Pekalongan – Soto, coto, atau mungkin sauto, sederetan nama tersebut mungkin sudah cukup akrab di telinga para penggemar kuliner nusantara. Namun bagi Anda akan sedikit terasa asing dan bingung jika mendengar nama Tauto, tapi pada dasarnya nama tersebut sebenarnya sama saja yang pada intinya untuk menyebutkan masakan atau kuliner dari sebuah soto. Hanya saja pada masing-masing daerah berbeda penyebutannya beda pula penyajiannya, sehingga komposisi dan cita rasa sotonya menjadi beragam dan punya ciri khas masing-masing.
Misalnya untuk Tauto sendiri, Tauto merupakan sebutan untuk kuliner Soto Khas Dari Pekalongan. Kata Tauto sendiri merupakan paduan antara kata soto dan tauco, karena salah satu ciri khas dari Soto Pekalongan adalah penggunaan bumbu “Tauco” pada soto miliknya.
BACA JUGA: Sapitan Menu Makan Khas Pekalongan
Tauto merupakan salah satu ikon kuliner khas Pekalongan selain Megono, Pindang Tetel dan Garang Asem. Dibuat menggunakan bumbu tauco sehingga menghadirkan cita rasa yang unik. Tauco dalam kuah soto menjadikannya lebih kental dan merah pekat dibanding dengan soto-soto lainnya di Jawa pada umumnya seperti Soto Kudus atau Soto Lamongan.

Selain rasa gurih manis tauco yang khas, Tauto punya sejarah menarik. Dahulunya, tauto dijajakan dengan dibopong oleh para pedagang Tionghoa keluar-masuk kampung. Persebaran mulanya soto di Nusantara memang tak lepas dari pengaruh para pedagang dari Tionghoa yang tinggal di nusantara. Caudo, dari sinilah kata Soto berasal, yang kemudian diserap berbagai daerah sebagai soto, coto, Sauto ataupun Tauto.
BACA JUGA: Sejarah Asal-usul Tauto Khas Pekalongan
Dan di Pekalongan, penduduknya terdiri dari bermacam percampuran antara Arab, Jawa dan Cina (dikenal dengan istilah ARWANA), kata caudo kemudian diserap menjadi Tauto. Dengan modivikasi tambahan rempah “tauco” ke dalam resepnya. Dan ketika ditanyakan apa keunikan lain dari tauco ini, adalah “Dagingnya daging kerbau”.
Yaps betul, Kerbau, bukan daging sapi. Pada mulanya, Tauto Pekalongan berbahan dasar daging kerbau bukan daging sapi atau ayam yang biasa kita kenal sekarang ini. Mengapa demikian ? Karena hal ini tak lepas dari sejarahnya. Pekalongan yang merupakan kota pesisir utara pulau jawa, kental akan budaya Hindu-Jawa.
Sedangkan bagi umat Hindu, Sapi adalah hewan yang dianggap suci dan di keramatkan. oleh sebab itu, pada masa lampau di Pekalongan beredar larangan tak tertulis untuk menyembelih sapi. Sebagai penggantinya, daging kerbau jadi pilihan alternatifnya.
Dalam seporsi Soto Tauto terdiri dari potongan daging kerbau, soon, daun bawang dan bawang goreng serta kuah panasnya yang berwarna gelap agak kecokelatan yang berasal dari penggunaan bumbu tauconya.
Sedangkan untuk penyajiannya bisa ditambahkan dengan jeruk nipis, sehingga rasanya begitu unik, antara gurih, manis dan juga pedas, segar, ditambah lagi dengan penggunaan daging kerbau yang empuk. Paling enak menyantap Tauto pada Siang hari tatkala terik matahari kian memanas bak kuali yang berisikan kuah tauto yang siap disajikan.
Sebenarnya penyajian Tauto disajikan dengan lontong, bukan nasi seperti kebanyakan kita temui.

Namun, seiring berjalannya waktu Tauto pun larut mengikuti selera masyarakat Indonesia yang menjadikan nasi sebagai pilihan makanan pokoknya, namun hal ini tak mengurangi sedikit pun cita rasa maupun kenikmatan menyantap Tauto Pekalongan.
Biasanya sering kita jumpai di dalam sebuah warung Tauto, tak jarang kita melihat orang dari berbagai kalangan menyantap makanan ini dengan lahap sambil sesekali saling bersapa dan bercanda, kalau orang Pekalongan bilang “Rahat” (Gayeng) .
Ya seakan tidak ada pembatas antara satu orang dengan yang lainnya, antara elite dan non-elite, buruh dengan juragan, antara Jawa dengan Arab, antara Cina dengan Jawa dan lain sebagainya. Hanya dari satu makanan, kita bisa melihat sebuah keharmonisan antar-sesama, inilah Pekalongan!
Komentarnya gan