“Tolong!” teriak gadis itu dengan napas mulai terengah, ia berusaha bersembunyi di balik pohon untuk menghindari kejaran sesuatu.
Malam mulai larut, suara jangkrik terdengar semakin nyaring. Gadis bernama Syaqila itu masih tak bergerak dari persembunyiannya, tubuhnya mulai nampak letih dan ia pun tertidur pulas. Hingga seseorang mengagetkannya.
“Ila.”
“Rani, kamu mengagetkanku saja, kalau aku jantungan bagaimana? Dasar.”
“Ayo pulang Ila, kamu belum makan malam.” ajak Rani yang mulai menarik lengan Syaqila untuk pulang.
“Mereka masih mengejarku tadi, aku takut Ran.”
“Ada aku, kamu nggak perlu khawatir, ayo pulang bareng!”
“Ya deh, ayo!”
***
Jam mulai menunjukkan pukul 12 malam, denting jarumnya menandakan bahwa saat itu semua orang masih terlelap tidur. Namun tidak bagi Rani, ia tak dapat tidur, pikirannya gelisah.
“Buka pintunya! Aku mau masuk.” suara seseorang terdengar mengetuk pintu, suaranya parau dan menyeramkan.
“Siapa ya?” Rani mulai turun ke lantai bawah untuk memeriksa tamu yang datang malam-malam itu, namun jantungnya kembali berdetak cepat.
“Hantuuuu.” Rani berteriak dan kembali menutup pintu rapat-rapat, setelah melihat hantu berpakaian putih yang menenteng kepala di tangannya.
***
“Ada apa neng, sepertinya mengantuk sekali?” tanya Bi Minah, pembantu di rumah Syaqila dan Rani.
“Dari kemarin nggak tidur, kami diteror setan Bi.” jawab Rani.
“Mungkin kita perlu memanggil dukun?” tanya Bi Minah memberi saran.
“Ya kayaknya Bi, kalau Bibi ada kenalan bisa panggil saja nanti kita bayar!” kata Rani menanggapi.
“Aku sih nggak percaya begituan.” kata Syaqila ikut menyela.
“Jadi neng belum pernah diganggu?”
“Seb…” Rani ingin mengatakan sesuatu, namun Syaqila langsung membungkam mulutnya.
“Bibi boleh lanjut kerja lagi deh!” kata Syaqila.
“Iya neng, Bibi permisi.”
***
Dukun itu mulai dipanggil, bau dupa tersebar dimana-mana, tak hanya itu berbagai macam bunga juga ada, seperti: mawar, kenanga dan melati. Beliau mulai membaca mantra-mantra, lalu terlihat berkomunikasi dengan makhluk halus tersebut.
“Siapkan ayam cemani, juga bunga tujuh rupa!” kata dukun meminta Syaqila, Rani dan Bi Minah menyiapkan syarat untuk mengusir hantu tersebut.
“Baik, akan kami siapkan.”
***
Malam itu begitu dingin, tercium semerbak bunga melati, Syaqila bangun untuk minum air putih. Namun ia terkejut melihat seseorang sedang berdiri di dapur.
“Mbak, ngapain ya di sini?”
“Kuntilanak…” Syaqila berteriak dan kembali masuk ke kamarnya, ia terkejut melihat kuntilanak dengan wajah rusak dan berdarah itu.
“Ada apa Ila?” tanya Rani.
“Kuntilanak serem banget.” jawab Syaqila masih panik.
“Sudah, tidurlah lagi!”
***
“Bi, ayamnya sudah…? Bibi sedang apa malam-malam seperti ini?” tanya Rani pada Bi Minah yang mulai panik.
“Bibi naruh sesajen.”
“Untuk apa? Kayaknya ada yang bibi sembunyikan.”
“Tidak Neng.”
“Lalu ini apa? Kayaknya dukun ini juga berhubungan dengan ini.” kata Rani sambil menunjuk beberapa helai rambut yang dibawa Bi Minah.
“Sepertinya benar yang dikatakan Syaqila, Bibi berniat menumbalkan kami untuk para iblis itu.”
“Itu memang benar, sebentar lagi mereka akan datang.” kata Bi Minah menunjuk ke arah pepohonan di samping rumah. Lalu muncullah sesuatu berwarna putih yang mendekat, ternyata mereka itu mayat hidup.
“Hantu.” Rani berlari ke dalam rumah untuk mencari Syaqila.
“Kita harus lari secepatnya!” Rani kembali berlari dan menarik lengan Syaqila untuk mengajaknya pergi secepat mungkin, terdengar pukulan keras terus menerus di pintu dan jendela.
“Aku takut.”
“Kita pasti bisa.”
Mereka menerjang gelapnya malam, angin malam dingin tak mengerutkan niat mereka untuk pergi dari tempat itu. Mayat hidup itu terus mengejar mereka, Rani dan Syaqila terlihat lelah dan terengah-engah.
“Aku sudah nggak kuat Ran.” kata Syaqila terduduk di tanah, mayat itu mulai mendekat membuat Syaqila menangis.
“Aku gendong.”
“Baik.”
Mereka terus menyusuri jalan setapak, malam menambah kesan menakutkan desa tersebut. Sampailah mereka di sebuah masjid, terlihat banyak jamaah telah selesai melaksanakan kegiatan tadarus.
“Tolong kami Pak!”
“Ada apa ini?” tanya dua orang bapak berpakaian batik dan bersarung.
“Kami dikejar mayat hidup.” kata Syaqila berwajah panik.
“Kami akan coba membantu.”
“Astaghfirullah, mereka banyak sekali.” bapak-bapak mulai melantunkan ayat suci Al-Quran, mayat-mayat hidup itu mulai mendekat dan menyerang. Namun mereka akhirnya kalah dan menghilang.
“Alhamdulillah, mereka sudah pergi Neng.”
“Terimakasih bapak-bapak sudah mau membantu kami, kami sekarang pamit dulu.”
“Ya Neng sama-sama, hati-hati ya pulangnya.”
***
Syaqila adalah sepupu yang paling Rani sayangi, meski dengan keterbatasan mental yang dimiliki. Tak pernah mengurangi sedikitpun rasa cinta Rani padanya, walau dengan semua imajinasi yang ia ucapkan, tak pernah sedikitpun Rani memarahinya. Mulai khayalan tentang rumah berhantu yang mereka tempati, Bi Minah pembantu di rumah mereka yang menyembah iblis, hingga dukun yang mengusir hantu di rumah. Semuanya tak pernah ada buktinya, Rani menganggapnya sebagai cerita fantasi yang menghibur, apalagi mereka hanya tinggal berdua. Hingga setelah kematian Bi Minah, kejadian-kejadian gaib sungguh terjadi.
Komentarnya gan