• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
Ilustrasi Seorang Penulis

Menulis Itu Remeh dan Tabu, Masa, sih?

Arief Santoso by Arief Santoso
Agustus 30, 2021
in ESAI
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

 

KOTOMONO.CO – Pernahkah kalian tahu apa tujuan yang dihasilkan dari menulis? Entah menulis esai, opini, karya sastra atau sekedar rerasan yang dibumbui dengan fakta di lapangan. Ini semua memang alamiah dan perlu adanya keluasan hati dalam menerimanya. Namun, saking nggateli-nya melihat respon masyarakat yang sedang digemakan di sekolah atau kuliah, jadi tidak sesuai dengan kenyataan di rumah atau ruang masyarakat. Lah kok bisa gitu? Padahal kan nulis iku raono masalah? Tenang, ojo esmosi ndisek to.

Berawal dari herannya masyarakat desa, sewaktu di Pekalongan sampai berujung di Sukabumi, wajah sinis tetangga melihat komputer usang atau ponsel yang menjadi teman bekerja sering melempar anjuran yang menarik, “Kang, mbok kerjo opo melu kancane ngrewangi ngopo.” Awalnya saya simpatik diarahkan seperti itu, tapi lama kelamaan saya menyadari itu hanya menjadi pembatas bahkan menghancurkan dunia yang masih saya bangun.

Nah, apakah menulis bukan sebuah pekerjaan? Saya enteng menanyakan itu pada diri sendiri, yang sebenarnya pekerjaan alamiah manusia salah satunya mencatat meskipun sudah diwakilkan sama malaikat, eh. Kok malah mbablas. Maksudnya, menulis bisa menjadi sebuah bukti kemajuan peradaban, dengan ditulisnya peristiwa penting dan bukti kekuatan satu komunitas agama di masa itu.

Lalu, selama berjalan mengarungi dunia kepenulisan, sampailah di mana saya betul-betul bekerja tapi tidak seperti ekspektasi masyarakat yang belum berhasil meruntuhkan saya. Memang apa yang saya rasakan dahulu terlihat menghina diri saya sendiri sebab hanya memiliki kemampuan analisa, kemudian ditambah dengan tulisan yang saya anggap biasa-biasa saja.

BACA JUGA: Menulis adalah Tabungan dan Saksi Hidup yang Menghidupkan

Di tahun 2019, saya membeli layar kapal di toko teman saya, untuk memulai perjalanan mengarungi dunia kata-kata. Awalnya hanya suka menulis puisi dan tulisan pendek khas Twitter, yang cuma bisa nulis 139 karakter doang. Yang tadinya pendek, berubah menjadi lebih panjang hingga sebuah cerita menarik yang bisa kamu nikmati sekarang.

Sampai pada tahun 2020, di mana saya harus hijrah menuju kota kelahiran ibu, dari sana saya mulai khawatir kejadian di Pekalongan akan terulang. Mereka yang tinggal dengan kebiasaan bertani, ririungan atau grumungan membahas urusan kampung, bersilaturahmi sambil menyeruput kopi, dan anak mudanya yang selalu mengedepankan teknologi.

Sesampainya di Sukabumi, tepatnya daerah Jampang Kulon-Surade, saya menemukan banyak sekali celah yang belum dikembangkan terkait hal literasi. Memang, di sana literasi menjadi barang bawaan yang masih bayi, dibanding dengan religi dan teknologi, seakan mengiurkan nyali lelaki yang baru saja berpindah bahasa. Dengan mlaku-mlaku nekat mencari kawan, akhirnya saya menemukan orang-orang hebat di bidang literasi dan spiritual yang disinyalir dekat dengan jamaah yang dibangun oleh simbah.

Mengorek informasi, mengumpulkan data menarik hingga membangun sebuah perkumpulan, di sanalah saya menemukan bahwa menulis bukan soal baca buku atau menulis buku, tetapi apa yang ingin ditunjukkan dari tulisan itu.

BACA JUGA: Menulis itu Lebih Banyak Dipengaruhi Faktor Non-Teknis

Sekian lama saya mencari tujuan dan fokus, tidak ada lagi menarik atau laku keras di publik tapi output yang bisa ditawarkan setelah membaca tulisan itu apa saja. Wah, dari sana saya mulai bingung dan akhirnya semakin percaya bahwa menulis adalah bagian literasi, dan literasi bukan hal tabu tetapi pola hidup yang sudah alamiah.

