• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
eskploitasi perempuan di televisi

- savana post

Menyoal Objektifikasi Perempuan di Televisi

Bumbu Gurih Menaikan Rating ?

Muhammad Arsyad by Muhammad Arsyad
September 8, 2020
in ESAI
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Kalau kita melihat televisi hari ini, kehadiran perempuan tak lebih dari sebatas pemuas nafsu. Mulai dari program sinetron, variety show, dan reality show—yang malah lebih pas disebut gimmick show. Di televisi, perempuan begitu rentannya diobjektifikasi.

Objektifikasi perempuan di televisi bukan sekali dua kali saja terjadi. KPI telah lama berlangganan mengatasi kasus objektifikasi perempuan di televisi. Acara semacam Kakek-Kakek Narsis, Sexophone, hingga Hotman Paris Show setidaknya pernah kena “gampar” Komisi Penyiaran Indonesia.

Oleh karena itu, televisi yang secara sengaja menampilkan tubuh perempuan di sebuah program, akan menyiasatinya dengan cara menyensor bagian yang tak senonoh. Cara ini dilakukan pihak televisi untuk menghindari teguran dari KPI. Meskipun sesungguhnya yang berwenang menentukan sebuah konten televisi bermasalah tetaplah KPI. Dari sini kita jadi mafhum bahwa penyensoran ada dalam kuasa pihak televisi bukan KPI.

Polemik sensor ini juga pernah ramai ketika karakter Shizuka dalam kartun Doraemon, dan Sandy Cheeks dalam Spongebob Squarepants memakai pakaian dalam wanita, kemudian pihak RCTI dan GTV yang dulu akrab dengan nama Global TV menyensornya.

Berangkat dari itu, timbul pertanyaan, sebenarnya apa itu objektifikasi perempuan? Kenapa objektifikasi perempuan bisa dikenai pasal di dunia penyiaran? Izinkan saya menjawabnya dengan meminjam teori objektifikasi Fredrickson dan Robert.

Teori tersebut menitikberatkan kepada praktik-praktik budaya yang mengungkapkan perempuan secara seksual, cenderung menyebar ke masyarakat yang kebarat-baratan dan berpeluang memamerkan tubuh perempuan di hadapan publik. Beberapa peneliti menyebut, perempuan bisa menjadi objek sasaran seksualitas di kehidupan sehari-hari, daripada laki-laki (Hermawan&Radja, 2017).

Sedangkan konteks objektifikasi perempuan di media, termasuk televisi, Nurvina Alifa dalam penelitiannya “Antara Perlindungan dan Pembatasan: Pengawasan Isi Siaran Bermuatan Seksualitas dan Perempuan” yang diterbitkan Remotivi dan Komnas Perempuan tahun 2013 telah menjelaskan secara holistik. Objektifikasi perempuan di media langgeng karena prinsip kerja di dunia pertelevisian mengikuti logika kapitalis, di mana dorongan guna mendapat keuntungan menjadi faktor yang paling berpengaruh.

Kawinnya logika kapitalis dengan logika patriarki yang menjamur di televisi melahirkan jalan pintas meraih keuntungan, caranya dengan menjual seksualitas perempuan di layar kaca. Bentuknya bermacam-macam, bisa berupa menonjolkan lekuk tubuh perempuan dengan sorotan kamera, ataupun penampilan gestur tubuh perempuan yang bergenit-genit.

Meski demikian, kita enggak bisa menyebut sebuah tayangan itu mengobjektifikasi perempuan seenaknya. Objektifikasi terhadap perempuan semestinya dilihat dari bagaimana teknik pengambilan gambar. Dalam kajian media, objektifikasi perempuan dibahas melalui konsep Male Gaze.

Dalam konsep Male Gaze kamera diposisikan sebagai mata laki-laki cabul. Misalnya yang di-close-up pahanya, dadanya, payudaranya, dan bagian sensitif perempuan lainnya. Pengambilan gambar seperti ini sejatinya sudah dibahas dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) pasal 18 huruf H.

