• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
Kepunahan Tukang Canting

foto/harviyan perdana putra/tom

Menyongsong Kepunahan Tukang Canting dan Tukang Sungging

Ribut Achwandi by Ribut Achwandi
Januari 29, 2022
in NYAS-NYIS
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Akankah pengrajin canting terhapus dari kamus pekerjaan orang Pekalongan? Kalau iya, kata atau istilah apa yang akan menggantikannya?

Saya kira, tak perlu terburu-buru menjawab pertanyaan itu. Tersebab, kamus pekerjaan khas warga Pekalongan belum juga disusun. Maklum, Pekalongan belakangan ini sibuk benar menata dan memoles kotanya supaya terlihat cantik. Ibarat seorang gadis perawan yang baru tumbuh dewasa, ia mulai memperhatikan penampilannya. Sampai-sampai dibuat terlena oleh pantulan bayangannya pada cermin.

Jadi, tak ada gunanya juga mengkhawatirkan hal-hal yang dianggap tidak lebih penting dari sekadar mermak wajah. Anda—dan mungkin juga saya—disarankan untuk tenang-tenang saja. Tak perlu cemas apalagi sampai takut jika ada beberapa nama pekerjaan khas warga Pekalongan tiba-tiba hilang dari perbincangan sehari-hari.

Sebagaimana tak perlu mendadak prihatin jika seorang tukang sungging namanya tak lebih tenar dari para pedagang batik maupun para juragan. Mereka bekerja di balik layar dari sebuah produk batik. Mereka inilah yang menjadi pangkal dari proses panjang dari sebuah produk batik.

Di atas lembar-lembar kertas sungging, mereka menggoreskan garis dan titik hingga menjadi pola dan motif tertentu. Tentu, pekerjaan ini memerlukan ketenangan, kekayaan ide, dan daya imajinasi. Syukur, jika seorang penyungging alias tukang sungging memiliki cukup pengetahuan tentang hal-hal lain di luar batik itu sendiri. Sehingga, motif batik yang digambarnya akan menjadi lebih kaya. Bahkan, akan sangat mungkin pula dapat bercerita.

Kalau disamakan dalam sebuah produksi film, para penyungging itu setara dengan penulis skenario. Keduanya bekerja dengan mendayakan ide dan imajinasi. Penulis skenario meramu bahan-bahan yang diambil dari kisah-kisah keseharian ataupun kisah fantasi untuk dijadikan sebagai cerita dalam skenario yang ia bikin. Pun demikian pada penyungging. Mereka meramu bahan-bahan dari apa saja yang tergelar di sekitar menjadi susunan gambar motif batik.

BACA JUGA: Ketika Mas Dudung Bertutur tentang Proses Kreatifnya

Yang membedakan keduanya adalah nasib. Seorang penulis skenario film sangat mungkin dibayar mahal. Bahkan, bisa dipakai oleh sutradara manapun. Malah, ada juga yang namanya tenar dan sejajar dengan para pesohor negeri ini. Nama  Joko Anwar, Ernest Prakasa, Raditya Dika, dan Riri Riza untuk menyebut beberapa penulis skenario negeri ini. Bisa dikatakan nama mereka tak asing di telinga para penikmat film dalam negeri. Malah, tak jarang pula mereka nampang bersama artis-artis film, baik di acara-acara peluncuran film maupun festival film.

Lalu, bagaimana penyungging? Sepertinya masih sangat jarang saya temukan seorang penyungging yang tenar. Kalau ada, mungkin karena pengetahuan saya yang terbatas. Mungkin juga saya mesti memperluas jejaring pertemanan saya.

Sesempit yang saya tahu, beberapa tukang sungging malah akhirnya menyerah. Mereka tak lagi mau menjalani pekerjaannya sebagai penyungging. Bukan karena malas, melainkan mereka merasa putus asa. Apa yang dikerjakannya selama menjadi penyungging hanya berbuah rasa kecewa yang tak hanya sekali. Malah, ada sebagian dari mereka yang beralih profesi menjadi tukang parkir, kuli bongkok, atau pekerjaan-pekerjaan lain yang menurut pandangan umum lebih menjanjikan.

