• Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • NYAS-NYIS
  • SENGGANG
  • PLESIRAN
  • DAEBAK
  • WIBU
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • OTOMONO
    • FIGUR
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
  • NYAS-NYIS
  • SENGGANG
  • PLESIRAN
  • DAEBAK
  • WIBU
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • OTOMONO
    • FIGUR
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
No Result
View All Result
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • NYAS-NYIS
  • SENGGANG
  • PLESIRAN
  • DAEBAK
  • WIBU
  • LAINNYA
Home LAINNYA NGABUBURIT
Membaca Bismillah untuk Menghindari hal buruk

Ilustrasi via Javad_esmaeili/Pixabay

Kata Siapa Membaca Bismillah Itu Membuat Kita Terhindar dari Hal Buruk?

Seri ke-1 Tulisan Ngabuburit (Ramadan 1443H)

Muhammad Arsyad by Muhammad Arsyad
April 3, 2022
in NGABUBURIT
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Hari ini adalah makan siang terakhir. Esok sudah puasa. Cak Kendor, orang paling miskin di Kampung Lewah sedang bersantap siang dengan istrinya. Cak Kendor memang dikenal dengan orang miskin. Ia hanya bekerja sebagai tukang becak.

Istrinya hanya mengurus rumah, entah apa yang istrinya itu lakukan kok benda mati seperti rumah saja mesti diurus. Cak Kendor tak punya keistimewaan apa-apa. Ia bukan wali. Bukan ustaz. Bukan dosen. Apalagi presiden. Ia hanya tukang becak, sudah itu saja.

“Woco bismillah sek to…” kata istri Cak Kendor.

Cak Kendor yang tak tahan hanya cengir. Lalu membaca ‘Bismillah’ pelan dan makan dengan lahapnya. Meski hanya sayur sop, bagi Cak Kendor itu adalah sayur sop terenak sekampung Lewah.

“Uenak…” ujar Cak Kendor sambil mencomot tempe menggunakan tangan kanannya.

Tak lama, makanan pun tandas. Istrinya membawa bekas makanan itu ke wingking. Ia duduk bersila di atas tikar. Cak Kendor tidak merokok. Bukan, bukan karena ia termakan propaganda aktivis antirokok. Kebetulan hari itu ia belum narik satu pun penumpang.

BACA JUGA: Akui Saja Kalau Puasa Itu Memang Tidak Menyenangkan

Istri Cak Kendor pun kembali. Sementara, Cak Kendor masih termangu-mangu. Ia tidak lekas berangkat, sebab Cak Kendor ingin ngobrol dulu dengan istrinya. Membicarakan soal kehidupan. Tentang sesuatu yang tidak penting. Sampai ihwal dirinya yang belum punya anak.

“Kenapa ya, dik, kita belum dikasih anak?” Tanya Cak Kendor.

“Lha yo ndak tahu. Gusti belum ngasih mau gimana lagi?” Jawab istrinya sekenanya.

Tak berapa lama, obrolan tersendat. Cak Kendor merasakan ada yang tidak beres di perutnya. Ia merasakan mules tak karuan. Cak Kendor merintih. Ia bergegas menuju wingking. Selesai dari sana, sang istri menanyai Cak Kendor.

“Kenapa tho, mas?”

“Perutku kok ndadak mules ngene iki yo, dik? Sop kamu kasih racunkah?”

“Sembrono sampeyan. Mana mungkin aku ngeracuni bojoku dewe,” jawab istri Cak Kendor agak sedikit ketus.

Untunglah penyakit itu tak berlangsung. Cak Kendor hanya mules sekali dan sudah mengeluarkannya. Ia pun masih bisa berangkat narik. Tak lupa ia mengucapkan ‘Bismillah’ sebelum berangkat. Ustaz Ndirin yang mengajari hal itu. Kata Ustaz Ndirin kalau kita memulai sesuatu dengan ‘Bismillah’ segala sesuatunya akan lancar dan baik-baik saja.

