• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
No Result
View All Result
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
Sudah saatnya, dunia pendidikan kita harus berubah.

Ilustrasi : Ayu Sastra

Dunia Pendidikan Bukan Dunia Isolasi

Ayu Sastra by Ayu Sastra
Januari 13, 2022
in ESAI
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Namanya juga proses, masalah pun akan silih berganti datang dan pergi. Begitu pula dalam urusan belajar. Siapapun yang sedang dalam proses belajar, siswa maupun mahasiswa akan dihadapkan dengan banyak tantangan.

Faktor internal maupun eksternal sama-sama punya pengaruh dan berdampak pada proses yang dijalani. Bahkan, berdampak pula bagi siswa dalam menangkap informasi yang disampaikan gurunya.

Salah satu masalah yang agaknya masih perlu mendapat perhatian adalah perasaan terisolir. Menurut Andi Mappiare (1982), siswa terisolir itu siswa yang jarang dipilih atau seringkali mendapat penolakan dari lingkungannya. Penyebabnya, salah satunya adalah kemampuan daya pikirnya yang rendah atau bodoh. Dari perspektif beliau terdapat kata yang berarti “bodoh”.

Hm, apa iya sih anak yang terisolir itu melulu karena ia dipandang bodoh? Mungkinkah ada faktor lain yang memicu ia menjadi terisolir atau tersisihkan dari lingkungan sekolahnya?

Menurut saya, ada hal lain yang mungkin belum disentuh Andi Mappiare. Salah satunya rasa kurang percaya diri yang berlebihan. Biasanya, perasaan ini muncul karena ia merasa ia kurang menarik, tidak ada motivasi dari pihak keluarga maupun sekolah, serta kurangnya rasa aman pada anak tersebut.

BACA JUGA: Pendidikan dan Strategi Mendorong Perempuan Berkemajuan

Sayang, masalah semacam itu sepertinya kurang diperhatikan. Guru maupun keluarga cenderung menyepelekan masalah tersebut. Rata-rata, mereka hanya melihat pada capaian anak dalam belajar, tanpa mau tahu apa masalah yang mereka alami. Begitu capaian belajarnya rendah atau kurang memenuhi standar, guru maupun keluarga segera mengeluarkan stempel “bodoh” pada anak tersebut.

Saya kira, sudah bukan waktunya lagi memberi stempel “bodoh” pada anak. Sebab, sesungguhnya tidak ada siswa bodoh. Semua manusia mempunyai cara unik dan tingkat penangkapannya masing-masing. Hanya, usaha mengekspresikan penangkapan anak kurang direspon baik oleh guru.

Misalnya, anak A mempunyai teknik belajar harus dengan kondisi sekitar yang tenang, hening, dan sunyi. Sementara anak B mempunyai cara lain dengan mata terpejam. Akan tetapi, telinga dan otaknya dapat bekerja dengan baik. Ia mampu mendengarkan secara baik apa saja yang dijelaskan oleh guru. Sayang, kebiasaan ini kerap dianggap guru sebagai kebiasaan buruk. Walhasil, anak B akan dianggap anak yang bandel karena menyepelekan gurunya. Padahal, belum tentu.

Nah, kembali lagi ke masalah keluarga dan perilaku anak. Rasa terisolir sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor ketidakharmonisan keluarga di rumah. Faktor ini boleh dibilang merupakan faktor utama. Sebab, 95% perilaku anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.

BACA JUGA: Indonesia Darurat Kekerasan Seksual

Memang, lingkungan keluarga—sekalipun kecil—memiliki kompleksitas masalah yang seabreg. Urusan ekonomi, sosial, psikologi dari tiap anggota keluarga turut membangun bagaimana keluarga dapat dijalankan. Ketiga hal itu sangat berkaitan satu sama lain.

Oleh sebab itu, tak ayal pula ketika keluarga mengalami keretakan karena masalah ekonomi, akan berimbas pula pada kondisi sosial dan psikologis setiap anggota keluarga. Tak terkecuali pada anak. Akibatnya seorang anak bisa saja merasa kurang percaya diri dan cenderung menutup diri.

Perilaku inilah yang kemudian membuatnya kehilangan motivasi belajar. Ia menjadi enggan memperhatikan penjelasan guru atau bahkan malas mengikuti pelajaran alias membolos.

Sebagai contoh, dalam keadaan ekonomi yang serba kurang, seorang Ibu mungkin saja tidak mampu membelikan baju baru untuk anak. Padahal, baju seragam yang dipakainya sehari-hari sudah lusuh. Kontan, ia merasa malu. Apalagi ketika ia mengingat nasib temannya yang dibully habis-habisan oleh teman-temannya gegara penampilannya lusuh.

BACA JUGA: Krisis Etika Mengancam Gen Z

Ingatan itu pula yang akhirnya membentuknya menjadi pribadi yang serba tertutup. Ia kerap menghindari kerumunan teman-temannya. Bahkan, merasa tak nyaman bergaul dengan teman-temannya. Ini pula yang pada akhirnya menghambat perkembangannya dalam belajar.

Dalam segi psikologi, keluarga dengan kondisi psikologi yang kurang sehat akan membuat anak mengalami toxic positivity. Keadaan ini akan membuat anak cenderung lambat atau bahkan menjadi pribadi yang tak mudah percaya pada orang lain. Sikap ini sesungguhnya sebagai buah dari perilaku yang dilihatnya sehari-hari di keluarga.

