KOTOMONO.CO – 4 jenis kopi ini yang merupakan kopi Asli Pekalongan, mulai dari Kopi Tahlil Hingga Kopi Petungkriyono yang semuanya memiliki ciri khas dan taste rasa yang unik.
Pekalongan terkenal kuliner yang lezat salah satunya kuliner minuman kopi khas Pekalongan. Kopi asli Pekalongan begitu familiar dikalangan masyarakat Pekalongan. Beragam jenis kopi pekalongan mulai dari kopi arabika hingga jenis kopi robusta yang terkenal citarasa yang khas dan menggoda selera. Kopi khas Pekalongan memiliki citarasa yang kaya rempah-rempah diolah secara tradisional. Menariknya nama-nama jenis kopi asli dari Pekalongan ini ada yang diambil dari lokasi desa tempat tanaman kopi tersebut dibudidayakan.
Nama kopi Pungangan salah satunya. Nama Kopi Pungangan diambil dari nama desa Pungangan hingga terkenal dengan nama merk kopi Pungangan atau Kopung. Berikut ini 4 jenis kopi khas Pekalongan yang bisa dinikmati ketika berkunjung ke Pekalongan sekaligus sebagai oleh-oleh Khas Pekalongan :
1. Kopi Tahlil
Kopi Tahlil salah satu kopi asli dari Pekalongan. Nama kopi Tahlil diambil dari kebiasaan masyarakat setempat yang menyajikan kopi hanya disajikan saat acara tahlilan saja hingga dikenal dengan nama kopi Tahlil. Adalah Usman orang yang pertama kali yang memperkenalkan Kopi Tahlil tahun 2002. Ketika itu Usman membuat racikan kopi yang dicampur aneka rempah saat ada acara tahlilan. Seiring bergulirnya waktu banyak peminat yang ingin mencoba kuliner kopi buatan Usman. Tingginya minat terhadap kopi buatannya mendorong Usman menjual kopi racikannya di Kedai Lesehan Sego Megono Pekalongan.
Sepintas kopi Tahlil tidak jauh berbeda, namun rasa yang khas dan kaya rempah-rempah membuatnya kopi ini berbeda. Rasa yang khas dan cara pembuatan kopi khas Pekalongan yang unik menjadi daya tarik kopi Tahlil. Cara membuat kopi Tahlil berbeda dengan jenis kopi lainnya. Aneka rempah seperti : jahe,kayu manis, kapulaga,serai ,daun pandan, pala dan kopi bubuk direbus dengan 3 liter air hingga dua jam. Terakhir masukan gula merah masak sampai gula larut. Setelah matang angkat selanjutnya masukan kopi bubuk aduk rata jadilah kopi Tahlilan yang khas. Kuliner kopi Tahlil kini bisa dijumpai di setiap sudut kota Pekalongan seperti depan PPIP atau Kospin Jasa dan Kampung Arab di lesehan Pak Usman. (Klik untuk Beli Kopi Tahlil Pekalongan)
2. Kopi Kopung
Kopi Pungangan atau dikenal dengan nama Kopi Kopung salah satu kopi asli dari daerah Pekalongan. Di namakan kopi Pungangan, karena kopi jenis ini dibudidayakan oleh masyarakat Desa Pungangan hingga dikenal kopi Pungangan. Kopi menjadi salah satu penghasilan utama masyarakat Desa Pungangan. Cita rasa yang khas pada racikan bubuk kopi Pungangan terletak pada cara pengolahannya dari masa panen sampai menjadi bubuk siap saji dilakukan dengan cara tradisional. Saat memetik hasil panen kopi pun dilakukan dengan cara berbeda yaitu dipetik dari biji kopi yang masih merah. Biji merah dipetik agar kualitas tetap terjaga.Setelah dipetik biji kopi dijemur dibawah sinar matahari sekitar 3-5 hari sampai kering, Setelah biji kopi kering selanjutnya biji kopi digiling. Proses penggilingan kopi Pungangan secara manual dengan alat yang disebut lumpang batu dan penumpuk alu .
