KOTOMONO.CO – Daerah Kabupaten Pemalang memang tidak sefamiliar Kota Pekalongan dan Kota Tegal, tetangganya. Jika ada yang melewati daerah pantura, pasti banyak orang yang lebih ingat untuk singgah ke Kota Batik atau Kota Bahari tersebut.
Namun, sebagai warga Pemalang saya memiliki rasa sedikit bangga dengan daerah ini. Apalagi kalau bukan Nasi Grombyang. Nasi yang menurut saya enak, walaupun ngga enak-enak banget, tapi lumayan murah untuk ikon makanan khas daerah.
Dulu, sih, waktu dibeliin sama saudara harganya cukup terjangkau. Rp20 ribu udah dapet semangkuk nasi beserta kuahnya, sate, dan juga es teh. Kalau untuk harga sekarang, saya belum tahu karena belum membeli lagi.
Namun, jika kamu ingin mencoba makanan tersebut, kamu juga harus merasakan sensasi jalan pantura di Pemalang. Emang gimana, sih, sensasinya? Ada banyak black hole yang harus kita lewati. Kalau malam hari, sensasinya jauh lebih tertantang.
Lampu yang ada di jalan pantura Pemalang kebanyakan belum lagi berfungsi. Biasanya sih kami yang melewati jalan itu hanya bisa mengandalkan lampu kendaraan saja. Jadi, memang harus ekstra hati-hati. Kalau untuk saya pribadi yang pernah patah tulang akibat kecelakaan, ya hati-hatinya harus 1000%.
BACA JUGA: Yang Paling Mudah Disalahkan Orang Saat Banjir Melanda
Tak hanya di pantura yang notabene jantung dari akses negara, jalan yang ada di daerah pedesaan pun parahnya bukan main. Sebelum pandemi, untuk bisa menitipkan jajan di SMP N 3 Petarukan, saya harus melewati jalan yang dibilang bodol aja belum pantes.
Rusaknya jalan Desa Sirangkang ini sudah lumayan lama, terlebih saat tahun 2013 saat masih ada pembangunan jalan tol. Namun, menurut teman saya daerah tersebut jalannya sudah layak. Yaa, syukurlah.
Lain cerita dengan Desa Pegundan, Desa Klareyan, Desa Kendaldoyong, serta Desa Temuireng juga tak ingin kalah rusak. Saya jadi curiga, mungkin jalan yang ada di Pemalang ini tingkat bapernya lebih tinggi daripada yang ada di daerah tetangganya. Bahkan sopir yang ada di daerah saya juga pernah mengatakan hal satire tentang problem ini.
“Wong picek, neng wes tekan Pemalang, mesti wes ngerti. Lha wong dalane parah dewek. Jeglug-jeglug ora nggenah.“
(Orang buta, kalau udah sampai Pemalang pasti sudah tahu. Orang, jalannya parah sendiri. Kasar tidak jelas).
Memang bener sih, di antara Kabupaten Batang hingga Kota Tegal, jalan pantura yang paling parah ya Kabupaten Pemalang. Untuk Kota atau Kabupaten Pekalongan memang masih ada beberapa black hole-nya. Namun, tidak separah Pemalang. Masih bisa ditoleransilah.
Kalau udah seperti ini, saya rasa jalan pantura pas banget buat dijadikan pusat pelatihan motocross dan juga rekreasi bagi non atlet. Saya jadi ingin mengajak eks atlet badminton dunia yang demen motocross, Tontowi Ahmad, untuk coba “arena” di Pemalang. Lumayan kan, setelah selesai main motor-motoran, Mas Owi dkk bisa singgah ke warung yang jualan Nasi Grombyang. Nah, setelah makan nasi grombyang saya sarankan untuk mencicipi nanas madu. Dijamin deh, bakalan nagih!
Untuk para atlet motocross Indonesia, Ananda Rigi Aditya dkk, saya juga mengusulkan untuk berlatih saja di Pemalang. Saya yakin, jika para atlet ini bisa juara dunia maka nama Indonesia dan Pemalang akan dikenal luas oleh dunia. Persetan dengan orang-orang yang kecelakaan akibat jalan rusak, yang penting mah nama Indonesia bisa dikenal luas sampai ke Merkurius !
Selain itu, saya juga ingin mengusulkan kepada yang terhormat Ketua DPRD Pemalang, Subur Musholeh. Tidak perlulah repot-repot membenahi jalan yang di Kota Ikhlas ini. Karena sebenarnya kami juga sudah ikhlas kok, kalau uang APBD dianggarkan untuk renovasi gedung DPRD.
BACA JUGA: PenjasOrkes, Pelajaran Paling Aneh yang Pernah Saya Temui
Biar tambah cantik nan elok dan ngga kalah dengan Istana Merdeka yang sedang ditempati Jokowi. Bukankah julukan Kota Ikhlas ini adalah sebuah doa dari para petinggi daerah agar para warganya ikhlas selalu apa pun yang terjadi termasuk jalan yang rusak?
Karena jika tempat kerjanya tidak nyaman, maka akan berimbas dengan hasil kerjanya yang tak maksimal. Ayo pak, bu, teruslah membenahi gedung DPRD! Lupakan saja black hole yang ada di jalan Pemalang. Lagipula, BPJS dan Jasa Raharja masih mampu kok menangani para warga yang kecelakaan. Untuk para warga yang tidak punya BPJS ya cukup ucapkan saja, IDL! (Itu Derita Loe!).