• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
stereotipe celana jins

Menyambut Baik Kebijakan Celana Jins Jadi Pakaian Resmi ASN

Ribut Achwandi by Ribut Achwandi
Agustus 16, 2021
in NYAS-NYIS
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Stereotipe yang diberikan atas kain jins, dari dahulunya untuk budak pekerja tambang hingga kini jadi seragam PNS

Terus terang, saya menjadi salah seorang yang menyambut gembira atas gagasan Bupati Pekalongan, Fadia Arafiq, yang mewajibkan ASN pakai celana jins. Kenapa? Karena saya termasuk orang yang nggak nyaman kalau pakai celana kain katun atau sejenisnya. Saya lebih nyaman memakai celana jins atau sarung. Nggak harus sarung batik sih. Sarung palaikat pun oke.

Tapi, bukan itu alasan saya menulis artikel ini. Yang ingin saya sampaikan di sini berkenaan dengan stereotipe yang diberikan atas kain jins. Entah, dari mana awalnya kesan kurang enak didengar itu muncul. Yang pernah saya baca, sebuah berita pernah menayangkan bagaimana seorang Menteri dikritik habis-habisan gegara pakai celana jins saat menghadiri sebuah acara di suatu institusi kenamaan di negeri ini.

Selain Mas Menteri itu, pernah pula peristiwa serupa terjadi di negeri Paman Sam. Kala itu, Pak Jimmy Carter, Presiden USA ke-39, melenggang santai di Gedung Putih dengan celana jinsnya. Sontak, tindakan itu menuai beragam komentar. Rata-rata memandang hal itu dengan pandangan sinis.

BACA JUGA: Menghitung Biaya Tes Swab Massal yang Dikeluarkan Pemkot Pekalongan Selama PPKM

Sebagian besar, menganggap tindakan itu sebagai pelanggaran atas nilai kesopanan. Alasan lain, celana jins nggak boleh dipakai di acara-acara resmi atau untuk keperluan formal. Dengan kata lain, celana jins belum bisa diterima sebagai salah satu pakaian yang “diresmikan”. Pertanyaannya kemudian, mengapa bisa begitu?

Ada beberapa kemungkinan untuk menjawab pertanyaan itu. Pertama, berkenaan dengan sejarah celana jins itu sendiri. Seperti yang kita mafhumi, abad XIX merupakan awal kemunculan celana jins. Adalah Levi Strauss yang mula-mula merancang jenis kain denim itu. Awalnya, ia mendesain jins khusus untuk memenuhi kebutuhan pekerja tambang.

Tentu, kita tahu, pada abad itu pekerja tambang—di Amerika khususnya—biasanya dikonotasikan sebagai budak. Atau pula para pembangkang yang ditangkap dan dipenjarakan oleh penguasa. Lalu, mereka dipekerjakan untuk menambang batu bara atau bahan-bahan mineral lainnya yang dibutuhkan pemerintahan kolonial pada waktu itu.

Niatnya sih bukan sekadar memberi para pembangkang itu pekerjaan, melainkan pula sebagai bentuk hukuman buat mereka yang membangkang. Sebab, para penguasa tahu kalau pekerja tambang kala itu jenis pekerjaan yang risikonya teramat besar. Tak hanya menderita sakit, nyawa mereka pun jadi taruhan.

BACA JUGA: Pemkab Pekalongan Wajibkan PNS Pakai Jins: Ide Brilian yang Mengundang Bahaya

Selain mereka harus menggali tanah dan memasuki lorong-lorong hingga ratusan bahkan berkilo-kilo meter dalamnya, teknologi yang mereka gunakan juga sangat sederhana. Rentan untuk tertimpa longsoran tanah dan risiko-risiko lain yang bisa membuat nyawa mereka melayang. Saat itu faktor keamanan dan keselamatan kerja sama sekali nggak dijamin. So, menjadi pekerja tambang kala itu digambarkan sebagai siksaan neraka di dunia. Lebih-lebih di bawah pengawasan para mandor yang super galak.

Sekelumit masa lalu celana jins ini barangkali saja memberi gambaran betapa waktu itu celana jins dipandang sebagai pakaian orang-orang rendahan. Oleh para tuan, orang yang mengenakan pakaian jins pun dipandang rendah, sekalipun sama-sama bangsawan. Sebab, seorang bangsawan tidak boleh menyamakan dirinya dengan para budak mereka.

Seorang Baron (tuan tanah/bangsawan) mesti mengenakan pakaian kebesarannya sesuai dengan aturan main berpakaian yang berlaku. Jika tidak, ia bisa saja dikucilkan dari kelompok bangsawan. Bahkan, dianggap tidak memiliki harga diri sama sekali.

Saya curiga, stereotip terhadap celana jins atau pakaian berbahan jins itu merupakan keberhasilan para tuan menanamkan sikap adigang adigung adiguna. Bahwa para tuan ini adalah orang-orang terhormat yang tidak boleh sedikit pun pakaiannya ternodai oleh sentuhan dari kaum budak, kaum pekerja. Mereka bahkan tidak boleh berbicara dengan kaum budak yang mereka anggap rendah dan tak berpendidikan. Bahkan, yang lebih jahat lagi, mereka—para tuan itu—menganggap kaum budak sebagai kelompok primitif yang amoral.

