KOTOMONO.CO – Saban memasuki bulan Agustus, banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan yang bertemakan peringatan kemerdekaan republik Indonesia. Utamanya yang wajib dilakukan yaitu kegiatan upacara bendera pada tanggal 17 Agustus. Ya nggak?
Selain itu, tentu saja ada juga kegiatan-kegiatan lain sebagai pelengkapnya. Misal malam tirakatan, napak tilas untuk mengingat jasa para pahlawan dan bahkan nanggap orkes dangdut sepertinya tidak ketinggalan. Lalu kegiatan yang tidak pernah absen yakni perlombaan. Mulai balap karung, lomba kelereng, panjat pinang dan tentunya karnaval yang menampilkan beberapa kreasi dari warga.
Hampir seluruh warga di wilayah tempat saya tinggal bahkan saya meyakini juga berlaku di tempat lain akan mengadakan kegiatan seperti itu.
Tapi ada satu kegiatan yang kerap kali dilaksanakan oleh warga di Pekalongan secara swadaya yang saya kira nggak bakal ditemukan ditempat lain selain di Pekalongan. Kalaupun ada, saya tidak yakin bakal segemuruh di Pekalongan.
Nama kegiatannya itu sering disebut dengan Pasar Jajan, atau Jajan Gratis. Disini akan kurang lengkap jika bulan Agustus tanpa ada Pasar Jajan, rasanya seperti makan sayur tanpa garam, anyep! Saya pernah iseng-iseng searching di youtube dengan kata kunci ‘pasar jajan’. Dan memang betul, yang muncul kebanyakan adalah berbagai macam kegiaatan pasar jajan di daerah Pekalongan. Sepertinya ini semacam khazanah Pekalongan tiap menyambut hari kemerdekaan.
Pasar jajan ini memang sepertinya sudah menjadi kultur bagi warga masyarakat Pekalongan. Hampir di seluruh kelurahan dan desa selalu ada. Namun demikian, kegiatan ini akan diadakan atas nama tiap rukun tetanga atau RT setempat. Dan biasanya yang didapuk menjadi ketua panitia adalah Pak RT masing-masing. Tetapi di beberapa desa, justru yang menggawangi kegiatan ini adalah para pemudanya.
BACA JUGA: Libur Hari Jumat, Antara Tradisi Kaum Santri dan Manajemen Jam Kerja di Pekalongan
Dalam kegiatan pasar jajan setiap tempat yang telah dijadwalkan sebagai pelaksanaan kegiatan, masing-masing rumah menyediakan jajanan atau makanan sesuai kreasi dan kemampuan tuan rumah. Jadi kemungkinan antara satu rumah dengan rumah yang lainnya soal kesamaan jajan yang disediakan akan jarang terjadi.

Yang menarik, ada beberapa tuan rumah yang tidak ingin menyediakan jajanan melainkan dengan sukarela menyediakan tempat khusus untuk mini games (stan permainan) dengan beragam hadiah sebagai penambah gebyar acara. Tidak jarang pula dalam acara Pasar Jajan gratis ini dibarengi dengan nanggap orkes dangdut atau pagelaran musik lainnya sebagai hiburan untuk tamu yang datang ke RT tersebut.
Dan yang membuat menarik dan asik dari kegiatan adalah: siapapun yang hadir disitu baik tua-muda, keluarga atau teman, warga situ atau bukan semuanya bebas menikmati apa saja yang telah disediakan tanpa dibeda-bedakan. Semua di-monggo-ke.
Selepas shalat Isya dan kembang api telah dinyalakan, itu pertanda Pasar Jajan ini dimulai. Tak butuh waktu lama, semua orang berbondong-bondong menghampiri tiap-tiap rumah yang menyediakan jajanan. Ada yang sengaja mampir menikmati jajan sambil ngobrol ngalor-ngidul, atau pula yang memang ‘niat’ nyobain semua makanan di tiap rumah dengan membawa plastik kresek. Nah biasanya ini ibuk-ibuk yang melakukannya.
BACA JUGA: Pasar Jajan Gratis, Tradisi Merdeka Bahagia!
Diwaktu yang sama, stan permainan juga tak kalah ramai dipadati oleh orang-orang yang iseng mencari keberuntungan. Jika bisa menyelesaikan permainan, maka orang tersebut berhak mendapat hadiah. Ada yang dapat kaos, sandal, perabotan, sabun, buku tulis dan barang-barang sederhana lainya. Walaupun hadiah tak seberapa namun sensasi dan kemeriahannya luar biasa. Pokoknya acara Pasar Jajan gratis itu sangat sayang kalau dilewatkan begitu saja. Sebab ini bisa menjadi hiburan tersendiri bagi seluruh warga yang datang.

Mungkin itulah sekelumit gambaran tentang uforia pasar jajan gratis di bulan Agustus yang mungkin diluar sana jarang orang ketahui. Dan pengalaman merasakan kemeriahan dan kerahatan pasar jajan di Pekalongan ini saya dapatkan sewaktu saya diajak saudara mengunjungi pasar jajan di daerah Wonokerto, tepatnya desa Wonokerto Wetan beberapa waktu yang lalu. Kebetulan disitu ada ketua RT setempat.
Menurut penuturan Pak RT, motivasi warga mengadakan agenda pasar jajan ialah tak lain karena untuk silahturahmi sesama warga, supaya warga ini tetap rukun, Meskipun satu tahun sekali, ini adalah momen yang tepat untuk memupuk rasa persaudaraan. Begitu penjelasannya.
Ditanya soal sejak kapan agenda pasar jajan ini diadakan, Pak RT pun kembali menjelaskan bahwa kegiatan ini sudah dilaksanakan sejak 10 tahun yang lalu. Namun beberapa waktu yang lalu sempat terhenti karena pandemi sehingga pemerintah melarang segala bentuk kegiatan yang menyebabkan kerumunan. Makanya tahun ini masyarakat terlihat begitu antusias dengan adanya Pasar Jajan yang diadakan di Wonokerto Wetan.
Mendengar penjelasan tadi, saya hanya mangut-mangut memahami maksudnya. Dan memanglah benar apa yang disampaikan oleh Pak RT itu, dan pasti semua panitia penyelengara atau RT-RT yang lain juga berkeyakinan sama.
Tanpa menafikan kegiatan lain yang serupa, pasar jajan adalah sebagai suatu sarana atau media ampuh mempererat jalinan silaturahmi untuk warga. Dan tentunya punya efek luar biasa. Sederhananya, melalui kegiatan semacam itu kita bisa bertegur sapa dengan tetangga, makan-makan bersama, senda-gurau bersama teman dan lain sebagainya yang pada akhirnya interaksi sosial berjalan dengan baik.
Ketika interaksi sosial berjalan dengan baik maka kerukunan antar sesama akan terjaga dan kita tidak mudah dirpecah-belah. Dan inilah salah satu isi bagian dari pentingnya menjaga keutuhan NKRI seperti yang dicita-citakan oleh pendiri bangsa ini.
Dan tak khayal jika saya punya harapan bahwa suatu saat nanti kegiatan pasar jajan akan diadakan menyeluruh di pelosok negeri ini. Ah, rasa-rasanya nggak sabar untuk datang ke Pasar Jajan tahun depan.
Komentarnya gan