Belum lagi dengan semakin banyaknya cara pembuatan gambar motif batik yang lebih praktis berbasis teknologi komputer. Para penyungging tradisional ini pun harus menerima kenyataan. Tersingkir perlahan-lahan dari kancah perbatikan. Nama-nama mereka makin jauh dari gema batik yang kini mendaki ke puncak mercusuar, dibangga-banggakan sebagai produk khas Pekalongan yang katanya sudah mendunia itu.

BACA JUGA: Baru Kali Ini Saya Dibikin Kagum oleh Pidato Seorang Kades

Memang, ada juga penyungging yang masih bertahan. Tetapi, rata-rata mereka bekerja pada juragan-juragan yang sudah punya nama besar. Mereka bahkan rela nama mereka tak lebih tenar dari juragan-juragan mereka. Malah, ada yang menganggap pekerjaan mereka sebagai “jalan sunyi” menuju pada keilahian. Meski begitu, ia masih cukup beruntung. Sekurang-kurangnya, ia masih memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Ada juga yang bertahan dengan cara menjajakan gambar-gambar motif bikinan mereka dari satu juragan ke juragan lainnya. Harganya tak seberapa. Kalau laku, lumayanlah untuk sekadar membeli ganjal perut.

Begitu rupa-rupa nasib mereka. Tetapi, siapa peduli? Toh, hidup memang keras. Keringat diperas, tulang dibanting-banting. Dalam dompet mungkin tak banyak warna merah uang kertas, sampai hidup mereka boleh jadi terpontang-panting.

Maka, tak begitu mengherankan jika pada akhirnya pekerjaan sebagai tukang sungging dipandang sebelah mata. Anak-anak muda mungkin jarang yang meminatinya. Terlebih dengan gambaran nasib yang jauh dari angan-angan mereka.

Hal serupa juga terjadi pada pengrajin canting. Salah seorang juragan canting malah pernah berkeluh kesah, kalau ia kesulitan mencari tenaga tukang canting untuk mempertahankan usahanya. Katanya, tukang canting itu sudah hampir punah. Padahal, canting merupakan elemen penting dari sebuah produksi batik.

BACA JUGA: Mereka Bilang Canting Itu Benda Seni, Tapi ….

Diakuinya juga bahwa selama ini tidak ada anak muda yang meminati pekerjaan itu, sekalipun ia adalah anak seorang tukang canting. Selain karena pekerjaannya kurang keren, juga karena penghasilan yang didapatnya tak seberapa. Belum lagi tukang ceceg, salah satu elemen penting dalam produksi canting, khususnya canting cap. Pekerjaan mereka lebih tidak diminati lagi.

Lebih ngenesnya lagi, upaya untuk melestarikan jenis pekerjaan ini juga sepertinya belum ada. Sampai saat ini belum ada lembaga-lembaga pelatihan kerja atau balai latihan kerja yang menjadikan kerajinan canting sebagai salah satu jenis keterampilan hidup yang ditawarkan kepada masyarakat. Paling umum, jenis pelatihan yang ditawarkan ya nyetir, njahit, atau komputer. Malah, yang sekarang marak adalah pelatihan menjadi digital marketing.

Memang, kalaupun dipaksa ada pelatihan menjadi tukang canting tidak akan menjamin banyaknya peminat. Itu wajar, karena sampai detik ini prospek sebagai tukang canting belum bisa dipandang menjanjikan pula. Berbeda dengan pedagang batik, lebih-lebih yang bisa jualan secara daring.

Tetapi, alangkah baiknya jika masalah semacam ini diseriusi Pemerintah Kota Pekalongan. Dinas-dinas terkait perlu duduk bersama untuk merumuskan apa yang terbaik bagi nasib tukang canting. Bila perlu—atau memang seharusnya—hal semacam ini mendapat kawalan dari DPRD Kota Pekalongan. Sekurang-kurangnya menjadi wujud dari peran mereka sebagai wakilnya rakyat.

