• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NYASTRA
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
No Result
View All Result
Kotomono.co
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
Pentingnya Pelajaran Menggambar

Gambar oleh Cdd20 dari Pixabay

Pelajaran Menggambar Sama Pentingnya Dengan Pelajaran yang Lain

Ribut Achwandi by Ribut Achwandi
Juni 1, 2021
in EDUKASI
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Pelajaran menggambar tidak bisa disepelekan begitu saja. Pelajaran ini sama pentingnya dengan pelajaran-pelajaran lain.

Menggambar, oleh sebagian orang dianggap sebagai keterampilan yang nggak sembarangan. Begitu juga menyanyi, menari, ataupun bidang-bidang lainnya yang dikaitkan dengan seni. Menurut pandangan ini, hanya orang-orang tertentu yang bisa melakukannya dengan sempurna. Dengan kata lain, orang yang mampu melakukannya dengan baik dianggap berbakat. Bakat?

Padahal, kalau mau jujur, semua orang bisa menggambar. Semua orang juga bisa menyanyi, menari, memainkan alat musik, ataupun menulis puisi. Problemnya hanya soal elok atau tidak. Jika elok, orang-orang akan mengatakan itu karena bakat. Jika kurang elok, orang-orang akan menganggapnya itu bukan bakatnya.

Oh betapa celakanya seseorang yang dianggap tidak berbakat itu. Langkahnya untuk bisa melakukan hal-hal lebih dari yang sekarang dipasung oleh anggapan itu. Seolah ia kena vonis, bahwa haram baginya untuk menggambar, menyanyi, menari, memainkan alat musik, atau menulis puisi. Seperti kena kutukan dewa yang langsung mengirimkan petir menyambar tubuhnya.

Indirectly, anggapan itu mematikan potensi diri seseorang yang barangkali punya minat besar untuk mengembangkan dirinya di bidang itu. Tetapi, karena dianggap tidak berbakat, ia bisa saja nyerah dan malas menekuni apa yang diminatinya. Lalu, banting setir ke bidang lain yang boleh jadi sama sekali nggak diminatinya, alias kepaksa nikung.

Yang bikin parah lagi, dunia pendidikan kita. Terutama, pada jenjang pendidikan dasar. Tidak jarang saya temui seorang guru terjebak dalam lubang anggapan yang senada. Bahwa dunia seni itu urusan bakat. Dengan begitu, guru seolah-olah pegang kartu sakti, bahwa ia tak mesti mengajarkan teknik menggambar dengan baik. Pelajaran menggambar cukup diberikan dengan penugasan. Guru hanya memberikan deskripsi tugas kepada murid-muridnya; menggambar buah-buahan, pemandangan alam, membikin gambar dengan arsiran, atau lainnya, pokoknya sesuai dengan anjuran kurikulum.

Jam pelajaran menggambar pun terbatas. Tak lebih banyak porsinya dari pelajaran lain. Coba saja bandingkan dengan pelajaran Matematika misalnya. Lebih banyak mana?

Padahal, di dalam pelajaran menggambar ada banyak teknik dan tahapan yang harus dilewati oleh seseorang agar bisa menggambar dengan baik. Tetapi, dengan jatah waktu terbatas teknik-teknik itu mustahil dikenalkan semuanya. Tahapan-tahapannya pun boleh jadi rancu. Nggak urut.

Malah, dalam kurikulum pendidikan dasar saat ini, pelajaran seni dijadikan satu paket dalam satu mapel; Seni Budaya dan Keterampilan. Makin sempit pula kesempatan anak untuk mendapatkan pelajaran menggambar.

Pun demikian pada diri guru. Disadari atau tidak, guru SD adalah guru yang multi. Semua mata pelajaran kudu diajarkannya, kecuali pelajaran agama dan olahraga. Biasanya, dua jenis mapel ini ada gurunya sendiri.