Jadi, disini bukan hanya ingin memperlihatkan bahwa seorang penulis adalah orang hebat atau bisa terkenal, tapi value yang bisa mereka tawarkan sangat berharga bagi pembaca, khususnya untuk kehidupan jangka panjang. Dari menulis, kita jadi tahu apa yang kita miliki, apa yang harus dilakukan dari menulis dan memperhatikan output pembaca dan value kita sendiri.

Menilik Problem Literasi dan Menulis di Masyarakat

Terkadang kita pernah lihat teman atau saudara kita yang hobi menulis tapi berada di lingkungan yang sebagian menghargai tulisan atau bahkan seluruhnya belum sampai titik mengerti. Ini menjadi momok bagi orang yang memiliki keahlian menulis, menyukai atau bahkan baru mulai. Memangnya orang suka nulis jadi seneng ngehalu atau tidak suka kenyataan? Hmm, sek sek tak pikir ndisek.

Mestinya orang yang akan melakukan sesuatu butuh dorongan dan pengertian dari lingkungan, terutama lingkungan keluarga. Dukungan moral akan berpengaruh besar terhadap perkembangan, dan materiil berfungsi sebagai alat dan ruang untuk menciptakan sesuatu yang bersifat konstruktif. Nah, apakah kamu pernah berada di lingkungan seperti itu, atau punya circle yang tak memahami namun mengerti kebutuhan dan kemampuanmu?

Sebenarnya bukan pada lingkungan pekerja keras atau lingkup pandangan kehidupan yang mengedepankan realita, tetapi secara umum memang banyak penulis dihadapkan dengan realita yang membuat prosesnya terkadang lambat. Sebagai contoh, seorang penulis berada di lingkungan kampung yang pola pikirnya menghidupi keluarga dan desa.

BACA JUGA: Menulis Itu Boleh Menggiring Opini kok!

Cara berpikir seorang penulis ini akan menimbulkan ketidakseimbangan terhadap masyarakat awam sebab akses dan fokusnya jauh berbeda. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya kemunduran atau bahkan si penulis berhenti dari prosesnya dan memilih jalan lain agar dianggap peduli dengan kehidupannya dan pola pikir masyarakat, padahal masyarakat perlu tahu apa fungsi, fokus, pemahaman mengenai kepenulisan.

Ada juga penulis yang kesehariannya di kampung dengan berbagai pelik dan problemnya merangkai tulisan, kadang ada saja yang menyayangkan orang kampung tidak akan terkenal atau mengubur mimpi saja dan tenang di alam kampung demi keluargamu. Penggalan kalimat ini memang sangat berpengaruh apalagi bagi orang yang bekerja dengan kata-kata. Apakah ini bisa dibendung, atau solusi terbaiknya berpindah tempat?

Inilah yang membuat literasi menjadi tabu, bahkan orang terbiasa menyebut belajar daripada literasi. Orang terbiasa dengan nderes, ngaji, sinau dan bahasa sejenisnya yang dipakai di berbagai daerah Nusantara. Para orang tua kita zaman dahulu biasa memakai kata tersebut untuk menyuruh mempelajari berbagai hal, yang nantinya bisa dipakai untuk masa depan.

Kamu pernah ngerasain dong setelah mengaji Qur’an, ustadz atau kyainya ngasih wejangan urip semacam pameling atau kajian ringan. Anak jaman 80-90 pasti pernah yang ngajine mlaku, gowo kitab karo guyonan.

Pada dasarnya memang literasi dinyatakan sebagai subjek yang melakukan pembelajaran, tapi seiring berkembangnya zaman di era kejayaan Yunani, literasi menjadi makna bahwa orang yang belajar segala sesuatu di dunia ini disebut literat, prosesnya dinamakan literasi kemudian objek pendukungnya disebut literatur. Pernah kan kamu pas SMA dikasih tugas membuat literatur tentang biologi? Masa belum pernah? Coba tanyakan ke sekolah ya kenapa nggak ngasih tugas kayak gitu. Heuheuheu.

Yuk, Coba Sadari Bersama Perihal Menulis

Setelah kita tahu apa literasi yang simpel dijelaskan dan menulis, kita mesti paham menulis bukan hanya menaikkan eksistensi atau menceritakan pengalaman hidup. Ada yang bisa kita sampaikan namun terkadang kita terlalu imaginer hingga nantinya susah menggapai dasar yang sebenarnya bisa diangkat.