Tetapi, itu dulu! Dulu sekali! Ratusan tahun silam. Bagaimana sekarang?

Di era kini, mestinya stereotip itu sudah tidak berlaku lagi. Sebab, jarak antara punggawa pemerintah dan rakyat tidak lagi berjenjang dan berkesenjangan. Semestinya demikian. Antara Kepala Dinas dan warga yang tak berseragam ASN memiliki kedudukan yang setara. Orang tanpa seragam ASN, suatu kelak bisa saja mengenakan seragam itu. Begitu pula sebaliknya. Tetapi, seragam ASN bukan pakaian kebesaran. Ia hanya menjadi penanda bahwa seseorang yang mengenakan pakaian seragam ASN itu memiliki tanggung jawab untuk mendarmabaktikan dirinya bagi kemaslahatan warga. Melayani, bukan minta dilayani.

BACA JUGA: Tugas Berat Bupati dan Wakil Bupati Pekalongan yang Baru

Kembali ke soal pemakaian celana jins bagi ASN, ada sesuatu hal yang barangkali masih samar-samar diketahui banyak orang. Salah satunya mengenai warna celana jins yang lazimnya berwarna biru. Sebenarnya, bukan biru melainkan warna indigo. Dan dalam sebuah obrolan ringan dengan seorang kawan, saya mendapatkan sebuah informasi tentang asal-usul penggunaan warna indigo itu.

Kawan saya pernah bercerita, ketika ia terbang ke luar negeri, ia bertemu dengan seorang peneliti warna indigo. Peneliti itu bilang, awal mula sejarah jins, pewarna yang digunakan adalah pewarna alam berbahan indigo. Dan, konon, menurut peneliti berhidung mancung itu, penggunaan warna indigo pada celana jins diilhami dari pemakaian warna indigo pada kain batik. Ia curiga, teknik pewarnaan berbahan dasar indigo ini mula-mula berasal dari Jawa. Bahkan, ia mencurigai, penggunaan pewarna alami indigo ini berangkat dari Pekalongan. Peneliti itu juga berniat mengunjungi Pekalongan, suatu saat nanti.

Jika benar demikian, sebenarnya penggunaan warna alami untuk keperluan tekstil sudah sangat mendesak bagi Pekalongan. Apalagi ketika saya membaca ulasan mas Angga yang menyinggung dampak industrialisasi tekstil telah membuat sungai-sungai di Pekalongan cemar. Tinggal bagaimana kemudian Bu Fadia menyeriusi masalah ini.

 

Baca Tulisan-tulisan Menarik Ribut Achwandi Lainnya

Tags: Berita PekalonganBupati PekalonganJeans WashNyas-NyisPekalongan BeritaPekalongan InfoPemkab Pekalongan

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Ribut Achwandi

Ribut Achwandi

Kepala Redaksi
Ngedanlah asal nggak bikin orang lain jadi edan.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

ACT-MRI Pekalongan distribusikan bantuan banjir rob pekalongan

Banjir Rob Landa Pekalongan, ACT-MRI Sigap Distribusikan Bantuan

Mei 26, 2022
141
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
7.8k
Tradisi Bunga Sumping Hari Raya

Tradisi Memasang Bunga Sumping Saat Hari Raya

Mei 1, 2022
870
THR dan Buruh di Indonesia

THR Penting juga bagi Perusahaan, Nggak Cuma bagi Buruh

April 16, 2022
161
Politik Pangkon Walikota Afzan Arslan Djunaid

Politik “Pangkon” Ala Mas Walikota Aaf

April 5, 2022
170
Banjir Rob Pekalongan

Banjir Pekalongan Tak Pernah Tuntas Kalau yang Diajak Ngobrol Cuma Elite

Maret 31, 2022
196
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Sebuah Tips Menjadi Pemain Catur Online Profesional Biar Nggak Kayak Dewa Kipas

Banjir Rob Landa Pekalongan, ACT-MRI Sigap Distribusikan Bantuan

Menggala Ranch Banyumas, Wisata Ala View New Zealand di Jawa Tengah

Honda Astrea, Motor Sejuta Umat yang Hits Pada Era-nya

Belajar Bijak dari Driver Ojol Selalu Berwajah Lusuh Ketika Mengambil Orderan

Koenokoeni Cafe Gallery, Kafe Resto dengan Kearifan Lokal di Semarang

4 Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia

LAGI RAME

Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
3.1k
Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
443
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
2k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34.2k
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
6.5k
Review Buku Novel Ezaquel

Resensi Novel Ezaquel Karya Siti Habibah

April 12, 2022
357
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
7.8k
Dewi-Rantamsari-Dewi-Lanjar

Kisah Misteri Dewi Rantamsari Yang Melegenda

Oktober 16, 2018
15.7k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
29.6k
Balon Udara di Pekalongan Zaman Dahulu

Sejarah Tradisi Balon Udara Di Pekalongan

Juli 25, 2016
1.4k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • LOCAL WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
    • NYASTRA
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In