KOTOMONO.CO – Saat saya masih duduk di bangku sekolah, banyak teman saya mengeluh ketika akan memasuki jam pelajaran PenjasOrkes (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) atau Penjaskes atau zaman sekarang dikenalnya PJOK. Ada yang mengatakan bahwa pelajaran tersebut membutuhkan kekuatan fisik yang ekstra sehingga ketika dilakukan mudah lelah. Maklum, mereka mungkin jarang olahraga saja.
Namun ada juga yang suka dengan pelajaran ini. Apalagi waktu yang dihabiskan lebih sedikit dari yang dijatahkan. Sisa waktu yang seharusnya dihabiskan untuk pelajaran tersebut bisa dimanfaatkan untuk bermain-main atau bahkan untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang pelajarannya akan tiba beberapa jam kemudian.
Kalau menurut saya pribadi, PenjasOrkes adalah pelajaran paling aneh selama yang pernah saya temui di sekolah. Ya, gimana ya, saat pelajaran tersebut berlangsung, para siswa dituntut untuk menguasai berbagai cabang olahraga yang ada. Contohnya seperti bola basket, bola voli, bulu tangkis, hingga atletik (lari sprint sampai tolak peluru).
BACA JUGA: Salah Guru Ya Kalau Kualitas Pendidikan Kalah Saing?
Hal itu jelas memberatkan para siswa, sekalipun siswa tersebut adalah seorang atlet. Ada salah satu teman saya yang mengikuti kegiatan ektrakurikuler bola basket dengan rutin hingga pernah mengikuti pertandingan, tapi dirinya tidak bisa bermain bola voli meski cuma satu teknik saja.
Ada lagi teman saya yang jago bermain futsal, tapi ia tidak cakap bermain skipping. Padahal sudah diberi tahu bahwa bermain skipping lututnya tidak perlu diangkat. Namun, tetap saja ia mengangkat lututnya saat tali skipping menyentuh tanah. Banyak siswa yang menjadi atlet saja saja keberatan, apalagi bukan atlet, bebannya ya semakin nambah.
Rasa berat semakin bertambah saat para siswa diberi tahu tentang teknik olahraga tersebut hanya dalam waktu sekian menit saja, lalu langsung masuk praktek untuk dinilai. Misalnya, saat guru olahraga itu memberi contoh bagaimana melakukan teknik bola voli seperti passing bawah, lalu para murid langsung disuruh latihan beberapa menit lantas langsung masuk penilaian.
Setelah minggu lalu praktek bola voli, kami para murid dituntut untuk praktek ke cabang olahraga lain, atletik misalnya. Salah satu nomor yang sering diambil dari cabor ini untuk masuk penilaian adalah lari sprint. Saat selesai pemanasan, para siswa langsung dituntut untuk lari secepat mungkin tanpa diberi tahu bagaimana cara lari yang benar.
BACA JUGA: MS Glow: Skin Care yang Paham Akan Keberagaman, Kok Malah Di-bully?
Pokoknya jika ada yang berlari paling cepat itulah yang meraih nilai yang paling tinggi. Untuk minggu berikutnya dan seterusnya, para murid diberi materi cabang olahraga lain yang belum pernah dibahas sebelumnya.
Setelah semua materi selesai dibahas dengan praktek demi praktek di setiap minggunya, Ujian Akhir Semester (UAS) atau yang sekarang dinamakan Penilaian Akhir Semester (PAS) dan dilaksanakan dalam bentuk ujian tertulis. Ya, aneh bukan?
Ketika masuk jam pelajaran tersebut dibahas dengan praktek, tapi pada saat ujian akhir malah diuji dengan tekstual. Padahal kan Lembar Kerja Siswa (LKS) PenjasOrkes saja selalu terlihat baru, tidak seperti LKS pelajaran lainnya, masa diujinya tertulis?
Ujian praktek hanya akan dilaksanakan ketika sudah memasuki kelas 9 atau kelas 12. Namun tetap saja, akan ada ujian tertulis juga. Jadi ya, bebannya malah semakin berat.
Sebenarnya, PenjasOrkes ini bisa menjadi mata pelajaran yang paling mengasyikkan bahkan bisa untuk refreshing karena olahraga membuat hormon endorfin (hormon kebahagiaan) menjadi meningkat. Akan lebih mengasyikkan lagi kalau pelajaran ini dijadikan pelajaran utama agar semua orang menyukai olahraga dan menjadikan olahraga sebagai gaya hidup.
BACA JUGA: Memang Kenapa Kalau Atlit Cantik Windy Cantika Aisyah Tak “Konsisten” Memakai Jilbab?
Buatkan saja jadwal seminggu tiga kali. Per pertemuan cukup dibuat 60 menit saja karena yang terpenting badan kita telah berolahraga dan menghasilkan keringat yang cukup. 180 menit dari satu minggu itu bisa dihabiskan dengan senam, jogging, atau olahraga kecil lainnya. Daripada dibuat seminggu sekali namun badan kita tidak berolahraga.
Jika olahraga sudah dijadikan gaya hidup, kita juga akan memiliki imun yang baik, jarang terserang penyakit, dan tak mudah lelah. Hal ini juga seharusnya diiringi dengan pola makan yang sehat dan istirahat yang cukup. Siapa yang tidak senang jika badan kita terasa sehat terus? Waktu yang kita habiskan pun akan terasa lebih nikmat. Kita jadi lebih banyak waktu untuk bersenang-senang dengan orang yang kita cintai.
Komentarnya gan