KOTOMONO.CO – Ingin mengenal lebih dekat sosok presiden ke-2 Indonesia? Kamu bisa datang ke museum Soeharto. Berbagai koleksi pribadi dan hal yang berkaitan dengan beliau dapat ditemui di sana. Inisiatif pembangunan museum ini dari adik tiri satu ibu namun beda ayah, Probosutedjo sebagai bentuk darma bakti kepada sang kakak.
Adik kesayangan ini memang dari dulu dekat dengan Presiden Soeharto. Museum tersebut merupakan wujud filosofi Jawa, “mikul duwur, mendem jero”. Artinya mengangkat kebaikan orang yang dihormati dan menutupi semua kekurangannya.
Sejarah kelahiran Presiden Soeharto
Presiden RI kedua yang memegang jabatan selama lebih dari 30 tahun ini lahir pada tanggal 8 Juni tahun 1921 bertepatan dengan 1 Syawal 1339 H. Lahir dari ibu bernama Soekirah dan ayah Kertosudiro di desa Kemusuk.
Tempat lahir beliau yang berupa senthong atau kamar dalam bahasa Jawa, pondasinya sampai sekarang tidak berubah. Kedua orang tuanya bercerai ketika Soeharto masih kecil dan beliau dititipkan kepada Kromodihardjo, seorang dukun bayi.
Sang ibu kemudian menikah dengan Atmopawiro dan mempunyai 7 anak, salah satunya H Probosutedjo. Ketika usia 4 tahun sang ibu mengambil dan mengasuhnya kembali. Namun kemudian menyerahkan kepada adiknya untuk mengasuh Soeharto kecil.
Sebelum menjadi tentara, Soeharto bekerja sebagai karyawan bank desa. Pak Harto mengawali karir militer pada tahun 1940 setelah lolos tes tentara kerajaan Belanda sebagai kopral. Karirnya terus berkembang dan menjabat sebagai presiden dari tahun 1968 sampai 1998.
Museum Soeharto
Memasuki kawasan museum yang terletak di desa Kemusuk, Argomulyo, Bantul, kamu akan disambut dengan patung Pak Harto berukuran besar. Replika presiden RI kedua ini berdiri gagah di samping tiang bendera merah putih.
Peresmian museum HM Soeharto dilakukan oleh H Probosutedjo dan Mbak Tutut, putri pertama beliau pada tanggal 8 Juni 2013. Total bangunan museum cukup luas, yaitu 3260m². Setelah melewati patung pak Harto, pengunjung akan sampai pada gedung yang berupa joglo. Fungsinya sebagai tempat untuk memutar film dokumenter Soeharto.
BACA JUGA: Honda Astrea, Motor Sejuta Umat yang Hits Pada Era-nya
Dalam wilayah museum tersebut terdapat beberapa ruangan yang memudahkan pengunjung untuk menyaksikan bagian sejarah dari perjuangan Pak Harto. Namun sebaiknya pengunjung menyaksikan semua sehingga lebih paham perjuangan dan peran presiden RI ke-2 ini bagi bangsa Indonesia.
Pengunjung selanjutnya bisa menyaksikan video tentang kisah hidup Pak Harto. Durasi waktu pemutaran video selama kurang lebih 15 menit di ruangan berbentuk pendopo yang bisa muat ratusan orang.
Usai menonton video, kamu bisa memasuki ruangan museum yang cukup megah berisi informasi serba digital. Ruang informasi ini juga berisi tentang kisah Pak Harto ketika menjadi pasukan gerilya dan berperan dalam Serangan Umum 11 Maret (SUPERSEMAR) di Yogyakarta.
Peran Pak Harto sebagai Pangkostrad sekaligus sebagai panglima penumpasan G-30-S-PKI, sebagai Panglima Mandala Trikora, Presiden RI, dan sampai lengsernya Soeharto di tahun 1998. Setelah keluar dari ruangan museum, kamu masih bisa melihat petilasan Pak Harto yang lain, seperti sumur, bagian rumah yang masih asli, dan lainnya.
BACA JUGA: Menyukai Musik Reggae Itu Nggak Harus Berambut Gimbal, Titik!
Untuk menikmati museum secara keseluruhan perlu waktu sekitar satu jam. Mengunjungi museum ini serasa membuka kembali kenangan lama sejarah Indonesia. Soeharto adalah bintang utama dari sejarah tersebut.
Apa yang kamu bisa peroleh setelah mengunjungi museum Soeharto?
Lewat museum ini Soeharto dikenang dan tetap hidup dalam hati masyarakat Indonesia. Buat kamu yang hobi melihat benda-benda bersejarah, menyukai traveling, Museum Soeharto bisa menjadi alternatif tujuan jalan-jalan selanjutnya.
Museum ini juga bisa menjadi pilihan liburan sekaligus belajar sejarah perjuangan Presiden kedua RI. Kamu juga bisa menambah pengetahuan dan jiwa patriot. Rasa nasionalisme dan cinta terhadap tanah air pun bisa meningkat.
BACA JUGA: 4 Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia
Tamu yang datang untuk menikmati sejarah pejuang bangsa Indonesia ini tidak dipungut biaya sama sekali atau gratis. Pengunjung hanya perlu menyiapkan uang untuk membayar parkir saja.
Berbagai fasilitas juga cukup lengkap. Tersedia tempat parkir yang luas, mushola dan toilet. Bagi yang berasal dari luar kota, terdapat banyak homestay sekitar museum yang nyaman untuk menginap.
Museum Soeharto bisa menjadi tempat untuk belajar sejarah perjuangan bapak pembangunan Indonesia ini. Inisiatif keluarga, terutama sang adik, H Probosutedjo memudahkan seluruh pengunjung untuk mengenal lebih dekat dan meneladani kepatriotan pak Harto.