• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
Menyaksikan Orang Terdekat Mati Satu Persatu Karena Corona

Menyaksikan Orang Terdekat Mati Satu Persatu Karena Corona yang Sekadar Dianggap Angka

Nina Fitriani by Nina Fitriani
Agustus 2, 2021
in NYAS-NYIS
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Mereka percaya covid ada, tapi tidak percaya semengerikan ini.

Kabar duka susul menyusul datang. Tempo hari, empat saudara saya meninggal. Satu sempat dibawa ke rumah sakit tapi hanya bisa mendapat perawatan di selasar rumah sakit saking penuhnya. Hingga keluarga memaksa untuk dibawa pulang dan tak butuh waktu satu hari, akhirnya meninggal. Tentu saja diiringi dengan drama yang katanya pihak rumah sakit mau meng-covid-kan, tersebar dari mulut ke mulut, dan akhirnya dipercaya sebagai kebenaran.

Usai itu, belum genap seminggu, saudara saya meninggal lagi. Lalu genap seminggu setelahnya, saudara saya satunya meninggal. Kemudian, baru juga tiga hari, saudara yang bahkan sempat mengantar ke kuburan saudara pertama saya yang meninggal, kini juga ikut menyusul. Semuanya karena sakit, dan ketiganya tak sempat dibawa ke rumah sakit, barangkali terlalu mempercayai rumah sakit meng-covid-kan pasien agar dapat insentif atau percaya kalau di rumah sakit makin tidak terurus.

Duka berjalan terus, tapi masih banyak yang denial. Mereka percaya covid ada, tapi tidak percaya semengerikan ini. Tidak percaya rumah sakit, dan tidak percaya vaksin. Lantas, bagaimana mungkin pandemi berakhir jika semuanya bersandar pada ketidakpercayaan?

Saya baru menyadari, hoax silih berganti datang dan mengalir deras seperti air terjun tanpa bisa dikendalikan. Suatu sore, saya duduk bersama ibu-ibu yang dengan bangganya membagikan informasi soal vaksin. Mereka bilang, vaksin itu bahaya, bisa membuat pendengaran rusak, atau bisa menyebabkan orang meninggal. Studi kasusnya dari “jarene”.

BACA JUGA: Kata Siapa Pengurusan Jenazah Covid-19 Tak Sesuai Syariat?

Kasus lain, katanya, dokter dan nakes, atau orang rumah sakit itu kaya-kaya, orang tiap ada yang meninggal di-covid-kan. Tiap pasien covid dihargai 90 juta. Banyak pasien meninggal di rumah sakit karena konsumsi obat-obatan. Lebih lucu lagi, ada yang bilang, vaksin itu dipasang microchip.

Jannn… negara kita kok sepertinya kaya sekali. Padahal pas rakyat protes buat lockdown saja negara bilang tidak punya uang, dan malah bikin istilah-istilah njilmet kayak PSBB, PPKM, atau apalah-apalah, yang justru menyengsarakan rakyat bawah.

Soal microchip? Astaga, ngurus administrasi yang berhubungan sama kantor pemerintah saja masih butuh fotocopy KTP, padahal katanya e-KTP. Terus kalian percaya negara kita sehebat itu? Semodern itu sampai bisa bikin microchip? Hambok pikir maneh!

Semakin hari, angka positivity rate dan kematian naik. Bahkan menurut Tempo, Indonesia menempati peringkat tujuh dunia positivity rate-nya. Kurva kian menanjak ekstrem. Akan tetapi test dan tracking tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Ditambah laporan data positif dan kematian yang tak sinkron antara daerah dan pusat. Padahal masalah data ini sudah sengkarut sejak awal pandemi, tapi sampai hampir dua tahun, pemerintah enggan berbenah diri.

BACA JUGA: Serba Kebetulan Rektor Universitas Indonesia dan Istri

Saya tidak akan mengungkit-ungkit lagi perihal melonjaknya Covid-19 karena pejabat yang sembrono dan arogan sejak awal. Namun kok ya bukannya ada perbaikan, pandemi ke sini makin ganas, makin tidak terkendali, dan makin menghawatirkan. Tiap hari kabar duka silih berganti disiarkan. Ambulan meraung-raung dijalanan. Rumah sakit kolaps, tabung oksigen menipis, petugas kesehatan tumbang, para penggali kubur kecapekan, dan relawan kemanusiaan yang minta maaf sebab sudah diambang batas perjuangan.

Sedangkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan, bukannya sigap, malah cuci tangan sana sini. Kematian dianggap hanya deretan angka tanpa makna. Padahal di dalamnya ada orang tua yang kehilangan anak, istri yang menjanda, suami yang menduda, anak yang menjadi yatim-piatu, dan negara yang tidak bisa menjamin hidup rakyatnya. Ngenes sekali, bukan?

