• Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • NYAS-NYIS
  • SENGGANG
  • PLESIRAN
  • DAEBAK
  • WIBU
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • OTOMONO
    • FIGUR
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
  • NYAS-NYIS
  • SENGGANG
  • PLESIRAN
  • DAEBAK
  • WIBU
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • OTOMONO
    • FIGUR
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
No Result
View All Result
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • NYAS-NYIS
  • SENGGANG
  • PLESIRAN
  • DAEBAK
  • WIBU
  • LAINNYA
Home NYAS-NYIS
Nestapa Ekonomi Tengkawang Masyarakat Adat

via riakbumi

Nestapa Ekonomi Tengkawang, Rakyat Ingin Sejahtera Kok Dihambat?

Anggalih Bayu Muh Kamim by Anggalih Bayu Muh Kamim
Februari 2, 2023
in NYAS-NYIS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Tengkawang atau dalam bahasa Dayak disebut sebagai sengkabang sempat menjadi komoditas unggulan pada tahun 1990-an. Tengkawang tersebar di Kalimantan dan sebagian kecil Sumatera. Penelitian Departemen Kehutanan sampai tahun 1980 menunjukan bahwa populasi tengkawang terbesar berada di Kalimantan Barat.

Pemerintah daerah Kalimantan Barat telah menetapkan pula tengkawang sebagai maskot wilayahnya. Wilayah penghasil utama tengkawang di Kalimantan Barat adalah Sanggau, Kapuas Hulu, Sintang, Pontianak, Sambas dan Ketapang (Nuryanti et al., 2021). Ekspor tengkawang pernah memiliki nilai US$ 7.707.800 dengan pengiriman mencapai 3519,2 ton pada awal tahun 1990-an.

Tengkawang kemudian menjadi langka di pasaran seiring deforestasi yang mengancam keberadaannya. SAMPAN (Perkumpulan Sahabat Masyarakat Pantai) Kalimantan (2015) menganggap bahwa seolah-olah masyarakat adat dibiarkan bertanggungjawab sendiri untuk mempertahankan kelestarian alam dengan nilai-nilai sosialnya.

Wilayah Hutan Menipis

Hal tersebut dibuktikan dengan di Kabupaten Melawi saja dari total wilayah seluas 10.640,80 km2 hanya tersisa  411,673.40 hektar lahan yang berupa tutupan hutan pada tahun 2013. Bahkan wilayah hutan yang tersisa sudah dikapling untuk pertambangan, perkebunan sawit dan kayu. Nasib tembawang juga mengalami masalah serius akibat minimnya peremajaan tanaman yang disebabkan keterbatasan penguasaan teknologi oleh masyarakat.

Masyarakat adat bersama jejaring masyarakat lainnya bahkan harus berjibaku untuk memperjuangkan status hutan adatnya, di mana ekosistem tengkawang berada. Hal tersebut misalnya berhasil ditempuh dalam pengakuan Hutan Adat Pikul oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui SK Penetapan Hutan Adat Pikul Nomor SK 1300/MENLHK-PSKL/PKYHA/PSL.1/3/2018 pada tahun 2018.

BACA JUGA: 5 Hal ini Hanya Terjadi Pada Mahasiswa Universitas Terbuka, Lucu Sih!

Sebelumnya Hutan Adat Pikul telah diakui keberadaannya melalui SK Bupati Nomor 131 Tahun 2002. Masyarakat adat di Kalimantan Barat memang harus berjibaku sendiri untuk mempertahankan keberadaan hutan dan sistem sosialnya di hadapan negara. Hal tersebut tentunya miris mengingat tengkawang sebagai komoditas unggulan tak dapat dilepaskan dari ekosistem tembawang milik masyarakat adat.

Keberhasilan perjuangan masyarakat adat di tingkat nasional dengan keluarnya Putusan MK Nomor 35 /PUU-X/2012 mendorong pengakuan sistem tembawang (di mana ekosistem tengkawang berada) dapat dilakukan.

Perjuangan Masyarakat Adat demi Tengkawang

Sayangnya, masyarakat adat tetap harus berjibaku sendiri dalam memperjuangkan pengakuan wilayah adatnya disebabkan rekognisi sangat bergantung pada komitmen kepala daerah ditambah dengan rumitnya tumpang tindih pengaturan masalah agraria di Indonesia (Kamim & Rifasya, 2020).

