• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
No Result
View All Result
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
Budaya Barat dan Budaya Timur

Gambar : thesharenation

Jangan Terjebak dalam Dikotomi Budaya Barat-Timur

Catatan kecil sebuah obrolan warung kopi di saat menepi dari hujan

Ribut Achwandi by Ribut Achwandi
Januari 27, 2021
in ESAI
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Obrolan warung kopi semalam membuat saya terpaksa menahan tawa. Saya khawatir jika tawa saya mengusik kebakuan pikirannya. Menurut yang dia pikirkan, bahwa budaya Barat itu buruk. Yang baik itu budaya Timur. Bahwa budaya Barat itu tak kenal etika. Hanya Timur yang sangat mengenal baik dan menerapkan etika.

Jangan salah menduga dulu, saya menahan tawa bukan karena saya West Minded. Tidak. Justru saya malah orang yang selama ini dibingungkan dengan dikotomi antara Barat  dan Timur. Apa batasnya?

Memang, dulu sewaktu masih duduk di salah satu bangku yang berderet di ruang kelas saya suka mendengarkan ceramah dosen saya tentang Barat-Timur. Seru. Ada dosen yang memang West Minded. Ada juga yang mengagungkan Timur. Tapi, ada juga yang bersikap tengah-tengah. Bahkan ada yang menyatakan Barat dan Timur itu tidak ada.

Namun nyatanya, buku-buku Baratlah yang kerap kami temukan. Sementara buku-buku Timur jarang diberikan. Yang ada hanya buku tentang Timur. Itupun—sebagaimana pernah disinggung Herman Sinung Janutama (penulis buku Kesultanan Majapahit yang sempat kontroversial itu)—dasar cara pandangnya cenderung menggunakan teori-teori Barat. Jadi, kata Herman Sinung Janutama, kebanyakan buku tentang Timur itu masih didominasi oleh aroma kebarat-baratan.

Ia mencontohkan, Romo Franz Magnis Suseno yang banyak menulis tentang etika dan filsafat Jawa. Akan tetapi, dasar pemikirannya tidak Jawa tulen. Menurut Herman, apa yang ditulis Franz Magnis Suseno adalah pandangan seorang Barat tentang Jawa. Lalu, bagaimana Jawa yang Jawa?

Herman menawarkan jawaban, mesti digali dari teks-teks yang tersedia. Teks-teks yang ditulis oleh pengarang/pujangga Jawa yang mengisahkan atau menuliskan kehidupan Jawa. Banyak tersebar teks itu. Tidak hanya ratusan atau ribuan. Bahkan ratusan ribu atau sudah mencapai angka jutaan. Itu pun baru yang naskah kuno.

BACA JUGA: Mau Jadi Kota Wisata? Sinau Sama KLU!

Tidak hanya itu, keberadaan naskah-naskah kuno Nusantara—khususnya Jawa—telah melahirkan banyak profesor, khususnya yang berasal dari negara-negara manca. Lebih khususnya lagi dari daratan Eropa. Sebut saja dua nama di antara banyak nama itu yaitu Zoetmulder, Willem van Der Molen.

Wardiman Djojonegoro (menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Orde Baru) dalam suatu kesempatan pernah menyinggung masalah arsip dan naskah. Urusan arsip, katanya, negara ini lebih banyak menyimpan arsip peninggalan VOC. Angka lembarannya fantastis. Ia menyebutkan ada 25 juta lembar arsip yang tersimpan di ANRI. Sedang, 10 juta lembar lainnya di Belanda. Sedang naskah, sejak tahun 1760, orang-orang Belanda yang berminat membaca dan mengkaji naskah kuno Nusantara telah mengumpulkannya dan membawanya ke negerinya Eduard Douwes Dekker alias Multatuli itu.

Ia juga menyayangkan, jika pengkajian naskah kuno lebih banyak dilakukan oleh sarjana-sarjana Eropa. Sementara dari negeri sendiri sepertinya ogah-ogahan. Mungkin, kata Wardiman Djojonegoro, ini disebabkan oleh tradisi baca bangsa ini yang tergolong masih rendah.