Contohnya, kita belajar menulis hingga titik bisa tembus media nasional. Sampai kita lupa bahwa kejadian yang harusnya bisa dikutip menjadi ide utama tersisih karena value tulisan yang laku di pasaran lebih menguasai dibanding tulisan ringan menggelitik.

BACA JUGA: Pertanyaan yang Sulit Saya Jawab adalah Apa Manfaat Menulis?

Kita mengenal menulis sejak kita berhasil mengubahnya. Maksudnya? Ya, kita dapat informasi dari luar, kayak main di teras rumah dengan teman, berkumpul keluarga dan kegiatan sehari-hari yang kita lakukan sejak kecil. Tapi, nahasnya kita sering lupa untuk mencatat di kepala, lebih sering di potret sebagai media pengingat masa lalu.

Kita sebagai orang yang suka nulis terus berharap bahwa ke depannya tidak ada lagi penghapusan kreasi manusia, entah dari sisi masyarakat sampai pada atasan yang kemarin lagi ramai dibicarakan. Mau sampai kapan kita takut untuk menulis dan mengembalikan aktivitas alamiah kita yang menarik ini, jangan sampai terputus penyampaian aspirasi menarik dan elegan untuk dipandang.

Kita perlu tahu mengapa menulis, mengapa tulisan ini perlu kita buat, atau bagaimana membuat tulisan ini menjadi penghargaan buat dirimu sendiri dari pembaca. Itu perlu diulik sampai pada momen bahwa masyarakat perlu tulisan yang tidak hanya berfokus pada kesukaan tapi kemanfaatan yang seharusnya ada.

Kamu bisa tuangkan ekspresi lewat karya sastra, menulis rerasan tentang kebijakan-kebijakan atau bisa baca-baca rekomendasi wisata dan kuliner di sini. Buat pembaca yang budiman dan budimawati, semoga tulisan ini bermanfaat buat kalian semua! Aamiin, semoga dapat nasi berkat malam Kamis.

“Kotomono Lomba Menulis”

Tags: Dunia MenulisEsaiLiterasiMenulis

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Arief Santoso

Arief Santoso

Tugas dalam hidup hanyalah menghibur, selebihnya ya lakoni wae.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Drama Ojol - Driver Selalu Berwajah Lusuh

Belajar Bijak dari Driver Ojol Selalu Berwajah Lusuh Ketika Mengambil Orderan

Mei 23, 2022
165
Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia

4 Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia

Mei 19, 2022
141
mata uang kripto

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Mata Uang Kripto

Mei 16, 2022
142
Mengulik Asal Muasal Sejarah Wingko Babat

Mengulik Fakta Wingko Babat; Berasal dari Lamongan yang Kadung Terkenal di Semarang

Mei 13, 2022
162
Kampung Naga Tasikmalaya

Sekelumit Tentang Kampung Naga, Kampung Unik Tanpa Modernisasi di Tasikmalaya

Mei 12, 2022
152
Alasan Kenapa Film KKN Desa Penari Bisa Booming

Alasan Kenapa Film KKN Desa Penari Bisa Booming

Mei 10, 2022
467
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Belajar Bijak dari Driver Ojol Selalu Berwajah Lusuh Ketika Mengambil Orderan

Koenokoeni Cafe Gallery, Kafe Resto dengan Kearifan Lokal di Semarang

4 Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia

Tradisi Pesta Giling Tebu di Pabrik Gula Sragi, Sebuah Upacara Spesial Pengantin Tebu dan Pengantin Glepung

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Mata Uang Kripto

Mengulik Fakta Wingko Babat; Berasal dari Lamongan yang Kadung Terkenal di Semarang

LAGI RAME

Tradisi Pengantin Glepung di Pabrik Gula Sragi

Tradisi Pesta Giling Tebu di Pabrik Gula Sragi, Sebuah Upacara Spesial Pengantin Tebu dan Pengantin Glepung

Mei 18, 2022
373
Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
3k
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
6.4k
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
1.8k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34k
Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
310
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
7.8k
Makam Sapuro

Wisata Religi : Makam Habib Ahmad Sapuro Pekalongan

Agustus 7, 2016
11.6k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
29.5k
Dewi-Rantamsari-Dewi-Lanjar

Kisah Misteri Dewi Rantamsari Yang Melegenda

Oktober 16, 2018
15.6k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • LOCAL WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
    • NYASTRA
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In