• Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
  • Login
  • Register
  • ARTIKEL POPULER
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • K-Popers
  • PLESIRAN
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • RELEASE
    • NYASTRA
    • FIGUR
    • OH JEBULE
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • UMKM
No Result
View All Result
  • ARTIKEL POPULER
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • K-Popers
  • PLESIRAN
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • RELEASE
    • NYASTRA
    • FIGUR
    • OH JEBULE
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • UMKM
No Result
View All Result
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • ARTIKEL POPULER
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • K-Popers
  • PLESIRAN
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
Pelatihan Jurnalistik Pekalongan 2020

Masih Asing Di Kuping, Benarkah Jurnalisme Cinta itu Ada?

Terasa Asing di Kuping, Jurnalisme Cinta itu Ada Apa Cuma Khayal Sih?

Dini Alan Faza by Dini Alan Faza
Agustus 14, 2020
in ESAI
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Pekalongan – Minggu (9/8/2020) pagi cintapekalongan.com, tanpa menarik serupiah pun dari kantong peserta, berhasil ngadain Sinau dan Ajar Jurnalistik di Puskomas Kota Pekalongan, seberang Rumah Sakit Anugerah. Pesertanya lumayan banyak, melebihi kuota yang ditetapkan panitia sejumlah 20 orang. Dengan memanfaatkan rumah dinas yang sejak lama nggak dipakai, acara ini digelar mulai pukul 10 hingga sekitar jam 1 siang.

Sejam sebelum dimulai, saya sempat WhatsApp-an sama Mas Angga, founder situs informasi dan media online Pekalongan yang berdiri sejak 2015 itu. Di jadwal yang beredar sekitar seminggu lewat, tertulis bahwa agenda sinau dimulai jam 9 pagi. Entah karena takut telat, atau terbiasa ditegur atasan karena terlambat masuk kerja, saya sudah duduk di depan ruangan sekitar jam setengah sembilan, sendirian.

“Nunggu siapa, Mas,” kata Ibu-ibu yang bermukim di situ.

“Saya mau ketemu mas Angga, Bu. Orangnya sudah datang belum, ya? Soalnya acara mau dimulai.”

Ibu itu menatap saya kosong, agak melongo seraya mengerutkan dahi, sambil mengayun-ayunkan bayinya yang sedang tidur nyenyak di gendongannya.

Meski sempat hening selama beberapa detik, saya menangkap rasa lelah pada wajahnya. Rambutnya juga masih awut-awutan. Dasternya lusuh, mungkin baju itulah kesukaannya di kala santai. Dan seorang pemuda yang datang entah dari mana tiba-tiba mengganggu kedamaian paginya yang indah.

“Maaf, Bu, saya permisi dulu. Maturnuwun,” demikian saya mengakhiri kecanggungan kami berdua. Karena hape hampir lowbat, saya coba memastikan apakah Puskomas pindah ke area kompleks Museum Batik. Suatu keputusan yang absurd.

***

Pelatihan Jurnalisme Cinta

Saya menangkap beberapa hal penting dari kursus singkat ini. Pertama, cintapekalongan.com, melalui penuturan pimpinan redaksinya, Ribut Achwandi, tengah berbenah, salah satunya dengan mengedepankan penggunaan gaya penceritaan dan sudut pandang baru.

Kang Ribut, sapaan yang familiar buat pemateri tunggal acara ini, merasa resah dan mungkin juga tak puas dengan berita-berita atau artikel wisata yang tersebar di media online. Katanya, isi informasi artikel dan berita wisata seringnya gitu-gitu aja. Biasanya, yang selalu ada di dalamnya antara lain jalur akses, harga tiket masuk, rumah makan terdekat, spot-spot foto yang instragamable, hotel atau losmen, tempat ibadah, legenda atau mitos tentang objek wisata itu, dan semacamnya.

Saya pun sependapat, pak. Bener. Tetapi, hanya karena ingin cari hal beda atau sudut pandang baru lantas info-info dasar itu dihilangkan begitu saja, saya pikir bukan begitu juga. Di samping informasi itu, mestinya juga ditampilkan tempat makan mana saja yang ramah anak, pada hari apa saja objek wisata itu sepi, ramai, bahkan tumpah ruah mbludak nggak ketulungan, bagaimana terbentuknya objek wisata alam itu dilihat dari segi ilmiah dan sains-nya, dan macam-macam.

