KOTOMONO.CO – Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan seharusnya dinikmati oleh seluruh anak di dunia, termasuk di Indonesia. Hak-hak anak dalam mendapatkan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Seharusnya tidak boleh ada satupun anak yang tidak mendapatkan pendidikan karena pemerintah menjamin penduduknya untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan UUD 45 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Selama dua tahun terakhir, Pendidikan di Indonesia sempat mengalami penurunan karena dampak mewabahnya virus covid-19 yang melanda seluruh dunia. Kondisi negara dan lingkungan sekitar merupakan faktor yang sangat mendukung keepektifan kegiatan belajar mengajar. Program “Education Cannot Wait“, yang diselenggarakan oleh UNICEF, memperingatkan banyak anak-anak kemungkinan tidak bisa kembali bersekolah. Menurut data, sebanyak 4,3 juta anak di Indonesia tidak mendapatkan pendidikan sekolah yang layak. Sebagian besar sekolah ditutup akibat pandemi untuk mengurangi risiko semakin meluasnya penularan virus tersebut.
Pendidikan seolah mati suri. Proses pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah dialihkan ke dalam rumah. Dampaknya para pelajar menjadi kurang menunjukkan prestasinya. Banyak kendala yang membuat mereka malas untuk bergerak maju.
Kurang lebih 3 tahun, mati surinya kegiatan pendidikan telah terlewati. Kini saatnya kita bangkit dari keterpurukan. Kalangan pelajar mulai dari tingkat terendah hingga tingkat tertinggi kembali bisa mengekspresikan diri dan berprestasi.
Namaku Aqilla Aswan Saqina, salah satu pelajar Madrasah yang terletak di Kota Tangerang Selatan, yaitu di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. Madrasahku memiliki 7 pilar madrasah yang terdiri dari jujur, santun, disiplin, peduli, tanggung jawab, mandiri, dan kerja sama.
Ketujuh pilar madrasah tersebut harus tercermin dalam kehidupan seluruh civitas madrasah terlebih lagi dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam tulisan ini, aku ingin mengajak teman-teman untuk merenungi kembali dampak yang didapat dari kegiatan belajar daring selama 2 tahun belakangan. Mulai dari metode pembelajaran, keleluasaan siswa memahami materi, tingkat minat siswa dalam belajar, dan kendala yang berpengaruh pada prestasi belajar dan kualitas pelajar madrasah.
Tujuh dari sepuluh siswa MtsN 1 Kota Tangerang selatan berasumsi bahwa pembelajaran daring menimbulkan dampak yang dominan negatif kepada cara belajar dan pemahaman pribadi terhadap materi, hal ini ditunjukkan dengan adanya perasaan pribadi mengenai sikap dan karakter dari siswa, meskipun jika dilihat dari sudut pandang lain, penggunaan gawai dan teknologi membuahkan hasil yang positif. Pemanfaatan teknologi secara benar dan sesuai aturan merupakan hal yang penting dilakukan guna mendapatkan hasil yang lebih positif dari kegiatan belajar secara daring.
“Sebenarnya, dengan adanya campur tangan gawai dalam pengerjaan ulangan menggunakan software Microsoft teams atau google classroom, guru menjadi lebih mudah mengoreksi. Tetapi dikhawatirkan siswa dan siswi mempunyai peluang yang besar untuk melakukan kecurangan saat ulangan (berkirim sms/wa, googling, dll)” Kata Ibu Eka Munawarah, Waka Kurikulum MtsN 1 Kota Tangerang Selatan (15/10)
Menurutku minat siswa dalam mengeksplor hal baru sangat menurun akibat pembelajaran daring. Oleh sebab itu pada tahun pembelajaran baru, setelah masa peralihan kegiatan belajar dari daring menuju luring, sekolahku mengoptimalkan kembali kegiatan ekstrakulikuler. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan kembali minat dan bakat siswa.
