KOTOMONO.CO – Jam tangan menunjukkan pukul 10.00 pagi ketika saya tiba di Masjid Raden Patah Universitas Brawijaya (MRP UB) pada Jumat lalu (17/3). Masjid yang berlokasi di Jalan Mayjen Panjaitan, Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang itu masih sepi jamaah. Maklum, waktu salat Jumat masih satu jam lima belas menit lagi. Selagi menunggu waktu Jumatan datang, saya manfaatkan waktu untuk berkeliling sekitar MRP UB dan memotret beberapa sudutnya.
Sebagai mahasiswa UB dari S1 hingga S2, saya sering mengikuti beragam kegiatan di MRP UB, mulai dari salat berjamaah hingga pengajian selepas Magrib. Kalau bulan Ramadhan seperti sekarang ini, MRP UB bakal menyelenggarakan buka puasa bersama dan banyak program lainnya yang meramaikan Ramadhan di UB.
MRP UB merupakan masjid kebanggaan sivitas akademika UB. Meskipun berada di lingkungan kampus, namun masjid ini terbuka bagi masyarakat umum. Terbukti, setiap ibadah dan kegiatan keislaman lainnya yang diadakan tak hanya dihadiri para warga Muslim UB, namun juga masyarakat se-Malang Raya.
MRP UB berdiri pada tahun 1975 dengan luas bangunan yang lumayan kecil. MRP UB kemudian dirombak pada tahun 1980 dengan bantuan dari Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila. Bentuk MRP UB hasil renovasi pertama ini berupa bujur sangkar dengan atap limas susun tiga dan lebih luas dibanding sebelumnya.
BACA JUGA: Banda Neira, Serpihan Surga Bagian Timur Indonesia
Pada 2010, tepatnya di masa kepemimpinan rektor Prof. Yogi Sugito, MRP UB kembali dirombak total. Perombakan total kali ini memakan waktu kurang lebih delapan tahun dan selesai pada April 2018. MRP UB hasil perombakan total terakhir ini diresmikan pada 6 April 2018 oleh Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia, Komjen (Pol) Syafrudin bersama Rektor UB, Prof. Muhammad Bisri.

Arsitektur MRP mengusung tema Majapahit, sesuai dengan nama Raden Patah yang melekat pada masjid. Raden Patah sendiri merupakan keturunan Prabu Brawijaya V, penguasa terakhir Kerajaan Majapahit yang kemudian mendirikan Kesultanan Demak. Arsitektur Majapahitan ini juga sesuai dengan seluruh bangunan UB yang juga bertema senada.
BACA JUGA: Rekomendasi Hotel Staycation Jogja, Under 500 Ribu!
Arsitektur Majapahit ala MRP UB berpadu dengan aksen minimalis modern sehingga tampak anggun. Seluruh dinding eksterior dan interior MRP berbalut marmer warna merah jambu dan hitam sehingga menciptakan suasana sejuk di dalam masjid meski tanpa pendingin ruangan. Kubah MRP berupa satu limas inti dan empat limas kecil di setiap sudut bangunan masjid.

MRP UB memiliki tiga lantai. Lantai pertama merupakan basement, di mana pengunjung bisa menjumpai perpustakaan, aula terbuka, dan tempat wudhu perempuan. Anda juga bisa menjumpai food court di parkir basement.
Lantai dua merupakan ruang utama ibadah, kantor takmir, tempat wudhu laki-laki, dan lobby belakang. Lantai tiga terdiri dari balkon yang berfungsi sebagai ruang tambahan ibadah dan beberapa ruang kelas. Cukup multifungsi, bukan?
Tak banyak hiasan yang mencolok di dalam MRP UB. Hanya kaca patri bertuliskan Allah dan Muhammad di atas dinding kiblat. Juga, kaca patri bertuliskan Allah di jendela atap MRP UB dan tak menampilkan motif yang rumit. Ruang utama MRP UB didesain terbuka, di mana seluruh pintu dan jendelanya berbahan kaca dan alumunium hitam.

Tak hanya sebagai spot foto favorit, MRP UB juga memiliki fasilitas penunjang yang tak kalah menarik. Terdapat menara setinggi 72 meter di sisi timur masjid, berdampingan dengan kantor BAZIS UB. Bila ingin melihat panorama Kota Malang dari atas menara, Anda tidak dipungut biaya dan cukup menemui petugas yang piket di kantor takmir. Jam operasional menara sesuai jam kerja kampus, yaitu dari pukul 08.00-16.00 WIB.
Bila Anda tertarik untuk mengunjungi MRP UB, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan, khususnya tentang akses keluar masuknya. Ada beberapa jalan masuk menuju MRP, yaitu Gerbang Veteran, Gerbang BNI, dan Gerbang Panjaitan.
BACA JUGA: Pantai Bajul Mati, Serunya Melepas Penyu dan Menikmati Senja di Malang
Bila Anda masuk lewat Gerbang Panjaitan, Anda akan langsung dapat melihat dengan jelas bangunan MRP UB. Namun, Gerbang Panjaitan hanya dibuka pada hari kerja dari pukul 06.00 pagi hingga 14.00 siang, sehingga saya menyarankan Anda untuk lewat Gerbang Veteran bila berkunjung ke MRP UB pada hari libur.
Jika masuk lewat Gerbang BNI, rutenya hanya lurus saja. Gerbang BNI hanya dibuka pada hari kerja saja. Sementara, jika lewat Gerbang Veteran, maka lurus saja sampai Bundaran Tugu lalu memutar dan belok kiri, lurus sampai Samantha Krida lalu belok kiri lagi. Anda bisa memarkir kendaraan Anda di sekitar gedung Samantha Krida atau GOR Pertamina.
Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 11.00 siang.Terlihat ada beberapa orang yang mulai berdatangan. Saya memutuskan untuk segera bersiap mengikuti salat Jumat setelah memotret sudut-sudut Masjid Raden Patah Univ Brawijaya Malang.
Tulis Komentar Anda