KOTOMONO.CO – Barangkali nggak ada salahnya, kita kasih ucapan terima kasih pada Covid-19. Makhluk renik yang bikin seisi jagat ini geger. Lho kok kasih ucapan terima kasih? Sebab, sejak kehadirannya di Indonesia setahun lalu, ia telah banyak memberi pelajaran berharga kepada masyarakat. Terutama dalam bidang pendidikan.
Bayangin kalau nggak ada Covid-19, mungkin aja pendidikan kita masih gitu-gitu aja. Kurang akrab dengan teknologi, kesannya angker karena kurang bergairah dalam memacu semangat untuk cepat-cepat berubah. So, tantangan yang diberikan virus yang hanya bisa dilihat pakai mikroskop ini luar biasa besar. Selain kudu akrab dengan teknologi, pendidikan juga mesti menggarap PR besarnya yang masih saja jadi masalah besar, yaitu urusan etika dan moralitas.
Baik etika maupun moralitas adalah dua hal penting dalam upaya membangun karakter. Meski keluasan wawasan dan pengetahuan juga penting. Begitu juga dengan keterampilan, sama-sama pentingnya.
Nah, menjawab tantangan itu, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan luncurin program yang namanya MLC. Apa itu? Madrasah Lawan Corona! Terus, gimana caranya melawan makhluk renik yang tak kasatmata itu?
Pak Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan, Pak Kasiman Mahmud Desky bilang, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kompetensi para guru dan kepala madrasah. Terutama, agar para guru dan kepala madrasah lebih gesit dan lincah dalam menjalankan program pembelajaran jarak jauh.
Guru-guru dan kepala sekolah perlu memainkan berbagai siasat dalam PJJ ini. Lebih-lebih yang kaitannya dengan etika dan moralitas anak didik. Kalau PJJ hanya memfokuskan pada penyampaian materi pelajaran yang sifatnya sekadar transformasi pengetahuan itu sudah dilakukan oleh mesin pencarian seperti google.
Di sinilah, peran guru kudu lebih prima dan optimal. Nggak boleh kalah sama mbak-mbak yang suaranya datar di google voice. Kreativitas guru menjadi syarat mutlak.
Menyinggung soal itu, Mas Bukik Setiawan yang juga Ketua Yayasan Guru Belajar, memandang jika MLC itu merupakan program yang multikontekstual. Artinya, program ini nggak cuma cocok diterapkan di masa pandemi seperti sekarang. Tetapi, juga bakalan cocok dengan situasi ke depan. Jadi, boleh dibilang program bukan program insidental. Melainkan, sebuah terobosan untuk membaca masa depan.
Menurutnya, kurikulum MLC adalah versi ketiga dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Dengan begitu, ia yakin, kalau kurikulum ini sudah mengalami perbaikan di sana-sini. Perbaikan-perbaikan itu diambil dari pengalaman pelaksanaan program sebelumnya di sejumlah daerah seperti Bantaeng, Sanggau, Sukabumi, Binjai, Jawa Barat, Semarang, Surakarta dan lainnya.
Keyakinan Mas Bukik juga didukung kuat oleh pondasi pelaksanaan MLC. Yaitu, pondasi paedagogig. Makanya, nggak heran jika keyakinan Mas Bukik ini begitu kuat memandang MLC dapat diimplementasikan di segala situasi. Nggak hanya pada masa pandemi yang sudah setahun ini berlangsung.
Seturut dengan keyakinan itu, guru cum Ketua Sekolah Merdeka Belajar, Rizqy Rahmat Hani, menyampaikan inovasi yang dikembangkan dalam program MLC ini. Dalam pelaksanaannya, program ini menerapkan dua pola belajar pada peserta. Pola belajar otomatisasi dan interaksi.
Pola belajar otomatisasi dilakukan dengan cara mengajak peserta agar mandiri di dalam belajar. Pola ini dilakukan di Learning Management System (LMS) Sekolah.mu. Sedang pola belajar interaktif, merupakan pola belajar yang sifatnya lebih pada bentuk konsultasi kepada pelatih profesional.
Jadi, dengan dua pola itu peserta punya kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuan yang mereka dapat. Selain itu, mereka juga berkesempatan untuk bisa mengenal lebih dekat para pelatih yang mereka jadikan tempat konsultasi. Serta, dapat pula melatih mental dan kepekaan mereka dalam berinteraksi sosial dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku.
Sebagai informasi, program Madrasah Lawan Corona Kabupaten Pekalongan ini sebenarnya inisiasi dari Yayasan Guru Belajar. Tentu, untuk menjalankan program yang penting bagi dunia pendidikan ini Yayasan Guru Belajar nggak sendirian. Ia juga menggandeng sejumlah organisasi yang bergerak di dunia pendidikan, seperti Komunitas Guru Belajar Nusantara Pekalongan, Keluarga Kita, Jaringan Sekolah Madrasah Belajar, dan Sekolah.mu.
Program ini diluncurkan Kamis (11 Maret 2021) lalu secara daring. Dalam peluncuran MLC ini hadir pula guru-guru dan kepala madrasah di 112 madrasah yang ada di Kabupaten Pekalongan.
Dan, pada sesi penutupan, Pak Kepala Kantor Kementerian Agama, Pak Kasiman Mahmud Desky menyampaikan pesan sekaligus harapannya kepada program MLC yang akan dilaksanakan di Kabupaten Pekalongan. Pesannya begini: “Saya berharap pelatihan online ini, guru dan kepala madrasah dapat memahami dan dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar. Dan murid dapat manfaat. Kita tidak boleh berhenti, kita tidak boleh statis. Belajar di manapun.”
Oke deh, Pak. Semoga harapan dan impian kita terjawab. Dan sebagai warga penganyam mimpi, kita semua juga berharap agar dunia pendidikan di Kabupaten Pekalongan semakin bersinar terang. Menjadi obor bagi dunia!.
(RA)