Pasal ini mengandung larangan soal mengeksploitasi atau menampilkan bagian tubuh tertentu, seperti paha, bokong, dan payudara dengan teknik kamera close-up maupun medium shot. Jadi, meskipun ada paha, bokong, ataupun payudara, selama pengambilan gambarnya tidak memakai teknik close-up atau medium shot enggak bisa dipersoalkan.

eskploitasi perempuan di televisi
– savana post

Pemakaian perempuan di ruang televisi juga tak bisa terlepas dari stereotip yang berkembang di dunia pertelevisian itu sendiri. Sederhananya, perempuan kerap ditempatkan sebagai objek media, sedangkan laki-laki diposisikan sebagai subjeknya.

Dua orang peneliti, McArthur dan Resko, berhasil menemukan fakta bahwa 70 persen dari laki-laki dilambangkan sebagai ahli (subjek), sedangkan 86 persen perempuan menjadi modelnya (objek). Kemudian seorang peneliti bernama Archer menemukan foto-foto di majalah dan surat kabar Amerika. Foto-foto tersebut menunjukkan bahwa laki-laki lebih difokuskan pada wajahnya, dan perempuan difokuskan pada tubuhnya (Siti Hikmah Anas, 2013).

Eksploitasi perempuan juga menyangkut peran mereka sebagai objek erotisisme. Dari penelitian Burhan Bungin tahun 2002, kita bisa melihat bagaimana erotisisme yang menampilkan pornografi hampir dilakukan oleh semua media massa. Tanpa menuduh media mana yang teledor, erotisisme dalam berbagai macam bentuk tak jarang diekspose media.

Erotisisme sendiri ialah bentuk kecenderungan penindasan ekonomi media massa. Hal ini didorong oleh berbagai faktor, diantaranya ketakutan media kehilangan idealisme; tirasnya menurun; bersaing dengan sesama media; muncul media baru yang bisa memosisikan dirinya di masyarakat; dan ketika masyarakat butuh pemberitaan berbau erotisisme.

Mengkambing-hitamkan stasiun televisi sebagai mafia ekploitasi perempuan di muka publik, kurang bijak jika tidak membahas bagaimana peran pemilik modal, juga para pengusaha penjual produk-produk yang tayang di televisi. Mereka disini juga ikut bertanggung jawab atas tubuh perempuan yang dipajang di muka televisi.

Ketakutan para pengusaha kehilangan pembeli, adanya persaingan bisnis yang semakin ketat, hingga kegilaan untuk menaikkan oplah, membuat mereka sulit dikontrol lagi. Image penggoda yang terdapat dalam diri perempuan yang erat kaitannya dengan objektifikasi bodi sudah menjadi komoditas. Keunggulan perempuan ini tak pelak dimanfaatkan pengusaha guna menggaet pembeli, dan ujung-ujungnya mengekskalasi pendapatan.

Melihat pasar media, terutama televisi sangat terbuka. Para pengusaha itu berpikiran cepat, sehingga memilih mengiklankan produknya lewat layar kaca. Tentu pihak televisi akan membanderol tiap-tiap produk yang akan tayang di setiap program mereka.

Harganya setiap iklan mungkin berbeda, bergantung di mana iklan itu di tempatkan. Jika di program khusus yang tayang di jam prime time tentu jauh lebih mahal daripada di luar jam prime time. Saya yakin, pemilik televisi kalau disodorkan segepok uang dari pengusaha yang hendak beriklan, mustahil pihak televisi akan menolaknya.

Dari situlah sewajarnya KPI ini memberikan sanksi. Regulasi periklanan di televisi tidak boleh hanya sebatas peraturan di atas kertas. Perlu ada pengawasan yang lebih intens, agar mendapat impuls yang lebih baik. Petugas KPI, seperti yang pernah saya kunjungi di kantor KPID Jawa Tengah, enggak sekadar nonton televisi tiap hari di kantornya, tapi harus punya gerak untuk mencatat segala keteledoran dan pelanggaran.

Kemudian semestinya berani menindaknya langsung ke statisiun televisi terkait. Bukan malah berdalih kalau televisi semua tayangannya sudah baik, KPI tidak bekerja, para pegawainya nganggur.