Saya pun tergelitik untuk mengajukan hal yang beda. Berbekal pengetahuan yang amat terbatas, saya membayangkan, bagaimana bila penceritaan objek wisata bertolak dari sudut pandang salah satu pengunjung yang barang tentu punya kisah unik selama liburan di sana. Gaya ini seperti feature, jenis berita yang biasanya digunakan untuk mengkisahkan korban perang atau bencana alam dari perspektif manusia, bukan peristiwanya.

Misalnya nih, bagaimana pengunjung itu, dan mungkin juga bersama keluarganya, nyasar akibat mengikuti rute google maps, atau kekecewaan mereka saat mendapati panorama tempat wisata itu jauh beda dengan foto yang ia lihat di media sosial.

Kisah semacam itu menarik karena memberikan ruang bagi pembaca menikmati posisi itu. Elemen subjektif ini berpotensi memperkaya suasana artikel yang seringkali sekadar mempertontonkakn keindahan yang abstrak.

Kedua, yang juga paling menarik buat saya, yakni formulanya tentang Jurnalisme Cinta. Di telinga saya, istilah ini kedengaran unik. Jurnalisme yang terkesan gagah, pantang menyerah menerjang terik matahari sewaktu mencari berita dan narasumber, berpikir objektif serta setia pada data dan informasi, seenaknya saja disandingkan dengan kata “cinta” yang sumber hidupnya berasal dari perasaan. Terkesan manja dan lemah.

Paling tidak, begitulah yang saya bayangin. Namun rupanya beda lho gaes. Cinta itu dahsyat. Karena cintalah kita rela berkorban banyak hal untuk pasangan. Tersebab cintalah seorang ayahrela banting tulang membahagiakan keluarganya.

Jurnalisme Cinta Pekalongan

Bukankah kalau sudah cinta akan suatu hal, rasa memiliki itu bakalan tumbuh dengan sendirinya? Bahkan, sering kita dengar kiasan yang lumayan populer di kalangan remaja atau penikmat cinta, “kalau sudah cinta, kotoran ayam pun bagai cokelat.” Nah.

Dari situlah Kang Ribut memulai uraian singkatnya tentang Jurnalisme Cinta. Berangkat dari kutipan karya Kahlil Gibran, budayawan Kota Pekalongan ini mulai menelusuri dasar-dasar cinta.

Sedikitnya orang perlu kenal dan tahu akan suatu objek supaya tumbuh cinta. Pengenalan dan pengetahuan akan Pekalongan, umpamanya, dapat diejawantahkan dalam bentuk penggalian informasi tentang keadaan geografis serta komparasinya dengan daerah lain, sosiologinya, stratifikasi kelas masyarakatnya, pengaruh ketokohan orang berpangaruh, dan sebagainya. Proses ngepoin kayak gini ini bisa menyisakan rasa penasaran, heran, dan kagum sekaligus pada benak kita. Apalagi banyak sisi lain yang akhirnya kita ketahui. Ini mirip pemuda yang tahu betul apa kesukaan gadis yang disukainya.

Melalui pengenalan dan pengetahuan, kita seperti terbujuk untuk ngulik objek itu lebih dalam, dengan cara pe-de-ka-te, dengan cara masuk ke masa lalunya, atau mungkin menyatu dengannya. Kalau sudah cinta, barangkali orang tak akan cuma bilang, “aku cinta dia karena cantik.” Begitu juga orang nggak cuman ngejawab megono dan batik tiap kali ditanya soal keunikan Pekalongan.

Dengan mencintai, kita bisa membaca Pekalongan, dan memberitakan pada khalayak bahwa banyak segi indah yang dipunyai kota ini.

Dari situ saya penasaran, bagaimana cinta bisa ada, dan apa saja sih sumbernya. Pada titik ini saya seolah ditunjukkan hasil analisis atas kemungkinan sebab-sebab cinta, yang dideretkan Kang Ribut dalam beberapa poin. Satu yang paling berkesan buat saya adalah keserasian.

Di mata saya, keserasian itu sumber laku kritis dan cukup radikal. Karena itu kesan cintanya berasa heroik. Keserasian semacam ini ingin menutup jurang lebar antara yang ideal dengan yang nyata. Antara sungai Kota Pekalongan yang gelap warna dan masa depannya, contohnya, dengan imajinasi kita mengenai air Kali yang bersih. Antara keindahan kehidupan pantai sebagaimana dibayangkan khalayak, dengan luapan rob yang makin merangsek ke utara. Antara pelajaran Sejarah Pekalongan di kurikulum sekolah, dengan nihilnya sejarah lokal di ruang pembelajaran. Dan antara-antara yang lainnya.