Biasanya, keluarga dengan keadaan psikologi yang kurang sehat cenderung akan mengabaikan permasalahan yang terjadi pada anak di sekolah. Atau dengan kata lain, keluarga yang demikian memiliki watak keras kepala. Mereka akan cenderung tidak percaya dan menganggap masalah anak sebagai masalah sepele dan tidak perlu dibahas.

Masalah strata sosial mau tak mau masih saja membayang-bayangi perkembangan anak. Terkadang atau bahkan kerapkali masalah ini melahirkan kesenjangan yang teramat jauh. Kesenjangan itu kadang kala begitu tampak menonjol dan “ditradisikan” dalam dunia persekolahan.

BACA JUGA: Para Fresh Graduate, Plis Perhatikan 4 Hal Saat Menulis Surat Lamaran Kerja

Perlakuan yang berbeda di antara keluarga kelas menengah ke atas dan menengah ke bawah tak jarang pula dilakukan baik di kalangan siswa dengan siswa, guru dengan siswa, maupun guru dengan orang tua. Dengan begitu, siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu merasa kurang percaya diri. Imbasnya, ia pun enggan belajar.

Lalu, apa sebaiknya? Hal yang paling penting dalam mengatasi masalah rasa terisolir pada siswa adalah dengan tidak mudah menjudge atau memberi stempel buruk pada siswa. Karena hal itu sangat mungkin akan memengaruhi kondisi psikologi anak. Alangkah baiknya, para guru berusaha memahami apa yang sebenarnya dialami oleh siswa.

Di sinilah, para guru mesti lebih peka. Sehingga, akan mudah bagi para guru memberi dukungan kepada semua anak didiknya. Di samping itu, menjadi pribadi yang mau memberikan rasa aman kepada anak disik juga sangat diperlukan. Sehingga, mudah pula bagi para guru untuk senantiasa menasihati.

Sudah saatnya, dunia pendidikan kita harus berubah. Bercermin dari pengalaman yang sudah-sudah. Dunia masa depan tentu bukan berada dalam genggaman generasi old. Akan tetapi, sangat ditentukan oleh generasi masa depan. Jika mereka senantiasa merasa tak aman dan terisolir, bagaimana masa depan yang akan dibangun bagi bangsa ini?

 

BACA JUGA Tulisan-tulisan menarik dari Ayu Sastra lainnya.

Tags: ekonomiEsaiguruIsolasiKeluargaMuridOpinipendidikanPsikologiPsikologi anakPsikologi guruPsikologi keluargaSekolahansiswasosial

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Ayu Sastra

Ayu Sastra

Mahasiswi STAI Al-Hidayat Lasem progdi Pendidikan Agama Islam. Penulis 20 y.o Lasem - Jawa Tengah

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Film Pendek Menanti Keajaiban

4 Film Pendek Keren yang Bisa Kamu Tonton Gratis di Youtube

Juli 29, 2022
160
Menanggulangi Wabah Cacar Monyet

Kiat Agar Indonesia Bisa Sukses Menanggulangi Wabah Cacar Monyet

Juli 28, 2022
179
Mengenal Filsafat Stoa - Stoikisme

Stoikisme, Jalan Damai Mengenal Diri Sendiri Sebagai Kunci Hidup Tenang

Juli 27, 2022
234
Soal Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang Kurang Diperhatikan

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Itu Perlu Diperhatikan lho!

Juli 25, 2022
187
Alasan Hobi Orang Dewasa yang Gemar Nonton Kartun itu Layak Diapresiasi

Alasan Hobi Orang Dewasa yang Gemar Nonton Kartun itu Layak Diapresiasi

Juli 22, 2022
185
Cibiran akan kesuksesan orang lain

Soal Rivalitas Kehidupan yang Kalau Dipikir Itu Mending Lucu

Juli 20, 2022
155
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Menteri PPPA: RUU KIA Tak Menimbulkan Diskriminasi Gender

Kepulangan Jamaah Haji Indonesia Sempat Dilanda Badai Pasir

5 Alasan Kamu Perlu Memilih Eranyacloud sebagai Cloud Provider Terbaik di Indonesia

Mobil Tiba-Tiba Mati dan Tidak Bisa Distarter? Cek Cara Ini

Cobain yuk! 8 Game Balap Mobil Android Offline yang Asyik

7 Alternatif Wisata Anak dan Keluarga di Bali yang Bagus Buat Edukasi

Joko Anwar Jamin Pengabdi Setan 2 Lebih Mencekam

LAGI RAME

Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
7.3k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
35.5k
Wisata Jepara - Karimun Jawa

18 Wisata Hits Jepara Terbaru 2022 Wajib Kamu Kunjungi

April 10, 2022
1.6k
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
8.3k
Kepulangan Jamaah Haji Indonesia Sempat Dilanda Badai Pasir

Kepulangan Jamaah Haji Indonesia Sempat Dilanda Badai Pasir

Agustus 10, 2022
156
Baron Sceber Rogoselo

Legenda Baron Sekeber Desa Rogoselo

Januari 10, 2016
14.3k
Burung Kicau Terbaik 2022

Ini Lho 7 Burung Kicau yang Menjadi Primadona di Tahun 2022

Juni 16, 2022
1.4k
Resep-Membuat-Megono-Pekalo

Resep dan Cara Membuat Megono Khas Pekalongan

Desember 19, 2018
27.8k
Asal-usul Karangdowo

Sejarah Desa Karangdowo – Kab. Pekalongan

Mei 3, 2016
1.4k
Resep Tauto Pekalongan

Sejarah Asal-Usul Tauto Pekalongan

November 21, 2017
1.5k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-POPers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In