Biji kopi ditumbuk untuk menghilangkan kulit luar atau cangkangnya .Setelah ditumbuk kulit luarnya hilang biji kopi kemudian disangrai menggunakan kayu bakar. Kopi disangrai dengan wajan khusus hingga satu jam sampai matang. Biji kopi yang telah disangrai kemudian ditumbuk dengan alat dengan cara ditumbuk dengan alu dan lumpang batu hingga halus.
Setelah selesai biji kopi ditumbuk selanjutnya dipacking dengan kemasan plastik untuk dijual dipasaran Kopi Pungangan diproses dengan cara tradisional ini menghasilkan kopi yang nikmat dan lezat. Citarasa Kopi Pungangan memiliki citarasa yang khas ini banyak diburu oleh para penggemar kopi.
3. Kopi Owa Petungkriyono
Kopi Owa Jawa sebutan bagi kopi hutan yang tumbuh subur di kawasan hutan Sokokembang .Kopi hutan liar yang ada di kawasan hutan Sokokembang tumbuh diantara tanaman anggrek hutan sehingga sulit dikenali saat itu. Adalah Tasuri warga Dusun Sokokembang , seorang aktivis dan pengelola hutan lindung di Petungkriyono tergerak hatinya untuk mengelola kopi hutan. Tasuri mengelola kopi hutan tujuannya untuk melindungi hutan Sokokembang. Tingginya minat terhadap produk kopi Petungkriyono membuat warga setempat banyak membuka lahan perkebunan rakyat .Sejak Itulah Tasuri berminat mengelola kopi hutan untuk menyelamatkan hutan dan satwa Sokokembang lewat kopi .
Dari hasil kreatifitas Tasuri inilah hingga muncul kopi Owa Jawa.Nama Kopi Owa Jawa diambil dari nama kera Owa Jawa yang sampai sekarang masih hidup di kawasan hutan lindung Sokokembang. Keberadaan kera Owa Jawa yang terancam punah membuat inspirasi Tasuri untuk menyelamatkan satwa Owa Jawa dan hutan dalam bentuk melalui kopi demi kelestarian Owa Jawa. Nama kopi Owa Jawa tidak hubungannya langsung dengan kera Owa Jawa .Disebut kopi Owa Jawa ,karena terinspirasi oleh keberadaan Owa Jawa di hutan lindung Sokokembang dan sebagai bentuk dukungan pelestarian primata Owa Jawa di Jawa Tengah.
Kopi Owa Jawa tumbuh liar yang diolah secara tradisional tanpa pupuk maupun pestida. Citarasa kopi Owa Jawa yang khas terletak pada pengolahannya secara alami. Saat tanaman kopi Owa Jawa tumbuh di tengah hutan petani datang menyiangi tumbuhan liar yang ada di sekitar tanaman kopi. Tanaman kopi yang tumbuh di tengah hutan Sokokembang dibersihkan dari tanaman liar agar tanaman kopi terpapar matahari dan sisanya dibiarkan secara alami .Cara budidaya tanaman kopi yang seperti inilah menjadi kunci rahasia kelezatan kopi Owa Jawa.
Awalnya proses produksi kopi tidak diproduksi dalam bentuk bubuk siap saji,tetapi dijual dalam bentuk biji kopi per kilo ke pasar Doro. Kini kopi Sokokembang tetap masih dijual dalam bentuk biji kopi merah. Walau demikian kopi hutan Sokokembang menjadi komoditas kopi premium yang dijual tidak secara massal .Area distribusi kopi hutan Sokokembang hanya sekitar Petungkriyono untuk menjamin kualitas dan menjadi magnet pariwisata khas daerah.
Kopi Owa Jawa kini diproduksi secara terbatas dengan membatasi pembukaan lahan perkebunan kopi baru bagi masyarakat setempat dan swasta .Hal ini dilakukan agar tanaman kopi yang tumbuh di hutan lindung Sokokembang tetap terjaga kualitas dan kelestariannya.
Kopi Owa Jawa kini mulai berkembang dan dikelola oleh kelompok konservasi SwaraOwa. Kopi Owa Jawa kini terus dilestarikan oleh masyarakat setempat ,bahkan tanaman kopi Owa Jawa tumbuh tersebar dibeberapa Dusun seperti Tlogohendro,Tlogopakis ,Yosorejo dan Kasimpar. (Klik untuk Beli Kopi Aseli Petungkriyono)