KOTOMONO.CO – Hasil wawancara dengan Almarhum Bapak Jauhari pada 2013 dan situs Pemerintah Desa Tengeng Wetan.
Pangeran Lancur, seorang pangeran dari Sumenep, Madura, terpaksa melakukan pengembaraan karena kompeni (Belanda) mengejar-ngejarnya. Lantaran sulit menangkap si pangeran, kompeni pun menggelar sayembara. Barang siapa yang sanggup menangkap, mengalahkan atau bahkan sampai membuat Pangeran Lancur meregang nyawa, akan diangkat menjadi Bupati Pekalongan. Kala itu Belanda masih menguasai beberapa wilayah di Tanah Jawa.
Seorang pria kepalang tanggung muncul. Ia adalah putra Pangeran Plaweran, namanya Raden Aryo tapi bukan Aryo Kamandanu, melainkan Pangeran Ari Kusumo. Boleh jadi, karena memiliki hasrat yang begitu dalam untuk menguasai tanah Pekalongan, Raden Aryo pun mengikuti sayembara tersebut. Jadilah Raden Aryo mencari Pangeran Lancur.
Singkat cerita, ketika berjumpa dengan Pangeran Lancur, Raden Aryo pun menantang sang pangeran duel. Pertarungan itupun tak bisa dicegah. Kedua pangeran memiliki gaya bertarung yang bisa kalian bayangkan sendiri seperti di film-film kolosal. Sama-sama kuat dan sama-sama tak sudi kalah. Ironisnya, tak ada satupun yang menang.
Pertarungan seperti orang gabut itupun akhirnya tak menghasilkan apa-apa, kecuali keringat dan nafas yang terengah-engah akibat terlalu banyak mengeluarkan ilmu kanuragan. Dalam kondisi lelah itu, Pangeran Lancur memaksa Raden Aryo mengakui siapa dirinya sebenarnya. Pangeran Lancur masih tak percaya kalau kekuatannya dan ilmu supranaturalnya bisa ditandingi Raden Aryo.
BACA JUGA: Omah Lawang Sanga, Bangunan Khas Pekalongan dari Abad ke-19
Dari cerita yang saya peroleh, Raden Aryo pun akhirnya mengakui kalau dirinya sebenarnya putra Pangeran Plaweran, Pangeran Ari Kusumo. Bagaikan ditusuk dengan belati di punggungnya, Pangeran Lancur tak percaya kalau lawannya itu adalah keponakannya sendiri. Keponakannya yang bertekad untuk menangkap Pangeran Lancur untuk diserahkan ke kompeni. Akhirnya Pangeran Lancur pun menyerah, ya mau gimana lagi? Daripada capek-capek buang tenaga melawan anak kakak kandungnya sendiri.
Pangeran Lancur pun akhirnya meninggalkan wilayah yang sudah dibabatnya itu. Namun ia tidak ikut bersama Pangeran Ari Kusumo untuk melacurkan diri ke hadapan kompeni. Pangeran Lancur dan Raden Aryo pun bersiasat. Ia meminta putra kakaknya itu untuk mengaku ke kompeni, kalau dirinya sudah menghabisi Pangeran Lancur. Singkat cerita, Raden Aryo pun menghadap ke Belanda, dan begitu pandirnya kompeni saat itu mau-maunya dikibuli Raden Aryo.
Rupaya sebelum Pangeran Lancur meninggalkan daerah yang telah dibabatnya itu, dia sudah namai daerah itu dengan nama TENGENG, artinya enteng-entengan (penghabisan/ terakhir). Berdasarkan cerita yang beredar, setelah bertarung dengan keponakannya sendiri, Pangeran Lancur hilang kabarnya dan tidak lagi melakukan pengembaraan.
Berdasarkan sumber dari situs resmi Pemdes setempat, Desa Tengeng memiliki wilayah yang sangat luas. Hingga pada tahun 1926, saat Saryadi menjabat lurah, desa tersebut terpecah menjadi dua. Tengeng Wetan di bagian Timur dan Tengeng Kulon di sebelah barat. Fyi, Saryadi ini berasal dari Dukuh Gandukidul. Ia memimpin desa Tengeng Wetan sampai tahun 1940, dan rela tempat tinggalnya dijadikan pusat Pemerintahan Desa kala itu.
