benar-benar berusia 22 tahun. Mary Lou tinggal di kastil itu sampai akhir hayatnya. Oleh sebuah majalah Life, terbitan tahun 1940-an, kastil itu diberinama Mistery Castle, karena bentuk dan bahan-bahan bangunannya yang memang tak lazim.
Di India, ada juga kisah yang serupa. Shah Jehan, raja dari Dinasti Mogul, India, sampai-sampainya bikin sebuah mausoleum (bangunan makam) demi menghormati jasad istrinya, Mumtaz Mahal. Butuh 22 tahun untuk mengerjakan bangunan indah nan megah ini.
Tak tanggung-tanggung, 20.000 tenaga kerja—termasuk 37 arsitek dari Asia Tengah, Persia, dan daerah sekitarnya—ikut dikerahkan. Konon, anggaran yang dikeluarkan juga tak sedikit. Yaitu sekitar 32 juta rupee atau lebih dari Rp 6 miliar! Demi apa coba? Demi cinta.
BACA JUGA: Nino di Sinetron ‘Ikatan Cinta’ Itu Suami Bajingan Sekaligus Tokoh Antagonis yang Sesungguhnya
Lalu, bagaimana dengan di negeri kita? Adakah kisah serupa? Ternyata ada! Bahkan kisah itu usianya lebih tua dibandingkan kisah-kisah tadi.
Abad ke-9 Masehi, sebuah pernikahan agung yang menyatukan dua dinasti besar di Jawa digelar. Pasangan itu adalah Pramodhawardani dan Rakai Pikatan. Pramodhawardhani dari wangsa Syailendra, sedangkan Rakai Pikatan adalah seorang pangeran dari wangsa Sanjaya. Keduanya juga beda keyakinan. Pramodhawardhani memeluk agama Buddha Mahayana, sementara Rakai Pikatan beragama Hindu Syiwa.
Menariknya, kedua dinasti besar itu semula saling bersaing. Tak heran jika perkawinan pasangan itu dipandang sebagai momen perdamaian dua keluarga besar yang saling berseteru. Sejak itu, nuansa toleransi beragama semakin terasa.
Pramodhawardani mengizinkan suaminya membangun candi-candi Hindu di wilayah kekuasaan kerajaannya. Sebaliknya, Rakai Pikatan pun tak keberatan membantu pendirian candi-candi Buddha. Malah, ia turut menyumbang pembangunan candi-candhi Buddha tersebut.
Salah satu candi yang dijadikan sebagai lambang cinta Rakai Pikatan kepada Pramordhawardani, adalah Candi Plaosan. Lewat relief-relief candi ini tergambarlah kisah cinta mereka. Relief yang menggambarkan laki-laki menyimbolkan rasa kagum sang istri kepada raja. Sementara relief berbentuk wanita menyimbolkan kekaguman Raja Rakai kepada sang istri, Pramordhawardani.
BACA JUGA: Obrolan santai bersama maestro batik, Dudung Ali Syahbana
Candi ini terbagi ke dalam dua kompleks. Yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Pada keduanya terdapat teras berbentuk persegi panjang yang dikelilingi dinding sebagai semedi berbentuk pos di sebelah barat dan stupa di sisi lainnya. Selain itu, bentuk kedua kompleks ini juga serupa, makanya kerap juga Candi Plaosan disebut sebagai candi kembar.
Begitulah cinta, selalu punya kisahnya yang bisa menginspirasi para pencinta. Kini, kalau Anda benar-benar sebagai pencinta, apa kira-kira pengorbanan yang akan diberikan kepada pasangan hidup Anda?