Sial. Belum keluar Kampung Lewah, Cak Kendor merasa ada yang tidak beres dengan becaknya. Ternyata kedua ban becaknya kempes. Bahkan yang satunya kempes parah. Cak Kendor pun harus mendorong becaknya dan kembali ke rumah. Tidak mungkin meneruskan dengan kondisi ban yang kempes.

BACA JUGA: Gegayaan Nyumbang Uang untuk Mushola, Padahal Mushola Itu Rumahnya Sang Maha Kaya

“Ada apa lagi, Mas?” Tanya istri Cak Kendor.

“Ban kempes dek.” Kata Cak Kendor dengan sedikit memaki.

“Oalah… yawes liren sek wae mas. Ora usah mangkat. Mengko bar maghrib juga ono acara megengan nang mushola.”

Cak Kendor langsung semangat mendengar hal itu. Acara di mushola membuatnya yang tadinya ngedumel nggak karuan jadi bersemangat. Karena di acara nanti sudah pasti makanannya enak-enak. Ya meskipun, ia agak sedikit males dengan orang-orang di Kampung Lewah.

Menurut pikiran Cak Kendor, orang-orang di kampungnya serakah. Kalau bisa menghabiskan makanan, orang-orang itu akan menghabiskannya. Begitu kira-kira. Namun ia tetap semangat, karena di acara itu sudah pasti ada Ustaz Ndirin yang selalu baik, dan Pak Dumadi yang kerap memberi uang ke Cak Kendor.

Artikel Terkait

Islam Itu Tidak Harus Arab, Tapi juga Tidak Mengabaikan Arab

Jika Tuhan Maha Penyayang, Mengapa Kita Selalu Dikasih Masalah?

Kalau Istighfar Nggak Usah Ingat Dosa, Nanti Malah Jadi Sombong

Tibalah sehabis maghrib, Cak Kendor dan jamaah mushola sudah berkumpul. Mereka menyimak tausiyah Ustaz Ndirin. Orang-orang di sana memang lebih suka mendengar ceramah Ustaz Ndirin yang orang asli, daripada memanggil ustaz atau kiai dari kampung atau bahkan kota lain.

BACA JUGA: Jika Miskin Itu Takdir, Buat Apa Bersedekah pada Orang Miskin?

Tentu ini bukan karena tak percaya, atau sikap primordialisme yang tinggi, tapi karena tak punya dana untuk itu. Mushola Kampung Lewah tak pernah punya kas yang banyak. Setiap bulan kasnya hanya tersisa 200 ribu, bahkan kadang kurang. Untuk acara megengan saja, uangnya dari para warga. Itu pun seadanya, semampunya.

Acara pun sampai ke waktu makan bersama. Cak Kendor duduk bersama Lek Wari. Lek Wari adalah warga Kampung Lewah yang jadi PNS. Orang sana sih bilangnya begitu. Meskipun sesungguhnya Lek Wari hanya tukang antar makanan ke kantor dinas.

“Sebelum mulai, mari kita bersama-sama membaca ‘Bismillah’ terlebih dahulu,” terdengar suara Uztaz Ndirin ke jamaah. Tiba-tiba Cak Kendor menyelanya.

“Ndak usah Bismillah ndakpapa, taz.”

“Lho, kok ndakpapa itu gimana, Cak? Kita mau makan lho, bahkan seharusnya baca doa makan.”

“Yawes. Baca doa makan saja, taz. Nggak usah Bismillah,” kata Cak Kendor.

“Lha… sampeyan itu kaya anti banget karo Bismillah kenapa tho, Cak?” Tanya Ustaz Ndirin sambil tersenyum.

“Bismillah itu ternyata ndak selamanya baik kok, taz. Tadi siang saya dua kali baca
“Bismillah”, dan dua kali juga saya malah kena apes.”

