• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
Oey Soe Tjoen

Oey Soe Tjoen, Legenda Batik Tionghoa dari Pekalongan

Maestro batik peranakan

Angga Panji W by Angga Panji W
Juli 1, 2020
in FIGUR
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Pekalongan – Kedungwuni merupakan penyangga hidupnya batik tulis di Pekalongan. Eulogi ini mungkin saja dianggap lebay. Tapi, kalau diselidiki lebih dalam, eulogi itu tak berlebihan. Di kawasan ini, seorang pengusaha batik telah mempertahankan produksi batik tulis halusnya selama kurang lebih 95 tahun, tepatnya sejak tahun 1925. Namanya, Oey Soe Tjoen.

Rintisan usaha batik tulis Oey Soe Tjoen, mula-mula bertolak belakang dari usaha ayahnya, Oey Kiem Boen. Keputusan Oey Soe Tjoen terasa seperti tamparan keras bagi sang ayah. Ia merasa dikhianati oleh anaknya sendiri, karena tak mau melanjutkan usaha batik cap yang telah ia jalani puluhan tahun lamanya.

Dalam selubung kekecewaan itu, sang ayah berusaha meyakinkan Soe Tjoen, bahwa pilihannya itu salah. Ia khawatir, kalau-kalau Soe Tjoen akan terbunuh oleh pilihannya sendiri. Baginya, lebih baik menjalankan usaha yang sudah jelas aman, seperti yang digelutinya. Ya, usaha batik cap jauh lebih aman ketimbang batik tulis halus.

Tak terlalu menggubris bujukan sang ayah, Soe Tjoen tetap berkeras mewujudkan mimpinya itu. Ia tahu, apa yang diambilnya adalah risiko besar. Tetapi, apalah artinya hidup jika tak berani mengambil risiko terbesar? Karena hidup adalah himpunan permasalahan yang datang silih berganti. Tak tahu dari mana pangkalnya. Juga tak diketahui di mana ujungnya.

Batik Oey Soe TJoen

Kehidupan terus bergulir. Oey Soe Tjoen rupanya mendapatkan angin segar. Sejak menikah dengan Kwee Tjoen Giok (Kwee Netty), ia merasa mendapatkan pasangan hidup yang memiliki irama hidup yang selaras. Makin bulatlah tekadnya. Selangkah pun tak ia undurkan. Ia tetap berkeras dan berusaha mewujudkan mimpinya itu. Membuka usaha batik tulis halus. Ia tak peduli dengan apa yang dialaminya, diputus dari garis keluarga akibat keputusannya itu.

Bertempat di rumahnya, di Kedungwuni, ia mulai merintis usaha batik tulis halus impiannya itu. Sebenarnya, ada beberapa alasan mengapa ia terpaksa melakukan itu. Ia gelisah dengan keadaan yang menimpa warga desa sekitarnya. Mereka bekerja sebagai petani, tetapi hidup mereka jauh dari kata layak.

Terdorong oleh kegelisahan itu, ia berharap, usahanya yang baru itu akan sedikit mengangkat harkat derajat para petani itu. Setidaknya, mereka mendapatkan penghasilan tambahan dari membatik. Tentu, Soe Tjoen tidak bisa memonopoli mereka harus kerja penuh waktu. Soe Tjoen tak mau membuat mereka beralih pekerjaan. Mereka tetap bertani. Sementara membatik, hanyalah kerja sampingan. Sekadar pengisi waktu luang.

Baca juga : Penemu Teknik Lukis WPAP Putra Daerah Aseli Pekalongan

Secara tersirat, sikap Oey Soe Tjoen memperlihatkan kepribadian yang teguh pada pendirian, terbuka, mudah bergaul, dan tak memandang siapa yang menjadi kawannya. Ia tak mau hidup dalam kungkugan cara pandang keluarga, terutama ayahnya yang aristokratis itu. Baginya, keberhasilan seseorang harus bisa dirasakan pula oleh orang-orang sekitar. Keberhasilan tidak hanya menjadi hak pribadi.

Dan benar, ia tak pernah membatasi diri. Tak menutup pintu rumahnya rapat-rapat untuk siapapun yang datang dan ingin bersahabat. Salah satunya untuk Eliza van Zuylen, sahabatnya yang orang Eropa.

Persahabatan Oey Soe Tjoen dengan Eliza van Zuylen dijalin dari kesukaan mereka terhadap batik. Pada masa itu, usaha batik bukan monopoli orang-orang pribumi. Tetapi, orang-orang Eropa, Arab, dan Tionghoa pun ikut meramaikan usaha batik di Pekalogan. Hubugan mereka pun terjalin dengan baik. Dalam berbagai kesempatan, keduanya tak membiarkan waktu kosong mereka untuk sekadar kongkow tanpa ada sesuatu yang dihasilkan. Mereka kerap bertukar pikir tentang dunia usaha mereka, serta seni membatik.

