KOTOMONO.CO – Rekam jejak punden mbah Singo Joyo dan Mitos macan kembar di Kampung Made.
Hingar bingar kota Surabaya yang cukup khas dengan tipikal kota metropolitan tentunya memberikan gambaran akan sebuah kota modern di Indonesia. Kota yang berada di kawasan pesisir utara wilayah Provinsi Jawa timur tersebut memang menjadi salah satu kota tersibuk di pulau Jawa. Namun, siapa sangka kota yang dikenal dengan lambang kota buaya dan ikan sura tersebut juga menyimpan beberapa kawasan bersejarah yang masih cukup kental dengan kebudayaan tradisional masyarakat kota Surabaya.
Di kawasan Surabaya barat bisa dibilang sebagai salah satu daerah yang masih menjunjung tinggi tradisi leluhur yang telah ada di kota Surabaya sejak ratusan tahun yang lalu. Tidak heran jika masyarakat di daerah ini sebagian besar masih melakukan beberapa tradisi kuno yang mungkin di daerah Surabaya lainnya sudah jarang sekali dilakukan.
Di kawasan inilah juga banyak terdapat situs-situs bersejarah yang tentunya masih kental berbalut dengan mitos dan kepercayaan masyarakat sekitar. Salah satu situs bersejarah yang masuh ke kawasan cagar budaya di daerah ini adalah Pundeng Mbah Singo Joyo di kawasan Kampung Made.
Berasal Dari Mitos Pertapaan Orang Sakti di Masa Lalu
Sebagian orang mungkin cukup asing apabila mendengar nama Punden Mbah Singo Joyo. Bahkan, tidak semua warga kota Surabaya mungkin mengetahu tentang rekam jejak sejarah bangunan cagar budaya tersebut. Akan tetapi, bagi masyarakat Surabaya barat khususnya daerah Kampung Made kisah Punden Mbah Singo Joyo merupakan kisah turun temurun yang masih diwariskan hingga saat ini.

Kisah dari Punden Singo Joyo memiliki beberapa versi, akan tetapi salah satu versi yang paling populer adalah ketika datangnya seorang pertapa atau orang-orang lebih menyebutnya dengan “wong sakti” di daerah hutan yang kini dikenal masuk sebagai wilayah Kampung Made. Beliau diyakini merupakan Mbah Singo Joyo yang merupakan seorang pengelana sekaligus pertapa yang “membabat alas” atau membuka lahan hutan di daerah yang kini mejadi kawasan Kampung Made. Pada saat melakukan pengelanaan sekaligus membuka lahan beliau diyakini bertapa di tempat yang diyakini kini menjadi lokasi dari Punden Mbah Singo Joyo.
BACA JUGA: Kenalan Dengan Adat Pernikahan Manten Pegon Asal Surabaya
Saat melakukan pertapaan di daerah tersebut, beberapa masyarakat yang kebetulan melihat pertapaan beliau meyakini bahwa Mbah Singo Joyo dijaga oleh 2 sosok macan atau Harimau yang disebut oleh orang-orang zaman dahulu sebagai singo atau sima.
Ada yang berpendapat bahwa kedua hewan tersebut adalah hewan peliharaan dari Mbah Singo Joyo. Namun, adapula beberapa kalangan yang menyebutkan bahwa kedua hewan tersebut merupakan jelmaan dari penunggu kawasan hutan tersebut yang menjaga Mbah Singo Joyo selama proses pertapaannya. Kesaktian tinggi yang dimiliki Mbah Singo Joyo juga diyakini dapat membuat dirinya berkomunikasi atau bahkan mengendalikan bangsa lelembut di kawasan itu.
Seiring berjalannya waktu pertapaan, satu ekor macan tersebut kemudian pergi dan Mbah Singo Joyo hanya ditemani oleh satu ekor macan lainnya dalam proses pertapannya hingga selesai. Namun, beberapa orang juga berpendapat macan yang pergi meninggalkan Mbah Singo Joyo tersebut pada akhirnya kembali menjaga Mbah Singo Joyo. Hal inilah yang membuat adanya 2 patung macan atau harimau di sekitar kawasan Punden tersebut yang merupakan representasi dari kedua ekor macan penjaga tersebut.

Merupakan Tempat Sakral Bagi Masyarakat Sekitar
Punden Mbah Singo Joyo di Kampung Made bukan hanya sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah kota Surabaya. Namun, lokasi ini juga cukup disakralkan oleh masyarakat sekitar. Lokasi Punden Mbah Singo Joyo terbilang cukup sejuk dan dingin karena dikeliliingi oleh kawasan pepohonan yang rindang. Di lokasi ini juga terdapat sebuah bangunan pendopo yang sekaligus juga berfungsi sebagai balai pertemuan bagi masyarakat Kampung Made.
BACA JUGA: Mengenal Tradisi Undukan Doro Dari Dua Sisi Yang Berbeda
Dikarenakan dianggap sebagai salah satu lokasi yang sakral, di tempat ini juga seringkali diadakan acara doa bersama maupun ruwatan massal pada bulan-bulan tertentu di Kampung Made. Beberapa warga sekitar juga bertutur seringkali mendengar auman macan yang suaranya berasal dari area sekitar Punden. Bahkan, beberapa diantara mereka juga melihat 2 ekor macan yang diyakini dahulunya merupakan penunggu Mbah Singo Joyo ketika sedang bertapa.
Pada antara bulan Agustus hingga Oktober lokasi Punden Mbah Singo Joyo juga menjadi salah satu kawasan sedekah bumi yang populer diadakan oleh masyarakat di sekitar Surabaya bagian barat. Di tempat ini juga seringkali ditemui beberapa peziarah yang sedang melakukan napak tilas ke tempat-tempat sakral maupun bersejarah.
Nama Kampung Made sendiri juga merupakan representasi dari nama “Macan Gede” yang merupakan makna simbolis dari 2 ekor macan penjaga yang menemani pertamaan dari Mbah Singo Joyo. Lokasi dari Punden Mbah Singo Joyo ini sendiri berada di Kampung Made Barat, tepatnya berada di Jl. Made Barat No.113, Made, Kec. Sambikerep.
Komentarnya gan