Melalui kegiatan peminatan ekstrakurikuler ini juga diharapkan agar pelajar madrasah dapat menorehkan berbagai prestasi dari ekstrakulikuler yang diikuti. Pada tanggal 5 Agustus 2022 diadakan demo ekskul untuk menjaring peminatan pelajar. Setelah itu, mereka mendaftarkan diri sesuai dengan bakat dan minat mereka. Di madrasah kami terdapat bermacam-macam ekstra kurikuler, antara lain seni bela diri (Taekwondo dan Pencak silat), Bulutangkis, Futsal, Basket, Karya Ilmiah Remaja (KIR), Palang Merah Remaja (PMR), Paskibra, Robotik dan Marching band.
Di madrasahku, Robotic menjadi ekstrakurikuler yang banyak mendulang prestasi walaupun masa pandemi. Robotic yang berbasis IT bisa dilakukan secara indoor atau dalam ruangan, sehingga walaupun kegiatan ekstrakulikuler sempat terhenti akibat pandemi, para siswa yang berbakat dalam bidang tersebut masih bisa terus mengeksplorasi diri dan berprestasi. Ekskul Robotic telah menorehkan banyak prestasi, bahkan sampai ke tingkat internasional.
Salah satu siswa yang berprestasi dalam bidang Robotic adalah Imran. Ia berhasil menyabet medali emas pada ajang kompetisi International Youth Metaverse Robot Challenge (IYMRC) di Daejeon, Korea pada 05 – 07 Agustus lalu. Selain itu,
Ekskul marching band sekolahku juga pernah mendapat prestasi internasional. Marching band Gita Cantika adalah nama marching band di madrasahku. Marching band ini menjadi juara 1 Tingkat International Colour Guard Competition tahun 2016. Kedua ekstra kurikuler tersebut memang menjadi ikon di madrasahku.
Selain berprestasi melalui kegiatan ekstrakurikuler, ada juga prestasi pelajar yang didapatkan melalui ajang kompetisi kurikuler, misalnya melalui ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dan ajang penelitian ilmiah Madrasah Young Research (MYRES).
Pada tanggal 09-14 Oktober 2022 yang lalu, Arsyad Zhillan Gabriel siswa kelas 9, sedang bertanding mewakili Banten dalam ajang KSM Nasional dan meraih medali perak dalam bidang Matematika Terintegrasi. Kemudian ada Sachio Diandra Najla, siswa kelas 8 yang meraih medali emas dalam kompetisi Madrasah Young Research (MYRES) Nasional 2022 pada tanggal yang sama.
Semua prestasi tersebut bisa diraih tentunya karena dukungan berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Selain minat dan bakat siswa, peran serta tenaga pendidik alias guru pembimbing juga berperan penting dalam membentuk siswa-siswa yang berprestasi. Dorongan, motivasi, dan kinerja para guru untuk mengharumkan nama madrasah juga menjadi salah satu faktor yang membuat siswa bersemangat untuk terus mengembangkan bakat dan minatnya.
Selain hal yang telah disebutkan sebelumnya, peran orang tua siswa juga menjadi faktor penting dalam memajukan dan mengembangkan prestasi siswa. Kerja sama yang sinergis antara madrasah dan orang tua pastinya akan membuat madrasah semakin maju dan berprestasi. Karena bagaimanapun, segala kegiatan, terutama pengembangan ektrakurikuler dan kompetisi ke luar membutuhkan pendanaan.
Tanpa adanya dana, segala bentuk kegiatan akan sulit terlaksana. Oleh sebab itu, peran orang tua sangat berdampak pada keberlanjutan kegiatan. Banyak orang tua yang seolah tutup mata tentang pendanaan, sehingga berdampak pada pengurangan pilihan ektrakurikuler di madrasahku, salah satunya berdampak pada ekskul marching band yang sekarang belum bisa terlaksana. Masalah pendanaan ini bisa menjadi kendala pada keberlangsungan ekskul di madrasahku.
“Marching Band itu memerlukan biaya yang tak sedikit. Oleh sebab itu, kita sangat membutuhkan peran orang tua dalam pembiayaan. Madrasah mau dapat dari mana lagi?” Kata Bapak Abdul Rozak, Waka Kesiswaan MTsN 1 Kota Tangerang Selatan (7/10).