Otomatis, tanggung jawab guru pun amat besar. Selain harus mengajarkan semua mapel, guru juga harus menguasai semua mapel. Tetapi, tidak semua guru mampu seperti itu. Apalagi kalau kita tarik anggapan di awal tulisan ini, bahwa urusan seni adalah urusan bakat. Anggapan itu secara tak disadari telah membunuh potensi diri pada guru itu sendiri. Karena merasa tak punya bakat, ia pun lantas tak terlalu serius mengajarkan bagaimana menggambar yang baik.

Orientasi guru cenderung mengarah pada pelajaran-pelajaran yang dianggap menentukan kelulusan seorang murid. Seperti Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, maupun IPS. Sementara, pelajaran menggambar yang diintegrasikan ke dalam mapel SBK, cukuplah hanya jadi pemanis.

Tidak heran jika di dunia pendidikan jarang ada guru yang buka les menggambar. Paling-paling ya les Bahasa Inggris, Matematika atau pelajaran-pelajaran lain yang dianggap sulit. Untuk urusan menggambar, guru cukuplah dengan mencari anak yang “berbakat” saat ada ajang lomba yang
“diwajibkan” oleh Dinas Pendidikan. Cara ini dilakukan dengan sistem bypass. Hanya melihat karya anak-anak yang menurut penilaian guru dianggap bagus. Bukan benar-benar dilihat dari kemampuan atau keterampilan anak.

Pengalaman saya ketika SD dulu begitu. Saya kerap ditunjuk ikut lomba bidang seni. Bukan karena pengamatan guru terhadap proses yang saya jalani. Akan tetapi, hanya karena gambar saya dapat nilai delapan. Saat itu pula saya dianggap punya bakat.

Tetapi sekarang, setelah sekian lama tak menekuni dunia seni rupa, terutama menggambar dan melukis, kemampuan saya menumpul. Saya melihat banyak teman-teman saya yang dulu tak pandai menggambar justru punya karya lukis yang jauh melampaui saya dulu. Saya pun kemudian berpikir, mestinya teman saya ini yang dulu diikutkan lomba. Bukan saya.

Saya bahkan baru mengenal teknik menggambar justru pada saat saya duduk di bangku SMP. Ketika itu, Pak Suim, guru Seni Rupa saya, dengan telaten mengajarkan teknik-teknik menggambar. Mulai dari teknik yang sederhana sampai yang rumit. Dan memang, Pak Suim adalah jebolan dari Akademi Seni Rupa Indonesia. Jadi, beliau sangat menguasai teknik dan tahapan menggambar.

Begitu di SMA, pelajaran seni rupa hilang. Waktu itu, satu-satunya pelajaran seni yang saya peroleh hanya seni musik. Itu pun tak terlampau serius diberikan. Apalagi SMA yang saya duduki kala itu tergolong sekolah favorit. Sekolah yang menyandang prestasi akademik yang lumayan baik. Tentu, orientasinya ya ke arah akademik.

Betapa masalah ini sebenarnya masalah serius. Tetapi, sampai detik ini, rasa-rasanya tak pernah mendapatkan perhatian lebih. Mungkin karena kompleksitas masalah dunia pendidikan yang tak ada ujungnya.

Bagi saya, menggambar tidak sekadar menggoreskan imajinasi. Akan tetapi, sangat erat hubungannya dengan pembentukan pribadi. Seseorang yang benar-benar tekun mempelajari dunia seni rupa akan cenderung menjadi pengamat yang sangat cermat. Ia akan memperhatikan sampai pada detil-detilnya. Ia juga akan memperhitungkan secara saksama ukuran, skala, jarak, porsi, dan segala macamnya, sehingga komposisi gambarnya menjadi sangat bisa diterima. Antara logika dan estetika pun dikawinkan. Tidak semata-mata khayalan.

Dengan kata lain, pelajaran menggambar juga melatih seorang anak untuk mendalami semua mata pelajaran lain yang diajarkan. Tidak terkecuali Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Sosial, Sejarah, dan lain-lain. Pelajaran menggambar, dengan demikian, bisa dijadikan semacam metode atau pendekatan untuk menyelami pelajaran-pelajaran lain yang diajarkan.