“Iku kowe bae sing apes, Cak!” Teriak Wagiman. Ustaz Ndirin memberi isyarat agar Wagiman tenang. Acara makan bersama pun tertunda.

“Wes tho, Cak. Rak usah kesuwen. Iki wes do ngelih ke lho,” kata Lek Wari.

Situasi yang tidak kondusif membuat Ustaz Ndirin pun merasa harus bertindak.

“Sampeyan bener, Cak,” kata Ustaz Ndirin. Seluruh hadirin terkejut.

“Sampeyan kok aneh, taz. Omongan Cak Kendor digugu. Ngaco kui,” Wagiman menimpali.

“Ndak, Man. Cak Kendor ono benere. Dengan membaca ‘Bismillah’ tidak lantas membuat kita terhindar dari hal-hal buruk,” kata Ustaz Ndirin.

“Maksudnya pripun iku, taz?” Lek Wari makin bingung.

“Sebelumnya, saya mau tanya ke sampeyan Cak. Apa yang sampeyan alami tadi?” Tanya Ustaz Ndirin.

BACA JUGA: Kamu Maksa Ibadahmu Biar Sempurna, Memang Kamu Siapa?

“Saya tadi baca ‘Bismillah’ sebelum makan, tapi setelah makan perut saya mules. Saya baca lagi sebelum berangkat becak, tapi becak saya bannya malah kempes,” kata Cak Kendor sambil menyantap makanannya.

“Berarti jelas di sini. ‘Bismillah’ itu bukan jaminan kita aman dari hal-hal buruk.”

“Maksudnya ustaz?” Tanya Lek Wari nggak sabaran.

“Begini. ‘Bismillah’ itu hanya alat untuk membantu kita terhindar dari keburukan dan mendekat ke kebaikan. Nah, dalam praktiknya, kelakuan kita, apa yang kita kerjakan, segala sesuatunya juga harus kita pastikan baik,” jelas Ustaz Ndirin.

“Masih belum paham,” gerutu Wagiman.

“Jadi, tidak lantas apa yang kamu mulai dengan ‘Bismillah’ itu akan menjadi baik jika dalam praktiknya tidak mengarah ke kebaikan. ‘Bismillah’ bukan jaminan.”

“Misalnya?” Tanya Wagiman (lagi).

“Begini. Misal, kamu mau mau maling, terus sebelum maling kamu baca ‘Bismillah’, apa lantas itu baik? Kan tidak. Dalam kasus Cak Kendor mungkin dia itu ada yang ndak beres. Mungkin sebelum makan dia ndak cuci tangan. Sebelum berangkat mbecak ndak ngecek dulu bannya kempes atau tidak.”

“Makanya, baik atau tidak itu tergantung kamunya. Begitu Cak Kandor,” kata Ustaz Ndirin seraya menoleh ke arah Cak Kendor. Tak disangka, orangnya sudah menghabiskan makanannya dan baru saja bersendawa.

————————————————————

Disarikan dari apa yang disampaikan Emha Ainun Nadjib

Tulisan ini adalah SERI TULISAN NGABUBURIT yang akan tayang setiap hari (kalau penulisnya nggak malas), tentu saja buat menemani kamu jelang berbuka puasa.

Tags: Emha Ainun NadjibKisahNgabuburitRamadan
❯ Ikuti kami ❮

Selalu dapatkan berita dan informasi terupdate dari Kotomono di:

Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

REDAKTUR
Tukang nulis dan fans Yoona. Santri Youtube. Bermukim di Kota Pekalongan bagian utara.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Islam Itu tidak harus arab

Islam Itu Tidak Harus Arab, Tapi juga Tidak Mengabaikan Arab

April 10, 2022
170
Jika Tuhan Maha Penyayang Mengapa Kita Selalu Dikasih Masalah

Jika Tuhan Maha Penyayang, Mengapa Kita Selalu Dikasih Masalah?

