KOTOMONO.CO – Sungguh sial, daerah sekitar tempat tinggal saya nggak luput dari kucuran air yang jatuh dari langit pada penghujung tahun 2022. Ba’da Subuh pada Sabtu, 31/12/2022 hujan yang amat deras mengguyur selama beberapa jam. Dengan sekejap, laporan-laporan banjir tersaji di berbagai linimasa media sosial.
Memang hujan ini cukup merata di beberapa daerah di pulau Jawa. Daerah dengan mitigasi yang buruk otomatis akan kebanjiran air hujan yang meluap dari saluran-saluran air dan sungai setempat.
Sungguh aneh bin mengherankan, masalah banjir ini masih saja pelik setiap tahunnya. Yang saya dan pasti warga lainnya rasakan adalah penanganan dan pencegahan bencana ini yang nggak ada kemajuan. Lha opo orang-orang pintar yang menduduki posisi strategis itu nggak bisa ngasih solusi cerdas yang manjur? Bila demikian, izinkan saya paparkan ‘Cara Wong Bodo’ dari orang goblok yang sok pinter ini untuk mengatasi banjir.
Meninggikan akses jalan
Jalan sebagai akses lalu lintas warga adalah fokus utama dari penanganan banjir. Sebab mudah tidaknya atau parah tidaknya banjir, ya, tergantung jalan tersebut bisa dilalui motor atau tidak. Bila keadaannya seperti ini, maka solusi jitu nan ampuh adalah dengan meninggikan akses jalan.
Hal ini bertujuan agar minimal para ‘korban’ banjir masih bisa beraktifitas, setidaknya untuk mengamankan barang berharga dan mengevakuasi anggota keluarganya bila banjir semakin parah. Caranya sangat gampang, tinggal lihat saja jalan mana yang kerap dipenuhi air dan segera lakukan pengecoran. Nggak usah nanggung, langsung saja cor setinggi 1 meter biar aman dari serangan air hujan bahkan rob.
BACA JUGA: Yang Paling Mudah Disalahkan Orang Saat Banjir Melanda
Urug Desa
Saya teringat dengan teori bahwa tempat tinggal saya ini dahulunya merupakan laut yang menjadi daratan akibat sedimentasi dari erupsi Gunung Purba. Makanya saya kepikiran buat mencanangkan program ‘urug desa’. Jadi, wilayah yang rawan banjir akan saya petakan untuk dasar dilakukan pengurukan. Satu desa atau satu kecamatan nggak masalah.
Sungguh beruntung, di selatan kota saya masih ada pegunungan yang menjulang tinggi. Nah, dari situ akan saya ambil tanahnya, pasirnya, batunya, dan segala yang dibutuhkan buat meng-urug wilayah yang kebanjiran. Kalaupun nantinya penggunungan tersebut menjadi rusak, itu soal nanti. Yang penting kota saya nggak kebanjiran.
Meninggikan Tanggul Sungai
Jika cara yang kedua dianggap mustahil untuk direalisasikan, maka cara yang ketiga ini perlu dijalankan. Saat ini air hujan sangat mudah sekali untuk limpas ke daratan. Sebab, kedalaman sungai yang ada memang sudah sangat memprihatinkan.
Tetapi bukan itu yang menjadi soal. Penyebab air mudah sekali limpas ke daratan adalah tanggul sungai yang pendek, seadanya, bahkan mudah ambyar. Maka dari itu, cara bodo untuk mendalamkan kembali sungainya ialah dengan meninggikan tanggul sisi sungai.
BACA JUGA: Banjir Pekalongan Tak Pernah Tuntas Kalau yang Diajak Ngobrol Cuma Elite
Cara ini sangat klop sekali dengan yang pertama. Dengan jalan yang tinggi dan tanggul yang nggak kalah tinggi, maka sungai terlihat lebih dalam dan mampu menahan volume air yang ada sehingga nggak mudah limpas dan menjadi penyebab banjir.
Kerahkan Persatuan Pawang Hujan
Hujan selama beberapa jam saja tempat saya sudah banjir di mana-mana. Nah, gimana kalau hujan seharian? Lebih-lebih hujan berhari-hari, wahh sudah pasti klelep. Maka dari itu, untuk mengatasinya saya rasa perlu mengerahkan pasukan pawang hujan.
Konon Amerika punya sebuah alat pengubah cuaca yang bernama HARP. China pun nggak kalah, mereka juga punya alat modifikasi cuaca. Maka, sebagai negeri yang menjunjung tinggi kearifan lokal dan cinta budaya sendiri, saya rasa kita perlu menggunakan cara termurah. Benar, dengan menyewa pawang hujan untuk modifikasi cuaca agar hujan yang turun tidak kelamaan.
BACA JUGA: Yakin Deh, Cuma Program Batik TV Ini yang Nggak Mengecewakan
Ini bukan soal klenik atau menolak rahmat Tuhan, melainkan mengaturnya saja. Misal, hari ini sudah hujan deras dan sungai mulai kewalahan menampung, maka kita minta hujan tersebut dihentikan, dipindah atau sebagainya. Tujuannya adalah menjaga debit air di sungai tetap aman dan air-air di selokan tidak lama-lama limpas ke jalanan.
Ganti kata Banjir dengan Limpas
Kalau cara-cara di atas masih saja kurang berhasil, maka saya punya kartu AS dalam ‘Cara Wong Bodo’ mengatasi Banjir. Saya amat yakin dan optimis banjir hilang dengan cara ini.
Inilah yang paling ampuh dan paling tokcer dalam mengatasi banjir. Caranya sederhana sekali, ganti saja kosa kata ‘banjir’ dengan kata yang lain, misalnya ‘limpas’.
Dengan mengganti dan menghapuskan kata-kata banjir, maka bila terjadi hujan badai sekalipun yang ada hanya air limpas. Air yang limpas dari sungai atau saluran air lainnya, jadi air tersebut bukan banjir. Ingat, kata banjir sudah diganti dengan limpas, maka nggak ada lagi tuh berita banjir di mana-mana. Yang ada limpas di mana-mana.
komentarnya gan