Pekalongan – tanggal 1 Juni, Kalender di indonesia berwarna merah tanggalannya. 75 Tahun silam ditanggal yang sama, Bung Karno berpidato dalam sidang BPUPKI, yang isi pidato tersebut merangkum kelima sila dari pancasila yang sekarang menjadi pegangan atau ideologi kita dalam bernegara.
Pidato Bung Karno ini kemudian disebut sebagai cikal bakal lahirnya pancasila yang kemudian hari selalu diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Lahir Pancasila pada tanggal 1 Juni.
Setelah 75 tahun berlalu, pancasila itu masih tetap tegak dan terus dibaca oleh semua warga, namun apa cukup sekedar membacanya saja? Ini yang perlu kita renungkan. Sebab para Bapak Bangsa tidak sembarangan merumuskan masing-masing sila sampai menjadi satu keutuhan pancasila.
Kini mulai ramai entah dimedsos atau diseminar-seminar, ideologi pancasila kembali gencar digaungkan dengan dalih akan rawannya pengaruh ideologi radikal yang semakin marak merasuk ke mindset para anak muda melalui berbagai jenis doktrin, dan yang paling ampuh adalah doktrin agama.
Nah disinilah pada akhirnya seakan pancasila itu bermusuhan dengan agama, padahal para perumus pancasila itu sendiri adalah para sesepuh yang sangat religius dan taat pada norma-norma agama, bahkan bisa dibilang para alim.
Lebih menarik lagi, kini para pemimpin kita yang memerangi doktrin atau idoelogi radikal, mereka mengaku mengerti pancasila, namun kebijakan-kebijakan yang mereka ambil sering kali abai bahkan jauh dan bersebrangan dengan isi-isi pancasila.
Tapi biarlah ini menjadi konsentrasi pihak lain dan mencari penyebabnya, Kini kita mencoba mencari apa yang bisa kita pelajari dari Pancasila yang sakti ini,dan harus bagaimana kita harus mengaplikasikannya.
Butir pertama Pancasila sangat erat akan nilai agamis, yaitu nilai ketuhanan. Dimana kita diajak untuk menjadi individu yang iman akan adanya Tuhan sehingga kita menjadi orang yang beragama dengan sesungguhnya beragama.
Jika sudah menjadi orang yang iman akan Tuhan dan menjadi makhluk yang sungguh-sungguh beragama, maka sila kedua pasti akan kita aplikasikan dengan baik, Yaitu adanya manusia yang beradab, berakhlak, dan berbudi pekerti yang baik, Sehingga akan terwujud tatanan kehidupan yang harmonis. Dan jika masing-masing individu sudah sama-sama beradab dan berakhlak, maka tidak akan ada yang saling menyakiti atau melukai satu sama lain,Yang ada adalah saling menjaga, mengayomi, mengasihi dan melindungi dengan segenap jiwa raga.
Sila ketiga akan sangat mudah terjalin yaitu adanya persatuan dalam bernegara, dan berbangsa, Sebab pondasi sila pertama dan kedua sudah tertanam pada setiap individu, sehingga persatuan adalah hal yang sudah pasti tertanam dalam jiwa setiap individu.
Tidak ada lagi perpecahan atas nama agama atau suku bahkan ras, karena semua sudah terlebur dengan adanya adab dan akhlak yang dimiliki setiap individu, yang mana akhlak tersebut sudah menjadi semacam ikatan kuat dari masing-masing individu dengan Tuhannya, karena sudah mengimani adanya Tuhan dengan nilai-nilai ketuhanan yang diajarkan oleh agama dan diaplikasikan dalam kehidupan dengan baik.
Kemudian sila ke-empat, dalam mengambil segala keputusan dan kebijakan pasti akan dimsuyawarahkan dengan baik, dengan memegang nilai ketuhanan, dan kemanusiaan sehingga tidak akan muncul aturan-aturan yang merugikan rakyat ataupun lingkungan, Yang pada akhirnya nanti akan terwujudlah Keadilan Sosial Bagi Suluruh Rakyat Indonesia.
Namun kini jika kita melihat keadaan saat ini, Semua sepertinya jauh dari nilai-nilai pancasila diatas tadi, sehingga kekacauan ada dimana-mana, Keserakahan tampak sekali nyata dan akhirnya ketimpangan sosialpun tak terhindarkan. Sekarang ini yang adalah orang-orang sakti, Sakti karena kaya, Sakti karena punya jabatan, Punya Kekuasaan, Punya Kewenangan untuk mengatur segala hal demi keserakahan, Pancasila nya kini tinggal pajangan saja.
Semua perlu pembenahan, dan pembenahan yang harus dilakukan ya dari diri sendiri terlebih dahulu, Kita belajar dan terus berusaha hidup menata hidup dan berkehidupan dengan bekal pancasila, Mulai dari bertuhan dan bergama dengan baik sehingga output nya akan lahir sila-sila berikutnya.
Jika kita generasi penerus sudah menyadari ini, dan mau hidup dan berkehidupan sesuai tuntunan itu, maka Pancasila Yang Sakti akan kita rasakan bersama manfaatnya. Dan Kesaktian Pancasila itu akan benar-benar terwujud, Bukan hanya Pancasila Lahir namun tidak dianggap kelahirannya alias keberadaannya tak dianggap, hanya menjadi pelengkap saja tapi tidak ada nilainya.
Karanganyar, 1 Juni 2020
Koncone Izroil