KOTOMONO.CO – Di era gempuran joged Tiktok yang semakin menjadi-jadi, ternyata masih banyak permainan maupun tradisi dari kebudayaan kuno yang masih lestari dan terus eksis di kota besar. Gulat Okol ini misalnya.
Di Jawa timur khususnya di daerah Surabaya dan Gresik terdapat sebuah permainan gulat yang sudah berusia ratusan tahun. Permainan olahraga ini umumnya dijadikan tradisi dan digelar saat menjelang musim penghujan atau usai panen raya. Bahkan tradisi sejenis juga ditemukan di daerah Sumenep di Pulau Madura sana.
Tradisi gulat klasik yang telah menjadi bagian dari budaya masyarakat ini telah ditetapkan sebagai warisan cagar budaya tak benda di Jawa timur. Bahkan, tradisi ini kini telah menjadi agenda rutin tahunan di beberapa daerah seperti kota Surabaya dan kabupaten Gresik guna menari wisatawan. Seperti apakah tradisi gulat okol tersebut ? kita simak ulasannya di bawah ini.
Ditemukan di Tiga Daerah di Jawa Timur
Tradisi gulat kuno ini diketahui sudah dilakukan selama ratusan tahun di beberapa daerah seperti Sumenep, Gresik dan Surabaya. Masing-masing juga memiliki keunikannya tersendiri. Di Sumenep, Pulau Madura, tradisi ini dilakukan bersamaan dengan beberapa acara lainnya seperti tradisi adu merpati dan juga menjelang musim hujan atau ketika ada acara semacam hajatan.
Di kota Surabaya dan Gresik tradisi gulat okol ini dilakukan untuk meminta hujan maupun pada saat perayaan sedekah bumi setelah musim panen. Perbedaan dengan gulat okol yang dilakukan di pulau Madura yakni apabila di Madura tradisi ini hanya lazim dilakukan oleh kaum pria, namun di Surabaya dan Gresik tradisi gulat okol dapat dilakukan oleh wanita dan bahkan anak-anak.
Ritual ini sepintas mirip dengan tradisi gulat sumo asal negeri Jepang. namun tentunya ada beberapa perbedaan mencolok yang menjadi keunikan tersendiri dari tradisi gulat okol tersebut. Mulai dari perlengakapan peserta atau pemain dan juga arena pergulatan yang berada di atas tumpukan jerami dan didampingi wasit atau juri.
Aturan tradisi dalam gulat okol tersebut antara lain dilarang melakukan serangan seperti memukul, menendang dan sebagainya. Selain itu, peserta juga dilarang mencekik ataupun membelitkan kakinya ke tubuh lawan. Bahkan para peserta juga akan diperiksa seperti kondisi tubuh dan kuku untuk menghindari hal-hal yang bisa mencederai lawan ataupun diri sendiri.

Sebelum bergulat para peserta akan diberikan kelengkapan bergulat seperti selendang dan ikat kepala. Selendang ini digunakan untuk pegangan ketika akan merobohkan lawan. Hal ini dikeranakan hanya boleh memegang selendang ini dan dilarang memegang pakaian lainnya. Selain itu, arena tempat gulat okol tersebut selain ditumpuki jerami sebagai pengaman juga diberi tali pembatas untuk batas arena.
Di ketiga daerah seperti Madura, Gresik dan Surabaya tradisi gulat okol ini diiringi oleh alunan musik gamelan dalam setiap laganya. Tentu hal ini menambah suasana seru ketika melakukan pergulatan di atas arena jerami tersebut. setiap laga gulat okol umumnya akan memakan waktu 3-5 menit.

Memiliki Beragam Filosofi
Tradisi gulat kuno yang sudah berusia ratusan tahun ini konon telah dilakukan turun-temurun di masyarakat sekitar Sambikerep, Kota Surabaya dan di daerah Menganti, kabupaten Gresik. Dahulu tradisi gulat ini dilakukan oleh masyarakat tersebut ketika menggembala hewan ternak seperti sapi, kambing, bebek. Kegiatan ini juga dilakukan di area persawahan sembari menunggu ternaknya mencari makan di sekitar tempat tersebut.

Tradisi Gulat Okol ini juga memiliki makna filosofis yang cukup kuat untuk masyarakat yang melakukannya. Dalam pelaksanaan gulat ini mereka sama sekali tidak menunjukkan rasa dendam atau berkompetisi. Semua murni sebagai hiburan dan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah yang telah diberikan.
BACA JUGA: Kenalan Dengan Adat Pernikahan Manten Pegon Asal Surabaya
Pelaksanaan tradisi gulat okol ini tentunya mempererat rasa silaturahmi dan persaudaraan dalam masyarakat. Mereka berkumpul di sebuah balai untuk menonton dan mengikuti tradisi tersebut sehingga semakin menguatkan rasa persaudaraan diantara mereka. Lewat olahraga kuno yang sudah menjadi budaya masyarakat ini justru didapati rasa persaudaraan yang sangat kuat.
Pelaksanaan gulat okol tersebut di Kabupaten Gresik maupun daerah kota Surabaya umumnya dilakukan pada bulan Agustus hingga September menjelang musim hujan. Para wisatawan yang datang dari luar daerah tersebut juga bahkan diperbolehkan mencoba sensasi melakukan gulat okol, tentunya dengan didampingi oleh pengawas dan juga akan dipertemukan dengan lawan yang sepadan. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri dari kegiatan gulat okol tersebut, bahkan menjadi wisata unggulan di daerah-daerah tersebut.
Berikan komentarmu