Pendanaan diperlukan untuk merekrut ketersediaan pelatih ekskul dari luar madrasah. Pelatih yang mumpuni juga menjadi salah satu faktor yang mendukung ekstrakurikuler agar berprestasi. Ketidaktersediaan pelatih dalam pembelajaran ekskul, menjadi kendala dalam terealisasikannya program ekskul. Ketidaktersediaan pelatih ini tentu saja terkait dengan ketidaktersediaan pendanaan. Sebagaimana disampaikan oleh Waka Kesiswaan, Bapak Abdul Rozak (Jumat, 07 Oktober 2022),
“Memang sekarang ekskul basket masih diambang ketidakpastian. Kita akan berusaha sebaik mungkin untuk menarik seorang pelatih beberapa hari ke depan”
Hal lain yang menjadi kendala adalah minat dari siswa itu tersendiri. Menurunnya minat siswa membuat berkurangnya prestasi dan bakat yang bisa dikembangkan. Bayang-bayang pandemik masih menghantui pelajar seantero negeri.
Oleh sebab itu, madrasahku juga menghidupkan kembali program pembiasaan jam ke-0 yang dilakukan secara random setiap harinya. Program pembiasaan tersebut antara lain: English day, Arabic day, Literasi day, Inspiring day, stand up comedy day, Pengembangan Bakat dan Minat dalam bidang seni, Jumat Bersih, Jumat Berdzikir, Senam Bersama, Dhuha Bersama, Tadarus Bersama, Keputrian, dan Pembinaan Walas.
“Aku sih bersyukur bisa masuk MTs walaupun termasuk angakatan covid. Aku ikut ekskul PMR, walaupun ini bukan minat aku, aku lebih memilih vocal grup. Tapi sayangnya, di sini tidak ada.” Ucap Safina, salah satu siswi kelas 9 MtsN 1 Kota Tangsel.
Perjalanan mengukir kembali prestasi yang sempat runtuh, seringkali menimbulkan nyinyiran beberapa orang tentang kualitas yang dimiliki madrasah. Perbedaan perolehan prestasi yang cukup signifikan pada siswa madrasah pada tahun-tahun sebelumnya membuat para orang tua berpikir ulang untuk memasukkan putra-putrinya ke dalam madrasah.
“Kalau dibilang prestasi yang menurun akibat pandemi, sebenarnya tidak. Tapi memang, kita dipaksa untuk menjalankan berbagai kegiatan dari rumah. Sehingga membuat semua kegiatan tak terlaksana. Saat ini kita masih berusaha untuk bangkit dari semua keadaan yang ada,” kata Bapak Abdul Rozak, Waka Kesiswaan MTsN 1 Tangerang Selatan (7/10).
Saat ini, madrasahku tidak pernah menyerah dari keterpurukan. Semenjak keluar dari masa pandemi, sudah banyak siswa yang kembali menorehkan prestasi dan bangkit dari ketertinggalan. Para guru juga memiliki semangat kembali untuk memajukan madrasahku.
“Senang banget rasanya bisa belajar luring lagi. Walaupun rasanya berat banget, gak nyangka belajarnya sampai waktu Ashar. Setelah itu ekskul bisa sampai jam 5- an. Tapi di MTs seru banget, daripada daring cuman mantengin gawai. Materi pelajarannya juga gak masuk ke otak.” Kata Keysha, salah satu siswa kelas 7 MtsN 1 Tangsel.
Menurutku, kesempatan tidak akan terulang kembali maka selagi kesempatan ada, kita harus memaksimalkan segala potensi. Kita tak akan mencapai prestasi jika kita masih memiliki banyak sekali konflik dalam diri kita.
Bagaimanapun kita harus bersyukur tidak memiliki permasalahan seperti yang dialami teman-teman kita di Suriah, Ukraina, dan Rusia yang mengalami kendala dalam proses belajar karena perang yang tak berkesudahan. Pemerintah, melalui kementerian pendidikan selalu berinovasi di bidang kurikulum agar para pelajar tidak mengalami kendala dalam menuntut ilmu. Kurikulum merdeka atau merdeka belajar merupakan salah satu bukti nyata adanya proses inovasi tersebut.
Komentarnya gan