KOTOMONO.CO – Kegiatan tulis-menulis sudah ada sejak zaman dulu. Nabi dan para sahabat telah melakukan aktivitas mencacat dan membuahkan karya. Mulai dari fiksi hingga ilmiah. Semua itu sampai hari ini masih menjadi rujukan. Belajar dari situ, menulis bisa menjadi sarana menggali pengetahuan. Mengapa?
Pengetahuan bermula dari pengalaman dan pemahaman, lalu melahirkan output. Biasanya orang bijak akan mencatat dalam buku kecil dan dibagikan kepada orang lain. Saat ini gagasan dan pengetahuan bisa dibagikan melalui status yang bisa kita temui di media sosial, entah pengetahuan murni atau terapan.
Seseorang akan menemukan banyak poin yang bisa dikembangkan, terutama ketika sampai pada level keasyikan menulis. Ketika kita menulis bebas, apa yang kita rasakan akan muncul secara masif, dan muncul pemikiran-pemikiran yang tidak bisa dimuat di otak. Maka dari itu, solusinya adalah dengan menuangkan pemikiran dalam tulisan agar yang terdapat di otak tidak overload apalagi sampai menyebabkan stress.
BACA JUGA: Pertanyaan yang Sulit Saya Jawab adalah Apa Manfaat Menulis?
Stimulus yang didapat dari menulis sangat besar, terutama untuk memperlancar kinerja otak dalam mengolah berbagai peristiwa yang ada di depan mata kita. Dengan menulis, otak akan bekerja lebih aktif dan syaraf utama yang dibutuhkan juga akan otomatis terlaksana, seperti membaca dan menganalisa data-data yang dibutuhkan sebagai bahan tulisan.
Menulis Bukan Kegiatan Sia-sia
Barangkali dengan menulis, kita bisa mendapat banyak pelajaran dan nantinya bisa menjadi output yang mengasyikkan. Misalnya, menulis lirik lagu dari pengalaman bekerja, menulis puisi dari perasaan pilu dan penuh duka, atau mengarang cerita yang diambil dari kisah nyata dengan modifikasi penulis sebagai pemerannya. Hal itu banyak terjadi dalam dunia kepenulisan. Jika kita mampu mengendalikan kehidupan dengan menulis, sungguh mengasyikkan.
Secara biologis, manusia diberi alat untuk mengaktifkan berbagai kegiatan, terutama pada kinerja otak untuk menghasilkan output terbaik, salah satunya menulis. Manusia bisa mendapat banyak dukungan internal maupun eksternal dalam menuliskan berbagai pengalaman, perasaan, pemahaman yang biasanya menjadi histori hidupnya.
BACA JUGA: Menulis itu Lebih Banyak Dipengaruhi Faktor Non-Teknis
Menulis bukan sekadar mengaktifkan reaksi otak, tapi sekaligus organ tubuh lainnya. Ketika kita menulis, otak akan sefrekuensi dengan kinerja paru-paru, jantung dan otot-otot, kemudian mereka bertransformasi menjadi energi positif untuk menciptakan karya yang magis. Dengan intervensi dari berbagai organ tubuh, maka menulis tidak bisa dipandang remeh, apalagi menyebutnya kegiatan sia-sia.
Itulah sebabnya setelah anjuran membaca, alangkah baiknya dilanjutkan dengan menulis. Karena tujuan literasi baca-tulis bukan hanya mengejar passion atau sekedar menjalani hobi, namun sisi kesehatan juga terdapat dalam kegiatan tersebut.
Menulis bisa membekali diri sebagai orang yang paham dengan segala kondisi atau adaptif. Sebab mereka tahu sikap bertemu dengan orang baru, bersama akademisi, masyarakat bawah, dan sebagainya. Ada kondisi dan objek tertentu yang menjadikan penulis bersifat multitasking and addict about relationship.
Coba saja kita perhatikan berapa banyak kawan penulis di Pekalongan atau sekitar Jawa Tengah, mereka memiliki banyak relasi dengan cara menulisnya. Dari menulis, mereka berbagi bagaimana cara menulis yang baik, kemudian menghadapi tulisan yang acak-acakan, menelaah berbagai karya sastra, hingga mengoreksi karya ilmiah dari sekolah maupun kampus.