Kelestarian tembawang tentunya menjadi terancam akibat lambatnya rekognisi dari pemerintah, padahal kajian yang dilakukan oleh SAMPAN Kalimantan (2014) berdasar proses pendampingan perjuangan pengakuan tujuh komunitas adat di Kabupaten Ketapang sendiri menunjukan bahwa dalam satu kawasan tembawang terdapat lebih dari 100 jenis tanaman termasuk di dalamnya berbagai varietas Tengkawang.

Masyarakat adat bersama jejaring masyarakat sipil juga berupaya merevitalisasi nilai ekonomi dari tengkawang. Misalnya seperti yang dilakukan Institute Riset dan Pengembangan Hasil Hutan (Intan) bersama Kelompok Tani Tengkawang Layar di Hutan Adat Pikul seperti dilansir Mongabay Indonesia (27/06/2019). Masyarakat berhasil mengolah tengkawang menjadi mentega dan bahkan mendapatkan penawaran kerjasama dari perusahaan komestik ternama.

BACA JUGA: Coffee Shop Itu Buat Berdialog, Nggak Cuma Selfie!

Samdhana Institute (2018) mencatat bahwa terdapat 1.500 pohon tengkawang yang menghasilkan 35 ton buah per tahun di hutan adat Pikul. Masyarakat adat bersama jejaring masyarakat sendiri telah mengembangkan mesin pengering, gudang buah berkapasitas 50 ton, gedung pengolahan mentega dan tepung.

Masyarakat juga telah dilatih untuk memastikan standar dan mutu olahan tengkawang (Samdhana Institute, 2018). Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura juga memberikan bantuan mesin press minyak dan mesin pembuat tepung kepada kelompok tani.

Penjualan Tengkawang ke Luar Negeri Terhambat

Sayangnya, upaya penjualan olahan tengkawang ke luar negeri harus terhambat Permendag Nomor 44 Tahun 2012. Hal tersebut cukup aneh disebabkan tengkawang sendiri tak dikategorikan sebagai jenis tumbuhan yang dilindungi berdasarkan Permen LHK Nomor P.106/2018.

Revitalisasi ekonomi tengkawang menjadi mendesak untuk dilakukan, demi perbaikan penghidupan masyarakat. Pertama, baik pemerintah daerah dan pusat perlu mengakselerasi pengakuan hutan adat, demi melestarikan ekosistem tengkawang bersama moda produksi masyarakat adat yang sudah ada.

Kelestarian hutan adat penting dijaga dalam mencegah terjadinya bencana alam. Apalagi tengkawang yang tumbuh di sempadan sungai bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi. Pengetahuan tersebut telah diwarisi masyarakat adat secara turun temurun, di mana akar tengkawang yang kuat memiliki tancapan kuat di tanah.

BACA JUGA: Nikah di KUA, Mengapa Tidak?

Tengkawang yang tumbuh di sempadan sungai juga lebih subur (Heri et al., 2020). Selain itu, pengakuan keberadaan sistem adat dalam pengelolaan lahan sebenarnya bermanfaat untuk menjaga iklim bisnis kondusif dengan terselesaikannya masalah tumpang tindih pengaturan lahan yang sering memunculkan konflik agraria.

Kedua, pemerintah perlu membantu tata niaga dan menciptakan rantai pasokan yang adil bagi perkembangan ekonomi tengkawang. Kebijakan-kebijakan yang selama ini menghambat ekspor olahan tengkawang dan sengkarut agraria juga perlu dibereskan untuk terus melestarikan pengetahuan lokal masyarakat dalam menjaga alam, sekaligus meningkatkan taraf kehidupannya.

Pemerintah juga harus memberikan pelatihan dan memberikan berbagai mesin pengolahan kepada warga adat untuk menambah nilai lebih dari tengkawang sekaligus menjaga kelestarian ekosistemnya. Dengan demikian langkah peningkatan kesejahteraan dan menjaga kelestarian alam dapat dilakukan beriringan.

BACA Tulisan-tulisan menarik dari Anggalih Bayu Muh Kamim lainnya.

Artikel Terkait

Semakin Kehilangan Arah, Chelsea Merindukan Sosok Big Rom?

Juru Parkir Liar Merugikan Pengendara?

Tampang Santri Belum Tentu Suci

Tags: AgrariaDayakekonomiEsaiindonesiaKalimantan BaratKeadilanKearifan LokalKebijakanKebijakan PemerintahKebudayaanLingkunganMasyarakat AdatTengkawang
❯ Ikuti kami ❮

Selalu dapatkan berita dan informasi terupdate dari Kotomono di:

Anggalih Bayu Muh Kamim

Anggalih Bayu Muh Kamim

Perangkai Kata yang Bercerita tentang Penghidupan

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Semakin Kehilangan Arah, Chelsea Merindukan Sosok Big Rom Roman Abramovich

Semakin Kehilangan Arah, Chelsea Merindukan Sosok Big Rom?