Saking karibnya, keduanya tak jarang saling mengkritik karya mereka satu sama lain. Eliza van Zuylen tak sungkan-sungkan memberi masukan pada Soe Tjoen, agar batiknya juga memasukkan sentuhan-sentuhan khas Indo-Eropa. Demikian pula sebaliknya, Soe Tjoen tak jarang menyampaikan kritiknya yang pedas pada seni batik yang dikembangkan orang-orang Eropa di Pekalongan yang terkesan kaku dan monoton pada masa itu.

Tukar pandang dua sahabat itu mempengaruhi Soe Tjoen dalam mengkreasikan corak motif batiknya. Pelan-pelan, Soe Tjoen mulai memasukkan unsur-unsur ragam hias Eropa pada lembaran kain batiknya.

Diakui memang, motif-motif kain batik besutan pembatik etnis Tionghoa cenderung memiliki kemiripan dengan motif Indo-Eropa. “Bedanya, pada pola dan isen-isennya,” ungkap Ahmad Ilyas.

Seperti ditulis Dirhamzah dalam Ensiklopedia Tokoh Pekalongan, motif kain batik karya Soe Tjoen cenderung memperlihatkan corak yang akultural. Mengawinkan budaya Indo-Eropa dengan Tionghoa. Salah satunya, pada motif Buketan.

Istilah Buket terambil dari bahasa Inggris. Biasanya digunakan untuk menyebut karangan bunga (flower bouquet) yang dipasang sebagai dekorasi ruangan rumah, gedung-gedung atau yang dibawa sebagai hadiah atau dalam upacara pernikahan.

Motif buketan karya Soe Tjoen tampaknya lebih banyak diinspirasi dari kartu pos koleksinya. Seperti dituturkan Istiani Sutiono, salah seorang cucu dari Oey Soe Tjoen. Kartu-kartu pos Belanda itu dikumpulkan, lalu Soe Tjoen meminta seorang juru gambar untuk menggambarnya di atas lembaran kain.

Baca juga : Kisah Pak Dhe Dele, Sang Penjahit Jenius Dari Pekalongan

Umumnya, pekerja batik Soe Tjoen adalah para petani di lingkungan sekitar. Alasan dipilihnya mereka sebagai pekerja, tak lain karena sikap dan perilaku mereka yang cenderung tenang. Mereka orang-orang yang tekun dalam menjalani pekerjaannya.

Kendati begitu, Oey Soe Tjoen tak memonopoli pekerjaan para petani. Ketika musim tanam tiba, mereka dibolehkan mengerjakan lahan-lahan garapan mereka. Kembali mencangkul dan menanam.

Tak hanya itu, sikap Soe Tjoen juga tegas. Ia tak membolehkan pekerja yang dilanda masalah mengerjakan kain batik. Sekalipun pekerja itu memohon agar tak diistirahatkan, Soe Tjoen tetap melarangnya. Ia akan merumahkan sementara sampai masalah yang dihadapinya selesai. Begitu juga dengan pekerja perempuan yang sedang datang bulan. Tak dibolehkan menyentuh kain batik yang ia kerjakan.

Tekun ia menuntun pekerjanya. Mendidiknya dengan sepenuh hati agar disiplin. Sampai-sampai tak hanya dalam soal membatik. Para pekerja juga dilatihnya membina hubungan baik dengan para pengrajin peralatan yang dibutuhkan dalam membatik. Seperti tukang canting, pembuat lilin malam, juga juru ramu bahan pewarna kain.

Para Pembatik di Tempat Produksi Oey Soe Tjoen

Dari sini, tampak pula bahwa darah pebisnis yang dialirkan dari sang ayah masih terus deras mengalir. Ia tak hanya sebagai desainer batik. Ia juga seorang pebisnis yang sangat mengetahui apa yang dimaui konsumennya. Tentu, konsumen tak mau menerima kualitas barang yang jelek. Apalagi, ketika ia tahu, yang dihadapi adalah orang-orang Eropa yang cenderung detail dalam memandang segala sesuatu.

Ketekunan dan sikap tegasnya itu membawa pada sebuah momentum yang sangat berharga. Eliza van Zuylen, sahabat Eropanya itu, pada akhirnya membawa dan mengenalkan karya Soe Tjoen ke Eropa. Ia bahkan memamerkan kain-kain batik karya Soe Tjoen di Belanda. Oleh orang-orang Eropa di Belanda, karya Soe Tjoen diakui sebagai karya seni yang sangat bernilai. Kain batik karya Soe Tjoen benar-benar telah mencuri hati publik Eropa kala itu.

Bahkan, pada masa peralihan, pada masa Jepang mulai menduduki Indonesia, Soe Tjoen juga tak menutup diri. Ia bersikap terbuka dengan perubahan itu. Baginya, segala sesuatu yang baru adalah tantangan yang harus dijawab.

Maka, pada saat itu, ia mulai mempelajari beragam simbol dalam budaya Jepang. Tercetuslah kala itu untuk membuat kain batik Hokokai. Motif-motif atau ragam hiasnya pun disesuaikan dengan budaya Jepang. Ada merak, bunga, dan kupu-kupu.