Kalaupun warga percaya banyak tetangga mereka yang tiada bukan karena covid, tapi memang sakit dan sedang musim pancaroba, tapi kenapa pancaroba sebelumnya tidak seperti ini? Entah kenapa saya yakin, ada banyak tetangga kita yang meninggal karena corona, hanya saja menjadi warga atau keluarga yang positif Covid-19, sampai hari ini masih menjadi aib.

Stigma negatif terus melekat, entah muasalnya darimana. Maka dari itu, sebagian besar yang sakitnya terindikasi positif, mereka enggan periksa. Masih percaya dengan jamu dan obat herbal lainnya.

BACA JUGA: Berterimakasih pada Lampu Penerangan Jalan atas Jasanya Membuat Angka Covid-19 di Pekalongan Menurun

Oleh karenanya, diantara hoax yang merajalela, kita bisa menjadi counter informasi, sekecil-kecilnya untuk keluarga inti. Barangkali keluarga kita ada yang positif, bisa segera ditindaklanjuti dan ditangani. Terlebih saya yang hidup di desa, tau betul bahwa masyarakat desa riskan sekali terpapar hoax. Salah satu alasannya karena sebagian besar dari mereka memiliki literasi digital yang rendah, dan apesnya, beberapa keluarga ada yang tidak memiliki counter, yang setidaknya bisa mengerem arus hoax.

Dan ya, pada saat seperti ini, kita perlu percaya pada dokter dan rumah sakit, yang menjadi ujung tombaknya. Kita perlu percaya pada vaksin, yang menjadi benteng. Kita perlu untuk selalu mematuhi prokes juga menjaga imun. Sebab kalau kita mati karena positif, hanya keluarga kita yang berduka, negara cuma menganggapnya sebagai angka. Itupun kalau masuk ke data.

 

Baca Tulisan-tulisan Menarik Nina Fitriani Lainnya

Tags: Covid-19Nyas-NyisPPKMPPKM DaruratTrending TopicViral

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Nina Fitriani

Nina Fitriani

REDAKTUR
Mahasiswa yang kebetulan bisa menulis dan senang mengagumi cherry blossom

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Batik TV Kota Pekalongan

Yakin Deh, Cuma Program Batik TV Ini yang Nggak Mengecewakan

Juni 21, 2022
171
Berita Walikota Pekalongan

Saya yang Walikota Menjawab Kritik Saya yang Tukang Kritik

Juni 8, 2022
227
Alasan Kenapa Film KKN Desa Penari Bisa Booming

Alasan Kenapa Film KKN Desa Penari Bisa Booming

Mei 10, 2022
528
Tersangka kasus mafia minyak goreng

Menanti Hukuman Berat Bagi Tersangka Mafia Minyak Goreng

Mei 6, 2022
148
Driver Ojol di Semarang Ketipu Rp65 Juta Modus Undian Berhadiah

Driver Ojol di Semarang Tertipu Modus Undian Berhadiah, Tabungan Rp64 Juta Ludes

April 20, 2022
193
karyawan serulingmas zoo meninggal dunia

Karyawan Kebun Binatang Serulingmas Banjarnegara Dikabarkan Meninggal Dunia Saat Bersihkan Kandang Harimau

April 18, 2022
232
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Mengkaji Makna dan Tujuan Pendidikan Lewat Pemikiran Ibnu Khaldun

Fransis Pizza: Tempat Nguliner Tersembunyi Jogja yang Hanya Buka Dua Hari

Lewat Drama Shooting Stars Kita Jadi Tahu Huru-hara Dibalik Industri Hiburan Korea Selatan

Yakin Deh, Cuma Program Batik TV Ini yang Nggak Mengecewakan

Kehebatan Mobil Listrik Hyundai Ioniq 5 yang Perlu Kamu Tahu

Doa untuk Semesta

BTS Putuskan Hiatus, Rasa-rasanya Seakan Bubar Alon-alon

LAGI RAME

Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
2.7k
Burung Kicau Terbaik 2022

Ini Lho 7 Burung Kicau yang Menjadi Primadona di Tahun 2022

Juni 16, 2022
844
Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
4.1k
Wisata hits Purwokerto - Menggala Ranch

Menggala Ranch Banyumas, Wisata Ala View New Zealand di Jawa Tengah

Mei 25, 2022
739
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
7.1k
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
2.5k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
30k
Landmark Dieng

Wisata ke Dieng Lewat Jalur Pekalongan

September 7, 2018
13.1k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34.8k
Sate Winong Mustofa Purworejo

10 Rekomendasi Kuliner Enak di Purworejo Tahun 2022

November 9, 2021
1.5k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-POPers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In