April 7, 2022
166
Istighfar Nggak Usah Ingat Dosa

Kalau Istighfar Nggak Usah Ingat Dosa, Nanti Malah Jadi Sombong

April 5, 2022
202
Semakin Banyak Kebutuhan Semakin Bodoh

Semakin Banyak Kebutuhan Semakin Bodoh

April 4, 2022
157
hikmah Itikaf

Kamu Maksa Ibadahmu Biar Sempurna, Memang Kamu Siapa?

April 30, 2021
267
Buat Apa Bersedekah pada Orang Miskin

Jika Miskin Itu Takdir, Buat Apa Bersedekah pada Orang Miskin?

April 25, 2021
396
Load More
Next Post
Semakin Banyak Kebutuhan Semakin Bodoh

Semakin Banyak Kebutuhan Semakin Bodoh

Politik Pangkon Walikota Afzan Arslan Djunaid

Politik "Pangkon" Ala Mas Walikota Aaf

Istighfar Nggak Usah Ingat Dosa

Kalau Istighfar Nggak Usah Ingat Dosa, Nanti Malah Jadi Sombong

Tulis Komentar Anda

Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!

TERBARU

Nduding Liyan Wis Ilang Jawane, Sejatine Mung Rebutan Njawa Tanpa Isi

Di Balik Layar “Monolog Hoegeng” (bagian 01)

Kritik Sosial ala Didi Kempot, Nggak Cuma Soal Ambyar!

Begawan Dorna, Guru Inspiratif yang Paripurna

Cara Mudah Memahami Metrum Tembang Macapat, Step by Step!

Kota Pekalongan Bukan Hanya Demokratis, tapi juga Kolaboratif

Membaca Langkah Mas Gibran dalam Pencalonan Wakil Presiden

LAGI RAME HARI INI

Homestay Cahaya Sikunir

14 Homestay dan Villa di Dieng, Cocok Buat Rombongan juga Keluarga

Juli 11, 2023
4.3k
Jenis Ketawa yang Sering Dipakai Orang Saat Chat

Arti Jenis Ketawa yang Sering Dipakai Orang Saat Chattingan

Januari 3, 2023
4.2k
Wisata Tawangmangu Terbaru - Sakura Hills

18 Wisata Tawangmangu Hits 2023, Pas Buat Liburan Seru!

Februari 18, 2023
4.8k
Rekomendasi iPhone Harga Rp 5 Jutaan - iPhone XR

7 Rekomendasi iPhone Harga Rp 5 Jutaan, Cocok Buat Kamu

Agustus 12, 2023
2.7k
Film Semi Terbaik - Beiimaan Love (2016)

18 Pilihan Film Semi Terbaik Mancanegara, Erotis Dengan Cerita Bagus!

Mei 9, 2023
2.9k
wong jawa ilang jawane

Nduding Liyan Wis Ilang Jawane, Sejatine Mung Rebutan Njawa Tanpa Isi

November 29, 2023
150
Cara Mengembalikan Foto dan Media WhatsApp yang Hilang

Foto dan Media WhatsApp Hilang? Jangan Panik, Berikut Cara Mengembalikannya!

Agustus 26, 2023
618
Speksifikasi New Honda Beat 150cc

New Honda Beat 150cc: Semua yang Perlu Kamu Tahu

Maret 7, 2023
2.4k
Sate Winong Mustofa Purworejo

10 Rekomendasi Kuliner Enak di Purworejo Tahun 2023

November 9, 2021
9.9k
Landmark Dieng

Wisata ke Dieng Lewat Jalur Pekalongan

September 7, 2018
19.5k
header-kotomono

RINGAN-RINGAN SEDAP

 

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  / INDEKS /  KIRIM ARTIKEL

© 2023 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • NYAS-NYIS
  • SENGGANG
  • DAEBAK
  • PLESIRAN
  • KILASAN
  • LAINNYA
    • NYASTRA
    • OTOMONO
    • FIGUR
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In