September 19, 2023
146
Juru Parkir Liar Merugikan Pengendara

Juru Parkir Liar Merugikan Pengendara?

September 11, 2023
155
Tampang Santri Belum Tentu Suci

Tampang Santri Belum Tentu Suci

September 11, 2023
162
Serba Serbi Rangka eSAF Honda

Rangka eSAF: Awal Kehancuran Honda?

September 9, 2023
221
Ilusrasi hukuman mati

3 Alasan Ini Harusnya Buat Terpidana Mati Itu Bersyukur!

September 5, 2023
150
Ketika Keberpihakan PKS Terhadap Seni Budaya Dipertanyakan Pelaku Seni

Jagongan Budaya: Ketika Keberpihakan PKS Terhadap Seni Budaya Dipertanyakan Pelaku Seni

Agustus 31, 2023
231
Load More
Next Post
Sebagai Warga Negara, Apa Salahnya Berkeluh Kesah

Sebagai Warga Negara, Apa Salahnya Berkeluh Kesah?

Review Film Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang

Review Film Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang: Tak Semua Pertanyaan "Kenapa" Harus Dipertanyakan

Jetski Pantai Mutiara

Jetski Cafe, Tempat Enak Menikmati Indahnya Sunset Kota Jakarta

Komentarnya gan

Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!

TERBARU

Mengenal Arti Kata ‘Red Flag’, Bahasa Gaul Ala Gen Z di Medsos

5 Rekomendasi Kuliner Khas Tegal yang legendaris

4 Sosok Idol K-Pop yang Sukses Jadi Aktor Dalam Drama Korea

3 Rekomendasi Terbaik Anime Mirip Naruto, Plek Ketiplek!

Semakin Kehilangan Arah, Chelsea Merindukan Sosok Big Rom?

11 Tempat Promosi Album Solo Layover V BTS, Yeontan Debut on Stage!

The Weekend Away (2022): Liburan yang Berujung Pilu

LAGI RAME HARI INI

Homestay Cahaya Sikunir

14 Homestay dan Villa di Dieng, Cocok Buat Rombongan juga Keluarga

Juli 11, 2023
1.7k
Batik Motif Jlamprang Pekalongan

Sejarah Batik Jlamprang Motif Khas Kota Pekalongan

Agustus 25, 2017
12.5k
Rekomendasi iPhone Harga Rp 5 Jutaan - iPhone XR

7 Rekomendasi iPhone Harga Rp 5 Jutaan, Cocok Buat Kamu

Agustus 12, 2023
579
Alasan Kenapa Orang Tidak Memasang Foto Profil WhatsApp

Alasan Kenapa Orang Tidak Memasang Foto Profil WhatsApp

Januari 25, 2023
1.7k
Film Semi Terbaik - Beiimaan Love (2016)

18 Pilihan Film Semi Terbaik Mancanegara, Erotis Dengan Cerita Bagus!

Mei 9, 2023
1.9k
Jenis Ketawa yang Sering Dipakai Orang Saat Chat

Arti Jenis Ketawa yang Sering Dipakai Orang Saat Chattingan

Januari 3, 2023
3.3k
Wisata Tawangmangu Terbaru - Sakura Hills

18 Wisata Tawangmangu Hits 2023, Pas Buat Liburan Seru!

Februari 18, 2023
3.9k
Filosofi Sapu Lidi

Sapu Lidi: Dari Falsafah, Penolak Bala, Penolak Hujan, Hingga Cerita Rakyatnya

Maret 31, 2022
2.2k
Bapak Psikologi Modern - Wilhelm Wundt

Wilhelm Wundt dan Kontribusinya dalam Psikologi Modern

Oktober 26, 2022
683
Cerita rakyat Tegal Legenda Si Kasur dan Si Gringsing

Kisah Kasih Sepasang Ular, Si Gringsing dan Si Kasur

Februari 20, 2021
3.1k
header-kotomono

RINGAN-RINGAN SEDAP

 

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  / INDEKS /  KIRIM ARTIKEL

© 2023 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • NYAS-NYIS
  • SENGGANG
  • DAEBAK
  • PLESIRAN
  • KILASAN
  • LAINNYA
    • NYASTRA
    • OTOMONO
    • FIGUR
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In