Dikotomi Budaya Barat -Timur
Agnes Mo Memakai Baju Tradisional Timur di Video Clip Lagu Baratnya  | Foto: Hipwee

UNESCO pernah menerbitkan sebuah rilis tentang budaya baca. Di dalam rilis itu menyebutkan, minat baca orang Indonesia hanya 0,001%. Artinya, jika ada 1.000 orang Indonesia, cuma seorang yang rajin membaca. Sedang, Central Connecticut State University, melalui risetnya World’s Most Literate Nations Ranked memampang peringkat budaya baca di 61 negara di dunia. Hasilnya, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

BACA JUGA: Kota Pekalongan Cocok Jadi Kota Wisata, Nggak Punya SDA Nggak Masalah kok!

Tapi bagaimana dengan tradisi menulis? Tradisi menulis—atau meminjam istilah Maman S. Mahayana tradisi kepengarangan—di Nusantara sudah muncul sejak era raja-raja. Kala itu seorang pengarang/pujangga diangkat oleh raja sebagai bagian dari keluarga kerajaan. Tugasnya, untuk menulis kisah, mencatat peristiwa penting, atau menuliskan maklumat sesuai dengan pesanan raja. Atas dasar itu pula, seorang pujangga beserta keluarga kemudian mendapatkan fasilitas dari kerajaan.

Sementara, di luar istana, nyaris tak terdengar nama-nama kesohor para pengarang/pujangga. Ada dugaan, profesi kepengarangan di luar istana tidak berkembang lantaran kuatnya cengkeraman kekuasaan raja-raja kala itu. Oleh sebab itu, sulit bagi rakyat biasa untuk bisa membuat karangan. Apalagi jika yang ditulisnya itu bertentangan dengan pandangan raja atau aturan main kerajaan. Dengan begitu, kisah-kisah pun akhirnya menyebar melalui tradisi lisan. Akibatnya, tidak jarang satu kisah yang sama memiliki banyak versi. Bahkan, sampai detik ini keragaman versi dari satu kisah ini sulit diidentifikasi mana kisah babonnya.

Di era kini, kita patut berbahagia, karena siapa pun boleh menulis. Tentang apapun. Bahkan, seorang rakyat biasa yang tak punya kedudukan apa-apa di masyarakat boleh menyampaikan kritik terhadap kebijakan penguasa. Tidak hanya itu, rakyat biasa pun boleh juga memberi sanggahan atas kritik itu dengan tulisan pula. Akan tetapi, untuk bisa dinyatakan tulisan itu berdasar dan kuat, ia mesti didukung pula oleh metode yang tepat. Nah, soal metode juga banyak pilihan yang bisa digunakan. Tentu, disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan tulisan.

Jadi, saya pikir, bangsa ini sudah mengalami kemajuan yang begitu rupa. Menempatkan tulisan sebagai bagian dari dinamika kehidupan. Gus Mus bahkan pernah mengatakan, peradaban paling puncak dari suatu bangsa adalah sastra. Dan cara mengenalkan sastra di masa sekarang ini adalah melalui tulisan. Sebab, tulisan menjadi rekaman yang paling canggih yang pernah dicapai oleh manusia. Tradisi oral saja tidak cukup.

BACA JUGA: Salah Guru Ya Kalau Kualitas Pendidikan Kalah Saing?

Dan saya kira, sekarang bukan saatnya lagi kita terjebak pada dikotomi Barat-Timur yang sudah usang itu. Sebab, dikotomi yang demikian kadang justru membuat kita terjebak dalam ketidakjelasan yang kabur. Apa itu Barat? Apa itu Timur? Saya pikir, batasnya juga tak jelas. Malah dalam obrolan-obrolan santai, dikotomi Barat-Timur ini kerap dimunculkan dengan dasar yang cenderung asumtif. Alih-alih ingin mengunggulkan budaya sendiri, eh malah terjebak pada sikap yang justru menunjukkan rasa pesimistis. Sayang kan?

