KOTOMONO.CO – Sejarah kerap kali menjadi topik yang dihindari karena dinilai penuh dengan latar tempat dan waktu yang sulit diingat. Sementara itu, novel berbagai genre dengan segala daya pikatnya digandrungi banyak orang sekalipun cukup tebal. Namun, apakah ada yang sanggup menolak pesona sejarah yang tertuang pada sebuah novel?
Meskipun isinya lebih pada cerita fiktif, latar belakang cerita berupa sejarah yang dekat dengan kita mampu menjadi daya pikat tersendiri. Selain bisa menengok peristiwa bersejarah tanah sendiri, kita juga bisa mendapatkan penghiburan serta pelajaran dari alur yang disuguhkan.
Nah, berikut ini sederet novel sejarah Indonesia dari penulis top yang bisa bikin kamu melongo.
Novel Berlatar Sejarah
Perempuan Bersampur Merah
Intan Andaru, seorang dokter yang juga gemar menulis ini menceritakan kisah Sari, gadis kecil dari daerah Banyuwangi yang harus kehilangan keluarganya karena tragedi penculikan yang terjadi pada tahun 1998. Kala itu teror ninja yang menculik dan membunuh warga yang diduga dukun santet menghantui wilayahnya. Keluarga Sari menjadi salah satu korbannya.
Kejadian tersebut menciptakan pandangan negatif dari masyarakat kepada terduga dukun santet, keluarganya, hingga terduga anggota partai terlarang. Sikap Sari dewasa dalam melawan stigma tersebut menjadikan alur novel sejarah Indonesia yang satu ini kian menarik.
Pulang
Pemenang Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2013 ini menyentil sejarah kelam bangsa Indonesia. Melalui Pulang, Leila Chudori menyuguhkan cerita Dimas Suryo, seorang wartawan yang menjadi buronan politik Indonesia dan terusir dari negaranya sendiri hingga terdampar di Prancis. Kehidupannya di sana hingga menemukan seorang istri dipenuhi rasa bersalah karena meninggalkan beberapa kawan seperjuangannya yang dikejar, ditangkap, bahkan menghilang tanpa kejelasan.
Hingga saat anaknya, Lintang Utara harus pergi ke Indonesia untuk menyelesaikan tugas akhirnya, ia berhasil mengungkap sejarah kelam yang berkaitan dengan ayahnya sekaligus menjadi saksi kerusuhan dan digulingkannya pemerintah Orde Baru. Bagi pecinta novel sejarah Indonesia, karya penulis kelahiran Jakarta ini layak untuk diselami.
BACA JUGA: Resensi Novel Bumi Cinta Karya Kang Abik (Habiburraham El Shirazy)
Laut Bercerita

Masih dengan penulis yang sama, kali ini Leila Chudori mengambil peristiwa bersejarah kerusuhan 1998 lewat kacamata pergerakan mahasiswa. Novel ini mengisahkan perlawanan mahasiswa terhadap kekejaman rezim Orde Baru kala itu.
Dibuat berdasarkan kisah nyata, pembaca akan merasakan kesedihan yang mendalam karena pada akhirnya beberapa tokoh dalam novel tersebut “dihilangkan” tanpa kejelasan, termasuk tokoh utamanya Biru Laut.
Historical fiction yang dibuat dari hasil riset ini benar-benar membawa efek luar biasa hingga cetak ulang sebanyak 55 kali. Dari novel ini, pembaca juga bisa mengerti bagaimana aksi Kamisan di depan istana negara dimulai.
BACA JUGA: Tentang Sosok Kinan, Si Wanita Tangguh dari Novel Laut Bercerita
Bumi Manusia
Jika berbicara tentang novel sejarah Indonesia, maha karya Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia tak boleh dilewatkan. Novel ini menceritakan Minke, seorang pribumi tapi dari kaum Priyayi yang berjuang untuk pribumi.
Sekalipun berasal dari kalangan bangsawan dan memiliki privilege, Minke gusar melihat ketimpangan yang terjadi antara kaum bangsawan dan rakyat biasa, serta bangsa Netherland dan pribumi.
Bumi manusia juga menceritakan tokoh lain yang tidak kalah kharismatik, yaitu Nyai Ontosoroh. Perjuangan mereka mendapatkan haknya mampu membuat kita mengutuk praktik diskriminasi rasial.
BACA JUGA: Potret Patriarki di Tanah Papua dalam Novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf
Ronggeng Dukuh Paruk
Selain Bumi Manusia, novel Ronggeng Dukuh Paruk sangat menggoda bagi penyuka novel sejarah Indonesia. Sebab, Ahmad Tohari mengambil latar masa peralihan politik dari Orde Lama ke Orde baru yang konon penuh intrik.
Novel ini bercerita tentang seorang penari berbakat dari sebuah dukuh kecil yang masih memegang erat tradisi budayanya. Dukuh asri dengan tari ronggengnya itu pada akhirnya hancur lebur karena huru-hara politik yang terjadi di kota. Mereka yang tidak mengerti apa pun tentang dunia luar mendadak dijadikan kambing hitam dan dicap sebagai bagian dari kelompok perusuh.
BACA JUGA: Rekomendasi Novel yang Bisa Bikin Kamu Sesenggukan Banjir Air Mata
Amba
Berkisah tentang Amba, perempuan yang kehilangan lelaki yang dicintainya karena tragedi G30S di Yogyakarta. Kisah cintanya yang amat pelik dengan Bhisma, membuat Amba tak bisa melupakan kepergian Bhisma yang terlalu mendadak. Bhisma yang saat itu dianggap memiliki keterlibatan dengan PKI, mendadak ditangkap dan diasingkan ke Pulau Buru.
Amba tetap melanjutkan hidup dan melahirkan anaknya dengan Bhisma. Namun kemudian ia pergi ke Pulau Buru dan mengurai jejak keberadaan Bhisma selama ini hingga menemukan surat-surat yang Bhisma tulis untuknya selama masa pengasingan.
Berkat novel ini, Laksmi Pamuntjak menarik perhatian pembaca nasional maupun dunia hingga memenangkan penghargaan sastra Jerman berupa LiBeraturpreis tahun 2016. Penghargaan ini ditujukan khusus untuk penulis sastra perempuan dari Amerika Latin, Asia, Afrika, Arab, dan Karibia.
Tulis Komentar Anda