Soal objektifikasi perempuan, KPI wajib lebih jeli lagi. Seyogyanya mereka tidak cukup berpatokan pada UU Penyiaran, tapi P3SPS juga harusnya menjadi pegangan. Siapapun yang bekerja di Komisi Penyiaran Indonesia, pastinya sudah paham betul perkara pengambilan gambar, sehingga tak mungkin terjebak.

Lembaga perlindungan perempuan, seperti Komnas Perempuan juga harusnya tidak melepaskan fungsi mereka. Enggak cuma berkutat pada masalah kesetaraan gender. Tapi juga masalah perempuan yang kerap ditempatkan dalam posisi marjinal. Sebab, bagi saya justru itu lebih berbahaya, karena tiap harinya masalah ini mengintai perempuan di seluruh dunia.

Literasi media atau media literacy sekarang tidak hanya dikuasai mereka yang bergerak di dunia komunikasi dan penyiaran, sebutlah KPI. Lembaga yang bergerak memperjuangkan nasib kaum perempuan, enggak ada salahnya menguasai media literacy.

Perjuangan gender tak cukup dengan membalik posisi perempuan dengan laki-laki. Lebih dari itu, perjuangan gender adalah perjuangan mengubah relasi dipandang dan memandang.  Bagaimana berupaya menempatkan perempuan sebagai political subject, tidak lagi political object. Dengan demikian, ia punya komitmen atas perubahan yang lebih baik bagi dunia dan peletakkan sejarahnya sendiri.

Tags: EsaiOpinireality showsinetronTelevisivariety show

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Redaktur
Tukang nulis dan penggemar Super Sentai. Santri Youtube. Bermukim di Kota Pekalongan bagian utara.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Tiga tujuan pendidikan yang dirumuskan Ibnu Khaldun

Mengkaji Makna dan Tujuan Pendidikan Lewat Pemikiran Ibnu Khaldun

Juni 24, 2022
146
Kisah Pemuda Miskin yang Memeluk Raja

Kisah Pemuda Miskin yang Memeluk Raja

Juni 17, 2022
180
Burung Kicau Terbaik 2022

Ini Lho 7 Burung Kicau yang Menjadi Primadona di Tahun 2022

Juni 16, 2022
844
Memulai Bisnis Fotografi unutk Pemula

Mau Bikin Usaha Fotografi? Begini Caranya!

Juni 12, 2022
148
Berdasarkan Curhatan Penghobi Airsoftgun, Ini Lho Perbedaan Airsoftgun Dengan Airgun

Berdasarkan Curhatan Penghobi Airsoftgun, Ini Lho Perbedaan Airsoftgun Dengan Airgun

Juni 10, 2022
169
Berkebun dengan lahan sempit dan terbatas di perumahan

Sebuah Tips Jika Ingin Berkebun di Lahan yang Sempit dan Terbatas

Juni 9, 2022
211
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Mengkaji Makna dan Tujuan Pendidikan Lewat Pemikiran Ibnu Khaldun

Fransis Pizza: Tempat Nguliner Tersembunyi Jogja yang Hanya Buka Dua Hari

Lewat Drama Shooting Stars Kita Jadi Tahu Huru-hara Dibalik Industri Hiburan Korea Selatan

Yakin Deh, Cuma Program Batik TV Ini yang Nggak Mengecewakan

Kehebatan Mobil Listrik Hyundai Ioniq 5 yang Perlu Kamu Tahu

Doa untuk Semesta

BTS Putuskan Hiatus, Rasa-rasanya Seakan Bubar Alon-alon

LAGI RAME

Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
2.7k
Burung Kicau Terbaik 2022

Ini Lho 7 Burung Kicau yang Menjadi Primadona di Tahun 2022

Juni 16, 2022
844
Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
4.1k
Wisata hits Purwokerto - Menggala Ranch

Menggala Ranch Banyumas, Wisata Ala View New Zealand di Jawa Tengah

Mei 25, 2022
741
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
7.1k
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
2.5k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
30k
Landmark Dieng

Wisata ke Dieng Lewat Jalur Pekalongan

September 7, 2018
13.1k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34.8k
Sate Winong Mustofa Purworejo

10 Rekomendasi Kuliner Enak di Purworejo Tahun 2022

November 9, 2021
1.5k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-POPers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In