BACA JUGA: Batik itu Bukan Ilmu Sembarangan Lho, Tenan!

Usul saya, perlu kiranya bidang-bidang pekerjaan yang berkaitan dengan batik ini mendapatkan tempat khusus di Kota Pekalongan. Bahkan, jika memungkinkan dorong lembaga-lembaga pelatihan kerja untuk memberikan pelatihan bersertifikat. Tentu, kalau sudah ada sertifikatnya, ada pula konsekuensi lain yang menyertainya.

Tetapi, kembali lagi. Itu semua memerlukan keseriusan semua pihak untuk melibatkan diri. Kalau tidak, akankah kita menunggu waktu kapan jenis-jenis pekerjaan itu hilang dari kamus sehari-hari? Akankah kita sama-sama menyongsong kepunahan jenis-jenis pekerjaan itu? Sebab, saat saya sempat menyinggung istilah tukang sungging saja, salah seorang anak muda generasi masa kini asal Pesindon yang notabene kampung batik pun tidak tahu istilah itu. Malah, ia sempat bertanya pada saya, apa itu tukang sungging. Oh! Betapa dunia sudah sangat jauh bergeser rupanya.

Baca Tulisan-tulisan Menarik dari Ribut Achwandi Lainnya

Tags: BatikBatik PekalonganBLKJenis pekerjaan dunia batikKota BatikKota PekalonganLPKNyas-Nyispenyunggingpunahtukang cantingtukang cecegtukang sungging

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Ribut Achwandi

Ribut Achwandi

Kepala Redaksi
Ngedanlah asal nggak bikin orang lain jadi edan.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

THR dan Buruh di Indonesia

THR Penting juga bagi Perusahaan, Nggak Cuma bagi Buruh

April 16, 2022
161
Politik Pangkon Walikota Afzan Arslan Djunaid

Politik “Pangkon” Ala Mas Walikota Aaf

April 5, 2022
170
Banjir Rob Pekalongan

Banjir Pekalongan Tak Pernah Tuntas Kalau yang Diajak Ngobrol Cuma Elite

Maret 31, 2022
196
Kelemahan Sistem Tilang Elektronik ETLE

Berkat Pengalaman Kena Tilang Elektronik, Saya Jadi Tahu Kelemahannya

Maret 4, 2022
870
Kisruh Hinme dan Mars KPK Firtli Bahuri

KPK Memang Butuh Himne dan Mars, Penciptanya Juga Harus Diberi Penghargaan

Maret 1, 2022
162
Kasus Wadas dan Ganjar Pranowo

Surat Terbuka untuk Ganjar Pranowo Terkait Wadas

Februari 14, 2022
220
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Sebuah Tips Menjadi Pemain Catur Online Profesional Biar Nggak Kayak Dewa Kipas

Banjir Rob Landa Pekalongan, ACT-MRI Sigap Distribusikan Bantuan

Menggala Ranch Banyumas, Wisata Ala View New Zealand di Jawa Tengah

Honda Astrea, Motor Sejuta Umat yang Hits Pada Era-nya

Belajar Bijak dari Driver Ojol Selalu Berwajah Lusuh Ketika Mengambil Orderan

Koenokoeni Cafe Gallery, Kafe Resto dengan Kearifan Lokal di Semarang

4 Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia

LAGI RAME

Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
3.1k
Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
443
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
2k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34.2k
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
6.5k
Review Buku Novel Ezaquel

Resensi Novel Ezaquel Karya Siti Habibah

April 12, 2022
357
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
7.8k
Dewi-Rantamsari-Dewi-Lanjar

Kisah Misteri Dewi Rantamsari Yang Melegenda

Oktober 16, 2018
15.7k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
29.6k
Balon Udara di Pekalongan Zaman Dahulu

Sejarah Tradisi Balon Udara Di Pekalongan

Juli 25, 2016
1.4k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • LOCAL WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
    • NYASTRA
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In