Mula-mula, kain-kain batik Hokokai ini dibikin untuk memenuhi pesanan pengurus lembaga Jawa Hokokai. Kain-kain ini akan diberikan kepada para pemuda yang ikut terlibat dalam propaganda Jepang, kala itu. Dan benar saja, sentuhan Soe Tjoen dalam membatik rupanya mendapat sambutan hangat dari koleganya yang orang-orang Jepang itu. Batik Hokokai karya Soe Tjoen pun banyak dipesan.

Baca juga : Mengenal Jenderal Polisi Hoegeng Imam Santoso

Contoh Batik Oey Soe TJoen
FOTO: Discover Pekalongan

Ya, Oey Soe Tjoen adalah pribadi yang dinamis. Ia mampu beradaptasi dengan segala macam situasi. Baginya, salah satu cara bertahan hidup adalah kemauan dan kesanggupan seseorang beradaptasi terhadap keadaan baru.

Tak ayal pula jika sampai detik ini, usaha batik tulis Oey Soe Tjoen masih bertahan. Saat ini, dipegang oleh generasi ketiga dari keluarga Oey Soe Tjoen. Demikian pula para pekerjanya. Rata-rata mereka keturunan dari pekerja terhadulu dari zaman kolonial Belanda.

Betapa, Oey Soe Tjoen, di mata pekerja mereka, adalah seorang penolong. Apa yang didapatnya sekarang, pengakuan dunia atas karyanya dan segala macam penghargaan itu, tak lain adalah buah kerjanya yang luar biasa. Bagi mereka, Soe Tjoen bukan sekadar seorang perancang batik dan pengusaha, melainkan orang yang dipandang mengerti akan keadaan mereka. Sebuah penghargaan yang luar biasa.

Baca juga : Mengenal Eliza Van Zuylen Maestro Seniman Batik Indo-Eropa

Oey Soe Tjoen adalah salah satu legenda pembatik peranakan. Karyanya sangat terkenal hingga ke mancanegara. Noeleke Klavert seorang warga Sacramento, San Francisco, Amerika Serikat memiliki sarung buatan OeySoe Tjoen yang dibuat tahun 1930 serta sebuah motif hokokai dengan motif bunga dan warna yang cerah. Sarung batik koleksinya itu pernah ditawar seharga 1.800 hingga 3.000 US$. Harya yang sangat fantastis!

(disarikan dari berbagai sumber)

 

Penulis: Angga WP | Penyunting: Ribut Gondrong

Tags: Batik Java HokokaiBatik Oey Soe TjoenBatik PekalonganCerita Sejarah PekalonganOey Soe Tjoen

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Angga Panji W

Angga Panji W

FOUNDER
Seseorang yang ingin berkarya lewat konten digital.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Kepunahan Tukang Canting

Menyongsong Kepunahan Tukang Canting dan Tukang Sungging

Januari 29, 2022
218
Maestro Batik Dudung Ali Syahbana

Ketika Mas Dudung Bertutur tentang Proses Kreatifnya

Desember 17, 2021
277
Menelisik Ulang Peristiwa 3 Oktober di Masa Kini

Menelisik Ulang Peristiwa 3 Oktober 1945 di Masa Kini

Oktober 10, 2021
291
Sejarah Desa Tengeng Wetan Kabupaten Pekalongan

Pangeran Lancur dan Kisah Munculnya Desa Tengeng Wetan

Agustus 10, 2021
748
Balon Syawalan Pekalongan

Balon Udara Lebaran dan Senjata Perang Ala Jepang Melawan Amerika

Mei 20, 2021
722
Toko Buku Pekalongan

Toko Buku di Kota Pekalongan Hampir Punah

April 16, 2021
529
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Perjalanan aespa menemukan Black Mamba di Kwangya

Mengkaji Makna dan Tujuan Pendidikan Lewat Pemikiran Ibnu Khaldun

Fransis Pizza: Tempat Nguliner Tersembunyi Jogja yang Hanya Buka Dua Hari

Lewat Drama Shooting Stars Kita Jadi Tahu Huru-hara Dibalik Industri Hiburan Korea Selatan

Yakin Deh, Cuma Program Batik TV Ini yang Nggak Mengecewakan

Kehebatan Mobil Listrik Hyundai Ioniq 5 yang Perlu Kamu Tahu

Doa untuk Semesta

LAGI RAME

Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
3.1k
Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
4.2k
Wisata hits Purwokerto - Menggala Ranch

Menggala Ranch Banyumas, Wisata Ala View New Zealand di Jawa Tengah

Mei 25, 2022
849
Burung Kicau Terbaik 2022

Ini Lho 7 Burung Kicau yang Menjadi Primadona di Tahun 2022

Juni 16, 2022
877
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
7.2k
Sate Winong Mustofa Purworejo

10 Rekomendasi Kuliner Enak di Purworejo Tahun 2022

November 9, 2021
1.6k
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
2.5k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
30k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34.8k
Landmark Dieng

Wisata ke Dieng Lewat Jalur Pekalongan

September 7, 2018
13.1k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-POPers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In