BACA JUGA: Mengenal Sasat, Tradisi Sumpah Serapah di Pedalaman Pekalongan
Dari sumber yang saya dapat, Tengeng Wetan kemudian dipimpin oleh seorang warga dari dukuh Gandulor, Kasiyan. Ia menjabat lurah selama 10 tahun, dari 1940-1950. Tempat tinggalnya juga dijadikan sebagai pusat pemerintahan desa, karena belum memiliki kantor desa.
Kemudian pada tahun 1950-1975, lurah Desa Tengeng Wetan dijabat oleh Kholil, dari Dukuh Gandukidul. Pada masanya telah berhasil merenovasi masjid serta membangun Sekolah Dasar Negeri 1 Tengeng Wetan, Jembatan di Dukuh Tengeng, Silumbu, Pintu Air di Dukuh Silumbu, kendati jalannya roda pemerintahan masih berpusat di tempat tinggal lurah.
Setelah itu, ada Ajib Suryo Putro, anggota TNI dari Pemalang menjabat sebagai pejabat sementara (Pjs) kepala desa Tengeng Wetan. Ia menjabat dari tahun 1975-1979. Pada masa kepemimpinannya, sekitar tahun 1977 berhasil membangunan gardu pos ronda, tugu batas desa dan gedung kantor kepala desa, dengan dana swadaya masyarakat.
Pada masa itu, Ajib juga merintis untuk membangun pendopo desa Tengeng Wetan, baru berwujud pondasi, yang terletak di dukuh Kendayaan. Dengan demikian, pusat pemerintahan desa tidak lagi menempati rumah tinggal. Dukuh Kendayaan dijadikan sebagai pusat pemerintahan karena letaknya di tengah-tengah desa Tengeng Wetan.
BACA JUGA: Mbah Warijah, Arsitek Desa Rowoyoso yang Ditipu Kompeni
Pada tahun 1979-1981, kepemimpinan Desa Tengeng Wetan kembali dipegang seorang prajurit TNI. Ia datang dari Kediri, Jawa Timur, namanya Imam Basyiron. Lalu tahun 1981-1988, Kepala Desa Tengengwetan dijabat oleh Muhammad Atip, dari dukuh Cangkring. Desa Tengeng Wetan juga ternyata membentuk sebuah dinasti politik desa.
Pasalnya, pada periode selanjutnya, anak lurah sebelumnya, Kholil yang menjabat. Orang itu adalah Muhamad Zaenal Mustakin yang memimpin Desa Tengeng Wetan dari 1990-1998. Pada periode berikutnya, giliran kakak ipar Zaenal Mustakim yang menjabat kepala desa, Abu Chasan. Ia menjabat dari 2000-2007.
Pada tahun 2007- 2013, kepala desa dijabat oleh Nursalim, anak kandung dari kepala desa periode sebelumnya. Dan ia menjadi petahana untuk periode berikutnya. Ia pun menjadi petahana untuk menjabat di periode berikutnya. Baru setelah 2019, Rokhmat dari Dukuh Silumbu naik takhta menjadi lurah Desa Tengeng Wetan. IA menjabat dari 2019-2025.
BACA JUGA: Asal-usul Nama Desa Tanjung Kulon Kajen
Sekadar informasi, Desa Tengeng Wetan ini berada di Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Dulunya tercatat sebagai bagian dari Kecamatan Sragi. Maka wajar saja kalau sebagian warga Tengeng Wetan mengaku beralamat di Sragi. Kendati sudah ada pemekaran kecamatan pada 1990an, warga setempat termasuk saya masih bangga dengan status warga Sragi. Apalagi Sragi ini dirasa lebih akrab di kuping ketimbang Siwalan. Kini jumlah warga yang menempati Desa Tengeng Wetan sekitar 5.385 jiwa.
Komentarnya gan