Kotomono.co – Bisa jadi tanpa sebuah strategi kebudayaan yang cakap, maka suatu bangsa akan kehilangan hakikat kemanusiaannya.
FYI, modernisasi di Indonesia berbanding lurus dengan kecepatan memudarnya sebuah tradisi di Masyarakat. Kemajuan teknologi yang tidak terbatas pada alat dan metode baru, tetapi juga merubah pola pikir dan kebiasaan secara pasti.
Ditinjau dari data yang dikeluarkan PPKD menunjukkan bahwa, gejala ini tidak hanya terjadi di daerah perkotaan saja, melainkan juga sudah merambah dan masuk ke daerah perdesaan. Tidak mengherankan jika dewasa ini banyak desa, komunitas maupun pelaku seni jatuh bangun untuk mempertahankan tradisi sebagai acuan dalam kehidupan, mengingat kebergantungan mereka terhadap pola kehidupan modern sudah sedemikian jauh.
Alhasil, masyarakat Indonesia tidak memiliki ketahanan budaya yang cukup untuk mendukung kemampuan menyeleksi unsur kehidupan modern yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Hal ini terpampang jelas di kalangan muda yang sangat cepat menyerap interaksi Kebudayaan global (manca) sehingga kehilangan kekhasan dan keragamannya karena sudah tidak lagi berpegang pada tradisi leluhur sendiri.
Untuk menghalau tradisi dan kebudayaan yang kian terkikis tersebut, Perpres Nomor 114 tahun 2022 tentang Strategi Kebudayaan pun dikeluarkan pemerintah di Jakarta pada 14 September 2022 silam. Ditempatkan di dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 183. Agar supaya setiap orang mengetahuinya.
Singkatnya, Strategi Kebudayaan merupakan pedoman bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Setiap Orang dalam melaksanakan Pemajuan Kebudayaan. Penyusunan strategi kebudayaan dilaksanakan untuk menentukan arah pemajuan kebudayaan yang berlandaskan pada potensi, situasi, dan kondisi kebudayaan Indonesia untuk mewujudkan tujuan nasional.
Jika sudah begini, maka tiap-tiap elemen negara berkewajiban memiliki strategi kebudayaan masing-masing.
Begitu pula dengan partai politik yang tiap tahun berupaya menjaring aspirasi dari bawah untuk diperjuangkan di pusat pemerintahan.
Nah, Rabu, 30 Agustus 2023 di RM Masduki agaknya menjadi tonggak sejarah tersendiri bagi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sengaja bertatap muka dengan para seniman, budayawan, dan influencer dari 4 daerah (Batang, Pemalang, Kota dan Kabupaten Pekalongan).
Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) Bidang Seni dan Budaya menggelar acara bertajuk “Jagongan Bareng” para seniman dan budayawan 4 wilayah tersebut.
Hadir pula komedian kenamaan Sunarji, yang akrab disapa Narji yang juga Bacaleg DPR RI PKS Dapil 10 Jawa Tengah, Wakil Ketua Bidang Seni Budaya DPP PKS Afwan Riyadi, Sekretaris Bidang Seni Budaya DPP PKS Haden Aulia Husein.
Kemudian, Ketua DPD PKS Kota Pekalongan Rois Rahma Fathoni, Ketua Majelis Pertimbangan Daerah PKS Kota Pekalongan Aji Suryo, Ketua DPD PKS Kabupaten Pekalongan Riska Yulianto, dan sejumlah pengurus DPD PKS lainnya.
PKS menegaskan dirinya sebagai partai yang dekat dengan seniman dan budayawan. Hal tersebut dibuktikan dengan menggelar acara Road Show tersebut. Setidaknya itu yang bisa saya rasakan setelahnya.