Sedikit Rerasan, Banyak Peluang
Mengapa banyak orang bertanya, apa yang didapat dari menulis? Sebuah jawaban yang menjadi rerasan banyak penulis saat ini. Memang tidak banyak, tapi bermanfaat untuk kebahagiaan dan kepuasan diri sendiri. Bisa dikalkulasi berapa banyak penulis yang terkenal, atau minimal bisa menjadi mentor atau pembimbing penulis pemula dalam satu kelas. Itu secara hitungan angka sudah pasti kalah dengan bidang lainnya, tetapi secara nilai dan apresiasi yang didapat bisa dibandingkan sebagai tumpuan kebahagiaan.
BACA JUGA: Menulis Itu Boleh Menggiring Opini kok!
Lalu, apa output yang dihasilkan dari menulis yang lainnya? Tentu saja reputasi yang bisa menyebar luas apalagi di zaman digital. Orang bisa dengan mudah menemukan nama kita hanya dengan melihat tulisan di koran digiral atau artikel yang sudah dibuat di website.
Kemudian apa sebetulnya yang perlu ditonjolkan dari menulis? Exactly, tidak ada. Justru menulis bukan kegiatan sebab-akibat yang bersifat nyata, tetapi bagaimana mengolah input menjadi output yang masuk ke dalam hati dan pikiran pembaca.
Apa yang kita dapat adalah yang akan kita bangun menjadi sesuatu yang baru, kemudian dibagikan kepada publik secara alami. Soal menulis bisa mengantarkan kita kaya, itu biar diurus belakangan. Kita perlu effort lebih untuk bisa sampai ke situ. Semua berawal dari tidak ada menjadi ada. Yang didapat dari menulis secara berlanjut hanyalah nilai kepuasan dan kebahagiaan seorang penulis. That’s it, dude. What wanna you say about writing? Any?
Peluang selanjutnya adalah membangun dunia sendiri melalui tulisan yang dirangkai rapi. Dengan begitu, orang bisa mengenal kita lewat tulisan kita. Kita bisa lebih mudah menemukan siapa penulis yang terpampang di berbagai media sosial, seperti Instagram, Facebook dan sebagainya.
Selanjutnya, tulisan yang sudah terpampang di berbagai media sosial, bisa kita mintakan koreksi ke mentor atau pembicara dalam sebuah acara, atau siapapun yang kita anggap fasih di bidang kepenulisan. Banyak sekali orang Pekalongan yang sudah melanglang buana sampai diundang di beberapa kegiatan kepenulisan menjadi seorang pembicara, meski tak sedikit juga yang bergerak independen melalui kanal YouTube dan berpuisi di platform miliknya.
Artinya, banyak peluang yang bisa dihasilkan dari kegiatan menulis, andai saja ini disadari banyak orang, betapa meledaknya kegiatan menulis yang kreatif, aktif dan kolaboratif hingga membesarkan reputasi pribadi maupun daerahnya.
Tabungan Terbaik untuk Generasi Masa Depan
Ungkapan terakhir yang bisa kita renungkan bahwa tulisan-tulisan menarik dan edukatif bisa digunakan sebagai tumpuan generasi ke depan, seperti karya sastra yang memiliki kondisi yang sama di tahun ini. Bisa juga sebuah karya ilmiah yang bisa dikembangkan pada tahun depan akan lebih bermanfaat untuk generasi yang akan datang.
BACA JUGA: Persiapan Menulis dan Membangun Konsistensi
Tulisan yang bermanfaat bukan hanya menjadi bekal bagi generasi ke depan, tapi ada pahala ilmu yang terus mengalir sepanjang hayat. Coba perhatikan bagaimana orang berilmu yang gemar menulis sehingga mendapat keberkahan hidup, apalagi jika tulisannya bisa membawa manfaat bagi pembacanya. Maka, jika kita memiliki pemahaman atau pengetahuan yang bisa kita bagi, cobalah dengan menulis di mana saja dan kapan saja.
Ketika kita mampu untuk menulis lebih aktif, menandakan bahwa kita banyak pengetahuan dan pengalaman, atau bisa saja dianggap sebagai orang yang berilmu. Bisa kita lihat seperti Habib Luthfi yang menulis beberapa pemahamannya setelah muthola’ah atau pada waktu senggang. Lalu Emha Ainun Nadjib yang tak pernah kering ide menghasilkan buku, atau seorang Quraish Shihab yang tetap menulis di masa tuanya.
Melalui tulisan, kita ibarat angin yang berhembus ke segala arah, menebar kebaikan sekaligus manfaat, mengontrol banyak pembaca dan bisa menjadi kompas bagi orang-orang yang membutuhkan. Beberapa manfaat yang bisa kita ambil dari menulis, coba kita bagikan kepada semuanya agar turut menikmati proses menulis yang banyak manfaatnya. Apapun yang kita miliki, cobalah berbagi dengan tulisan.