Begitulah. Dasar tindakan itu membuktikan adanya cinta yang telah tumbuh di dalam hati sesesorang. Mengesankan, bukan?

Selanjutnya, apakah jurnalisme unik ini bakal digunakan secara konsisten oleh cintapekalongan.com dalam perjalanannya? Masa iya saya tahu masa depan sih. Baiknya kita pantau saja.

Tags: EsaiOpini

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Caranya? Klik disini


Dini Alan Faza

Dini Alan Faza

Redaktur
Sehari-hari sebagai Pengajar di sebuah sekolah

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Budaya Orang Batang

Berkat Budaya Wong Batang Ini, Uang Receh Masih Dibutuhkan

Januari 26, 2023
147
Tipe dan Macam love language

5 Macam Love Language Menurut Dr. Grey Chapman, Yuk Kenali!

Januari 26, 2023
147
Lisa Blackpink dan kabar pindah agensi lain

Seandainya Saya Jadi Lisa Blackpink dan Dapat Tawaran Pindah Agensi

Januari 25, 2023
156
Alasan Kenapa Orang Tidak Memasang Foto Profil WhatsApp

Alasan Kenapa Orang Tidak Memasang Foto Profil WhatsApp

Januari 25, 2023
172
Berita Viral Bayi Diberi Kopi Susu

Perihal Bayi Diberi Minum Kopi, Ternyata Pengguna Medsos Juga Perlu SIM

Januari 24, 2023
153
Pernikahan Dini Pelajar Hamil Di Luar Nikah

Saran Kepada Bupati Daerah dan Gubernur untuk Mengatasi Banyaknya Pelajar yang Hamil di Luar Nikah

Januari 24, 2023
210
Load More

Komentarnya gan


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Gembira Loka Zoo, Taman Rekreasi Satwa Terbesar Di Jogja

Surat Cinta Untuk Starla The Series: Yakin Bikin Penasaran

Kripala Dekso Coffee and Resto, Spot Kuliner Ciamik di Jogja Bagian Barat

Menikmati Tanggal Tua Dengan Sate Kere Khas Solo

Solusi Jitu Ketika TPA Kota Pekalongan Over Kapasitas

Berkat Budaya Wong Batang Ini, Uang Receh Masih Dibutuhkan

5 Macam Love Language Menurut Dr. Grey Chapman, Yuk Kenali!

LAGI RAME HARI INI

Wisata hits Purwokerto - Menggala Ranch

Menggala Ranch Banyumas, Wisata Ala View New Zealand di Jawa Tengah

Mei 25, 2022
5k
Shuntaro Chishiya dalam serial Alice in Borderland

Membedah Karakter Shuntaro Chishiya di Serial Alice in Borderland

Januari 11, 2023
453
Sate Winong Mustofa Purworejo

10 Rekomendasi Kuliner Enak di Purworejo Tahun 2023

November 9, 2021
5.1k
Sinopsis Dorama Silent (2020)

Dorama Silent (2022): Drama Bagus dengan Premis Menarik, Tapi Nanggung

November 17, 2022
1.5k
Review Buku Novel Ezaquel

Resensi Novel Ezaquel Karya Siti Habibah

April 12, 2022
1.7k
Resensi Buku Loneliness is My Best Friend karya Alvi Syahrin

Kamu Tidak Sendirian, Karena Kamu Punya Kamu

November 1, 2022
773
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
37.6k
Florawisata D’Castello Ciater, Wisata Hits Subang Bak di Negeri Dongeng

Florawisata D’Castello Ciater, Wisata Hits Subang Bak di Negeri Dongeng

Juni 11, 2022
2.6k
Gembira Loka Zoo Jogja

Gembira Loka Zoo, Taman Rekreasi Satwa Terbesar Di Jogja

Januari 29, 2023
146
Review Drama Series Kupu Kupu Malam WeTV

Pesan Positif Dalam Series Kupu-kupu Malam WeTV

Desember 12, 2022
1.9k
header-kotomono

RINGAN-RINGAN SEDAP

 

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2023 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ARTIKEL POPULER
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • K-POPers
  • PLESIRAN
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • RELEASE
    • NYASTRA
    • OH JEBULE
    • FIGUR
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • UMKM
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In