“Menjadi seorang introvert itu nasib, tetapi lahir sebagai orang Jawa adalah takdir. Keduanya begitu kontradiktif, tapi keduanya ada dalam diri saya”
Sudah barang tentu, setiap daerah ataupun kesukuan memiliki identitas sosial tertentu. Di dalamnya mengandung pula kebiasaan, kultur, adat dan tradisi yang memperkuat keidentitasan tersebut. Tak terkecuali bagi masyarakat Jawa.
Bahkan untuk mentradisikan hubungan interpersonal, ada banyak rupa dan bentuknya. Seperti kerja bakti, rewang, tilik, gugur gunung atau gotong royong, dll. Jawa juga identik dengan istilah tepo seliro: yang berarti ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain, sekaligus menegaskan bahwa orang jawa tidaklah hidup hanya untuk dirinya sendiri.
Lalu, bagaimana dengan orang yang sumber energi terbesarnya adalah kesindirian dan ketenangan? Bagaimana orang yang cenderung introvert seperti saya ini menghadapi tantangan sosial kejawaan dan menjadi orang jawa itu sendiri? Rasanya sulit untuk dijelaskan. Namun akan tetap saya coba beberkan apa saja yang saya alami dan rasakan.