Sikap kita semestinya berpijak pada idiom “Jawa digawa, Arab digarap, Barat diruwat”. Artinya, kita mesti memiliki rasa percaya diri sebagai sebuah bangsa di dunia ini. Tetapi, untuk menemukan rasa percaya diri itu mesti pula dibarengi dengan upaya untuk menemukan jati diri yang tepat. Bukan sekadar njeplak, asal ucap. Sehingga, kita dapat bergaul dan memposisikan sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Sebab, setiap bangsa adalah warga dunia. Sama kedudukannya. Tidak ada beda. Hanya soal bagaimana mengelola dan mengolah pengetahuan-pengetahuan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada.

Sekali lagi, tidak semua yang dari Barat itu buruk dan tidak semuanya yang dari Timur itu baik. Tetapi, ada tempatnya masing-masing. Ada keunggulan-keunggulan yang dimiliki tiap-tiap bangsa yang perlu sama-sama diapresiasi. Tak perlu memaksa harus Timur atau harus Barat. Sekarang, adalah era bagi semua bangsa memiliki hak yang sama untuk duduk semeja. Menjadi orang Jawa juga perlu memahami etika orang Barat, supaya ketika kita bertandang ke sana, kita tahu mana yang seharusnya tanpa harus melepaskan kejawaan kita.

Demikian saya kira.

 

Baca Tulisan-tulisan Ribut Achwandi Lainnya

Tags: ANRIEduard Douwes DekkerEsaiHerman Sinung JanutamOpiniUNESCOWillem van Der MolenZoetmulder

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Ribut Achwandi

Ribut Achwandi

Kepala Redaksi
Ngedanlah asal nggak bikin orang lain jadi edan.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Film Pendek Menanti Keajaiban

4 Film Pendek Keren yang Bisa Kamu Tonton Gratis di Youtube

Juli 29, 2022
160
Menanggulangi Wabah Cacar Monyet

Kiat Agar Indonesia Bisa Sukses Menanggulangi Wabah Cacar Monyet

Juli 28, 2022
179
Mengenal Filsafat Stoa - Stoikisme

Stoikisme, Jalan Damai Mengenal Diri Sendiri Sebagai Kunci Hidup Tenang

Juli 27, 2022
234
Soal Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang Kurang Diperhatikan

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Itu Perlu Diperhatikan lho!

Juli 25, 2022
188
Alasan Hobi Orang Dewasa yang Gemar Nonton Kartun itu Layak Diapresiasi

Alasan Hobi Orang Dewasa yang Gemar Nonton Kartun itu Layak Diapresiasi

Juli 22, 2022
185
Cibiran akan kesuksesan orang lain

Soal Rivalitas Kehidupan yang Kalau Dipikir Itu Mending Lucu

Juli 20, 2022
155
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Menteri PPPA: RUU KIA Tak Menimbulkan Diskriminasi Gender

Kepulangan Jamaah Haji Indonesia Sempat Dilanda Badai Pasir

5 Alasan Kamu Perlu Memilih Eranyacloud sebagai Cloud Provider Terbaik di Indonesia

Mobil Tiba-Tiba Mati dan Tidak Bisa Distarter? Cek Cara Ini

Cobain yuk! 8 Game Balap Mobil Android Offline yang Asyik

7 Alternatif Wisata Anak dan Keluarga di Bali yang Bagus Buat Edukasi

Joko Anwar Jamin Pengabdi Setan 2 Lebih Mencekam

LAGI RAME

Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
7.3k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
35.5k
Wisata Jepara - Karimun Jawa

18 Wisata Hits Jepara Terbaru 2022 Wajib Kamu Kunjungi

April 10, 2022
1.6k
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
8.3k
Burung Kicau Terbaik 2022

Ini Lho 7 Burung Kicau yang Menjadi Primadona di Tahun 2022

Juni 16, 2022
1.4k
Kepulangan Jamaah Haji Indonesia Sempat Dilanda Badai Pasir

Kepulangan Jamaah Haji Indonesia Sempat Dilanda Badai Pasir

Agustus 10, 2022
156
Baron Sceber Rogoselo

Legenda Baron Sekeber Desa Rogoselo

Januari 10, 2016
14.3k
Asal-usul Karangdowo

Sejarah Desa Karangdowo – Kab. Pekalongan

Mei 3, 2016
1.4k
Resep-Membuat-Megono-Pekalo

Resep dan Cara Membuat Megono Khas Pekalongan

Desember 19, 2018
27.8k
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
7.7k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-POPers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In