KOTOMONO.CO – Lebaran sebentar lagi. Bukan pertanda THR segera cair, tapi undangan pernikahan akan segera berdatangan. Terlebih bulan Syawal, salah satu bulan dalam penanggalan Hijriyah ini kerap dipilih sebagai bulan yang spesial untuk menggelar hajatan terutama pernikahan.
Mendatangi pesta pernikahan seorang teman acapkali menjadi momen untuk bernostalgia. Di tengah kesibukan yang sudah dimiliki masing-masing orang sampai sulit untuk berkumpul barang nongkrong sebentar saja, kondangan bisa menjadi jalan tengah. Tapi datang ke kondangan juga membutuhkan kesiapan mental tersendiri jika lingkunganmu cukup “suram”.
Yang perlu digaris bawahi, keadaan suram lingkungan ini bergantung pada kondisimu. Jika dirasa psikismu cukup stabil, bolehlah datang ke kondangan dengan harapan bisa pulang membawa kebahagiaan setelah reuni teman lama. Tapi jika kondisimu sedang nggak baik-baik saja, lebih baik nggak usah datang atau mood kamu bakal semakin babak belur.
Nggak mau ngadi-ngadi, berikut daftar situasi yang harus kamu hindari demi keselamatan jiwa, raga, dan pikiran pasca kondangan.
Ditanyain datang sama siapa padahal temanmu sudah melihat kamu sendirian
Saya yakin pertanyaan ini didasarkan pada niatan basa-basi atau prolog untuk membuka obrolan. Tapi mohon maaf sekali, jika temanmu sudah melihatmu datang sendirian dengan mata kepalanya tanpa tedeng aling-aling, lantas kenapa perlu ditegaskan lagi? Sekalipun abang ojol mengantarmu sampai venue, tetap saja kan kamu datang sendirian. Abangnya nggak perlu ikut masuk sampai meja resepsionis.
Nah, buntut dari pertanyaan basi itu adalah petuah sok bijak yang menyarankan agar kamu lekas mencari pendamping biar nggak keliatan cengo kondangan sendirian. Bentar-bentar. Jadi, cari pasangan itu cuma buat nemenin kondangan aja, gitu ya? Daebak! Sederhana sekali pola pikirnya.
BACA JUGA: Alasan Jalan di Pemalang Cocok Jadi Tempat Latihan Motocross
Padahal, saya yakin (meskipun belum berpengalaman menjalani kehidupan rumah tangga), menikah juga berarti mendapatkan partner bersusah payah mengarungi up and down perjalanan hidup. Pun pacar, bukan berarti jadi teman ke sana ke mari tok. Mbok ya kasih alasan yang lebih logis gitu lho kalau mendesak temen segera mendapatkan pasangan. Besok kiamat, misalnya.
Pertanyaan “Kapan nyusul?” datang bersahut-sahutan
Tidak berhenti di sana, pertanyaan ngehe yang kian tumbuh subur seiring bertambahnya tahun yaitu kapan kita akan segera menyusul mereka, membuat janji sehidup semati. Setiap ada momen kondangan, pertanyaan ini selalu muncul dari mulut orang-orang yang sudah menikah duluan. Nggak jarang juga dilontarkan oleh pengantinnya sendiri.
Rasanya, pernikahan menjadi sebuah keberhasilan di level puncak. Kamu, atau siapa pun yang belum berhasil menggapainya seolah-olah tertinggal dan perlu dorongan yang kuat dengan dihujani pertanyaan tersebut.
BACA JUGA: Surat Terbuka untuk Mahasiswa yang Hobinya Rebahan
Memang, pernikahan bisa jadi sebuah pencapain yang membanggakan bagi seseorang. Tapi bukan berarti menjadi tolok ukur yang sama untuk semua orang. Terlebih jika mengaitkannya dengan umur, karier, dan gender. Halah dari dulu lingkungan kita gitu terus nggak ada berubahnya.
Nikahan mantan yang masih kamu perjuangkan untuk move on
Dari sekian alasan, menurut saya alasan terakhir ini sih yang paling harus kamu ingat. Jika pada keadaan poin satu dan dua tadi kamu masih bisa menyembunyikan kedongkolanmu, saya nggak yakin kamu bisa melakukan hal yang sama apabila yang duduk di pelaminan adalah mantan yang masih sangat membekas di hatimu.
Terlebih jika ada seorang teman yang mengetahui keadaan kalian. Wah, bisa ada yang sengaja jadiin konten Tiktok euy!
Berpura-pura baik-baik saja mungkin bisa kamu lakukan untuk beberapa saat. Tapi bagaimana jadinya jika ada satu atau dua hal yang menjadi trigger sampai emosimu meledak dan nggak bisa dikontrol lagi? Ada salah satu teman lucknut yang sengaja nyanyiin lagu “Harusnya Aku”-nya Armada, misalnya.
BACA JUGA: Nggak Kalah Dari Drakor, 7 Serial Arab Ini Juga Memukau!
Kalau kamu nggak malu menjadi bahan tontonan tamu undangan lain sih nggak masalah. Atau, dengan sadar sengaja bikin konten pas momen itu biar jadi FYP di Tiktok, boleh-boleh saja. Yang penting, kamu -selaku korban patah hati, nggak merasa dirugikan sepenuhnya ya. Haha.
Jikalau memang kamu nggak siap dengan resiko yang nantinya bakal kamu tanggung, mending nggak kondangan sekalian deh. Ingat, keadaan mentalmu lebih penting dibanding setor muka di depan mantan yang sedang berbahagia. Cukup terima kenyataan kalau kamu sudah nggak punya harapan dengannya, dan move on perlahan. Pokoknya, kamu lebih penting dari siapa pun, ngab.