Saya bukanlah simpatisan PKS, bukan pula buzzeRp-nya. Melainkan saya hanyalah seorang yang beruntung bisa turut hadir dalam acara fenomenal tersebut. Ibarat kata, saya telah disuguhi pemandangan indah penuh dengan rasa kekeluargaan. Bak melihat keindahan aquarium, kita harus melihatnya dari luar.
“Termasuk cara pandang masyarakat terhadap PKS selama ini, kami ingin dekat dan akrab dengan mereka, dan membangun narasi bersama untuk kebaikan seniman dan budayawan dimana pun berada, termasuk seniman dan budayawan yang ada di Kota Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Batang”
Adalah kalimat yang dilontarkan Wakil Ketua Bidang Seni dan Budaya DPP PKS, Afwan Riyadi tersebut membuat telinga saya jadi terpacu untuk menyimak diskusi.
Lantas, pernyataan Afwan Riyadi ini langsung direspon oleh salah seorang seniman jaranan asal Kabupaten Pekalongan.
“Yang kami tahu, PKS itu partai Lempengan(Lurus).”
Ucapan tersebut agaknya sedikit saya iyakan, memang stereotip PKS yang saya tangkap selama ini adalah perihal ukhkuwah keislaman dan syariat. Mangkanya saat mengetahui PKS kini juga konsen dalam seni budaya, maka itu sedikit menjadi kejutan tersendiri.
Kita tahu, kesenian Jaranan ini sering kali dikaitkan dengan hal-hal klenik padahal soal aksi mereka hanya melakukan sebuah trik. Mangkanya fatwa haram dan musyik kerapkali diterima para pelaku sini ini. Nah pada kesempatan itu, uneg-uneg dari seniman Jaranan tersebut dicurahkan.
Respon yang diberikan dari PKS dalam hal ini disampaikan oleh Afwan cukup melegakan hati, selama kegiatan tersebut menuju kepada hal kebaikan dan tidak menjurus ke hal negatif seperti erotisme, mabuk, LGBT dan lain sebagainya maka pasti akan didukung.
Lain lagi dengan kritik dari Jujur Susilo asal Kota Pekalongan, blio memaparkan pentingnya strategi kebudayaan di tingkat daerah maupun pusat. Lebih-lebih strategi yang akan dijalankan partai PKS ini. Ia dengan nyas-nyis langsung menodong pertanyaan perihal strategi tersebut.
Memang, dalam beberapa tahun ini PKS agaknya lebih luwes dan berkeinginan menjadi teman dan pengayom para pelaku seni budaya di Indonesia. Setidaknya itu yang mereka jalankan di daerah-daerah dengan merangkul para pelaku seni yang selama ini tidak mendapatkan tempat yang layak.
Melalui Jagongan Budaya ini, Afwan mengaku merasa bersyukur, banyak mendapatkan masukan tentang seni budaya dan bagaimana mengembangkannya.
“Mudah-mudahan, PKS dapat diterima dan dijadikan kanal aspirasi yang benar-benar memihak kepentingan budayawan, seniman dan influencer. Sehingga terus bisa berkarya dan bisa sejahtera dari hasil karya-karyanya,” harapnya.
Hampir seluruh pelaku seni di Batang, Pekalongan, maupun Pemalang ini mengalami keresahan yang sama. Yakni ketidaksediaan tempat untuk mereka tampil, maupun kebingungan lainnya dalam upaya untuk nguri-uri budaya sementara ngurip-uripi dirinya sendiri saja masih tidak menentu.
Sementara itu Narji menambahkan, sudah sewajarnya PKS dapat merangkul para seniman dan budayawan. Dengan melalui Jagongan Budaya, dapat diketahui secara langsung dari pelaku seniman dan budayawan. Bagaimana, perjuangan para pelaku seni, sehingga perlu adanya sentuhan.
“Insya Allah, dimanapun PKS berada, budaya berada disamping kami, dan budaya adalah hidup kami,” itu kata-kata Narji yang juga merupakan pandangan partai PKS secara umum.

Komentarnya gan