Saya kira, perlu kesungguhan untuk mengajarkan pelajaran yang satu ini, walau selama ini pelajaran menggambar semata-mata dianggap sebagai pelajaran rekreatif. Tetapi, apa sih makna di balik istilah rekreatif? Di dalamnya ada banyak aspek yang juga patut dipertimbangkan. Daya kreasi, pengamatan, ketepatan, dan sebagainya.

Jadi, pelajaran menggambar tidak bisa disepelekan begitu saja. Pelajaran ini sama pentingnya dengan pelajaran-pelajaran lain. Pandangan ini saya peroleh ketika saya membaca novel Pangeran dari Timur karya Iksaka Banu dan Kurnia Efendi. Novel ini berkisah perjalanan karier Raden Saleh sebagai seorang maestro seni lukis. Namanya kesohor di Eropa. Tetapi, proses panjangnya patut menjadi pelajaran bagi siapa saja.

Tags: MenggambarPak SuimpendidikanSBKSeniSeni RupaSMP 6 Pekalongan

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Ribut Achwandi

Ribut Achwandi

Kepala Redaksi
Ngedanlah asal nggak bikin orang lain jadi edan.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Kisah Perjalanan Sukses Samsung

Memetik Pelajaran dari Suksesnya Sang Raja Gadget Samsung

Mei 7, 2022
153
Sudah saatnya, dunia pendidikan kita harus berubah.

Dunia Pendidikan Bukan Dunia Isolasi

Januari 13, 2022
191
Pendidikan dan Strategi Mendorong Perempuan Berkemajuan

Pendidikan dan Strategi Mendorong Perempuan Berkemajuan

Desember 7, 2021
203
Tipe-tipe Parenting dalam mengasuh anak

Parenting: Pelajaran yang Tak Didapat di Sekolah tapi Penting untuk Bekal Masa Depan

November 26, 2021
162
tips Parenting pertumbuhan anak

Pentingnya Kerja Sama Orang Tua dalam Mendampingi Pertumbuhan Anak

November 19, 2021
206
Seni di Mata Pakdhe Joko Heru

Seni di Mata Pakdhe Joko Heru

November 17, 2021
189
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Sebuah Tips Menjadi Pemain Catur Online Profesional Biar Nggak Kayak Dewa Kipas

Banjir Rob Landa Pekalongan, ACT-MRI Sigap Distribusikan Bantuan

Menggala Ranch Banyumas, Wisata Ala View New Zealand di Jawa Tengah

Honda Astrea, Motor Sejuta Umat yang Hits Pada Era-nya

Belajar Bijak dari Driver Ojol Selalu Berwajah Lusuh Ketika Mengambil Orderan

Koenokoeni Cafe Gallery, Kafe Resto dengan Kearifan Lokal di Semarang

4 Sosok Penting Pelopor Penerbangan Dunia

LAGI RAME

Cafe Hits Batang Hello Beach

20 Cafe Hits Kekinian di Kabupaten Batang yang Keren Abis Buat Nongki-Nongki

Februari 13, 2022
3.1k
Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
442
Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Wisata Hits Terbaru Jogja di HeHa Ocean View

Maret 3, 2022
2k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
34.2k
Wisata Pekalongan Pantai Pasir Kencana

New Taman Wisata Pantai Pasir Kencana Kota Pekalongan

Maret 10, 2022
6.5k
Review Buku Novel Ezaquel

Resensi Novel Ezaquel Karya Siti Habibah

April 12, 2022
357
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
7.8k
Dewi-Rantamsari-Dewi-Lanjar

Kisah Misteri Dewi Rantamsari Yang Melegenda

Oktober 16, 2018
15.7k
Forest Kopi Batang

Inilah 10 Tempat Kuliner di Batang Paling Direkomendasikan untuk Wisatawan

April 9, 2020
29.6k
Balon Udara di Pekalongan Zaman Dahulu

Sejarah Tradisi Balon Udara Di Pekalongan

Juli 25, 2016
1.4k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • UMKM
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • LOCAL WISDOM
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • NGABUBURIT
    • RELEASE
    • EDUKASI
    • NYASTRA
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In