KOTOMONO.CO – Memahami kepribadian pasangan bisa diartikan sebagai upaya merawat sebuah hubungan, tes MBTI salah satu alatnya.
Punya pasangan berarti kita mau berkomitmen dengan segala hal yang ada padanya. Terlebih jika sejak awal, relationship yang dijalin punya tujuan spesifik di masa mendatang, seperti pernikahan. Mau nggak mau, kita perlu menjalin kedekatan untuk saling mengenal. Fase ini biasa dinamakan fase penjajakan.
Fase penjajakan memang sangat penting. Untuk sebuah hubungan yang serius, mengetahui pasangan secara mendalam bisa diibaratkan seperti meraba masa depan. Dengan orang seperti apa kita akan menghabiskan waktu kelak, bagaimana komunikasi bisa dijaga, juga menyikapi kejutan-kejutan yang akan terus berdatangan saat 24/7 hidup bersama. Nggak mungkin dong kita rela punya pasangan yang nggak bisa saling mengerti.
Ada yang menjalani fase penjajakan dengan pacaran, ta’aruf, atau cukup berteman. Apapun itu bentuknya, pokoknya mereka hanya ingin mengetahui karakter satu sama lain. Strategi yang dipilih pun cukup beragam. Mereka akan menghabiskan banyak waktu bersama, deep talk, kepoin pasangan lewat orang lain, atau kita bisa melakukannya lewat MBTI.
Sudah tau belum apa itu tes MBTI?
Myers-Briggs Type Indicator yang biasa dikenal MBTI adalah metode psikotes untuk mengetahui preferensi dasar manusia dalam menunjukkan keberadaan dan caranya berinteraksi dengan orang lain. Tes ini mengembangkan teori tipe keprbadian Carl Jung yang membagi kepribadian manusia dalam 16 tipe.
BACA JUGA: 5 Hal yang Mesti Kudu Dimengerti Sebelum Menikah Dengannya
Nah, 16 tipe kepribadian tadi adalah kecenderungan dari pilihan empat preferensi dasar manusia. Pertama, sikap dalam berinteraksi yaitu ekstrovert (E) dan introvert (I). Kedua, mengolah informasi berupa sensing (S) dan intuition (N). Ketiga, mengambil keputusan yaitu thinking (T) dan feeling (F). Keempat, menjalani hidup berupa judging (J) dan perceiving (P).
Empat indikator tersebut nantinya akan membentuk tipe kepribadian dalam kode tertentu, seperti INFJ, ESFP, ENTP, ISTJ, dan lainnya. Jadi kita bisa membaca kecenderungan kepribadian pasangan setelah mendapatkan hasilnya.
MBTI test juga bisa dilakukan dengan mudah. Seperti psikotes lainnya, kita hanya perlu mengisi beberapa opsi yang menunjukkan keadaan tertentu. Waktu yang dibutuhkan juga relatif singkat. Kamu bisa mengerjakannya saat ngobrol santai bareng pasangan. Atau mau sengaja menjadwalkan dating dan mengisinya dengan tes MBTI bareng? Ide yang cukup menarik, kukira.
BACA JUGA: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Itu Perlu Diperhatikan lho!
Berkencan dan mengisi MBTI test pernah dilakukan oleh teman saya. Malam sebelumnya, kami mengobrol via Whatsapp. Obrolan kami terus mengalir sampai saya mengirimkan sebuah link tes MBTI. Begitu selesai mengisi, teman saya ini sedikit shock karena hasilnya sangat mirip dengan apa yang ia ketahui tentang dirinya.
Tak terpikirkan sebelumnya, saat dia berkencan, dia pun dengan exited meminta pasangannya mencoba MBTI juga. Lagi-lagi hasilnya mengejutkan. Sepasang manusia yang sedang menjalin kasih tersebut berhasil menjawab teka-teki yang selama ini membikin keduanya sering berselisih paham. Iyaa, preferensi mereka dalam mengolah informasi dan mengambil kesimpulan ternyata berbeda. Problem memang masih belum terselesaikan, tapi mereka jadi lebih paham akar masalahnya.
Jika pasangan sudah mengerti preferensi satu sama lain, komunikasi bisa terjalin dengan lebih baik. Nggak ada drama pasangan memaksakan seorang ekstrovert berdiam diri di rumah terlalu lama, dan intovert yang kesepian di tengah keramaian. Atau mengatai seseorang seperti protokoler kepresidenan karena selalu menyesuaikan list yang sudah direncanakan. Lahh sedih amat. Hiks.
BACA JUGA: Resensi Buku Loneliness is My Best Friend
Lebih jauh lagi, mengetahui MBTI (kepribadian) seseorang bisa dijadikan rambu-rambu dalam hubungan antar manusia. Kita bisa menentukan sikap saat pasangan sedang mengalami krisis. Kita juga bisa melihat ketidaksesuaian maupun kecocokan dalam berbagai hal. Jika ternyata banyak yang berbeda, kita bisa kembali mendiskusikannya sebelum melangkah lebih jauh. Jangan sampai pasangan yang kita gadang-gadang bisa sehidup semati dengannya ternyata punya preferensi yang nggak bisa kita maklumi.
Beberapa orang beranggapan psikotes seperti ini sepele, terlebih karena kebenarannya nggak bisa dipastikan. Tapi, meminjam quote Dee Lestari, apa sih yang pasti di dunia ini selain ketidakpastian? Heuheu. Selagi masih dalam konteks positif, mending mencoba sebuah ketidakpastian untuk memastikan hal itu kan? Sini, japri aku, kubagi link-nya. Haha.
Berikan komentarmu