• Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
  • Login
  • Register
  • ARTIKEL POPULER
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • K-Popers
  • PLESIRAN
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • RELEASE
    • NYASTRA
    • FIGUR
    • OH JEBULE
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • UMKM
No Result
View All Result
  • ARTIKEL POPULER
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • K-Popers
  • PLESIRAN
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • RELEASE
    • NYASTRA
    • FIGUR
    • OH JEBULE
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • UMKM
No Result
View All Result
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • ARTIKEL POPULER
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • K-Popers
  • PLESIRAN
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
Nilai keseimbangan dalam gamelan

Foto dok Pribadi Supriyadi

Perempuan dan Keseimbangan dalam Gamelan

Supriyadi by Supriyadi
Januari 29, 2022
in LOCAL WISDOM
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Mendengar kata gamelan, tentu sudah akrab di telinga masyarakat negeri ini. Orkestra terbesar ke dua di dunia ini telah dikukuhkan menjadi warisan dunia tak benda oleh UNESCO tempo hari. Atas peristiwa tersebut, sorak-sorai mewarnai masyarakat Indonesia secara parsial. Turut berbangga!

Dalam gamelan, terdapat berbagai nilai yang patut untuk dicerap, entah secara tekstual ataupun kontekstual. Misalnya nilai toleransi dalam gamelan. Dalam gamelan, konsep mad-sinamadan begitu dijunjung; yakni konsep untuk saling menghargai satu sama lainnya-saling mendengarkan satu sama lainnya. Dengan menjunjung konsep tersebut, keharmonisan bunyi akan terlahir.

Kemudian, nilai kebersamaan. Dalam gamelan, terdapat banyak instrumen yang dimainkan. Tanpa adanya rasa kebersamaan, tentu keharmonisan tidak akan menggema dalam gamelan. Tentu saja masih banyak nilai yang pantas untuk dicerap dan dikhidmati dalam gamelan. Secara subjektif, salah satunya fenomena yang menarik ialah istilah lanang-wadon dalam instrumen gamelan.

Lanang-wadon

Dalam gamelan Ageng, terdapat instrumen yang bernama bonang: bonang barung dan bonang penerus. Di dalamnya, terdapat dua baris tatanan bonang, yakni atas dan bawah. Bagian atas sering disebut bonang lanang: ia memiliki nada/oktaf tinggi. Sedangkan, bagian bawah disebut bonang wadon: ia memiliki nada/oktaf rendah. Hal serupa juga ditemui dalam gangsa di Bali.

BACA JUGA: Kelonthong Sapi: Muasal, Mitologi, dan Strata Sosial

Kemudian, di berbagai jenis gamelan di Bali, sering ditemui dua jenis kendhang, yakni kendhang lanang dan kendhang wadon. Tidak hanya itu, di Jawa pada Gamelan Carabalen juga ditemui kendhang dengan kasus serupa. Dalam bahasa Jawa, lanang-wadon merujuk pada pengertian gender; lanang adalah laki-laki, sedangkan wadon adalah perempuan. Barangkali, penamaan pada instrumen-instrumen terpapar juga merujuk pada makna tersebut.

Kemudian, dalam penamaan ini perlu direnungkan ihwal nama bonang yang ada pada gamelan tersebut: bonang lanang identik dengan nada yang tinggi, sedangkan bonang wadon merujuk pada nada yang rendah. Pun, dalam kendhang Bali juga sama: kendhang wadon biasanya memiliki pakelit dengan lubang lebih kecil daripada kendhang lanang dan menimbulkan frekuensi bunyi yang lebih rendah; sedangkan kendhang lanang memiliki pakelit lubang yang lebih besar dari kendhang wadhon dan menimbulkan bunyi dengan frekuensi yang lebih tinggi (Bandem, 2013).

Dalam paparan di atas, dapat ditarik sebuah pengejawantahan bahwa bunyi rendah identik dengan wadon atau perempuan; sedangkan bunyi tinggi identik dengan lanang atau laki-laki. Syahdan, apakah peristiwa tersebut ada tautannya dengan budaya yang berkembang di Jawa atau Bali? Pasalnya, budaya patriarki agaknya memang berkembang di wilayah tersebut.

Keseimbangan

Atas tautan budaya patriarki yang berkembang, secara parsial kiranya akan menganggap bahwa penamaan bonang ataupun kendhang ini menjadi semacam “diskriminasi” gender. Selain itu, fakta lapangan ihwal sedikitnya (meskipun relatif ada)  niyaga perempuan yang ada dalam gamelan menjadi penguat pernyataan itu. Namun, jika ditelaah; boleh diduga adanya penamaan lanang-wadon merupakan makna sebuah keseimbangan.

Konsep lanang-wadon sebenarnya sudah ada sejak dulu melalui artefak lingga-yoni dalam kepercayaan Hindu yang banyak ditemukan di Jawa dan Bali. Menyatunya lingga dan yoni menjadi simbol akan kesuburan dan keharmonisan. Kiranya, makna ini juga bertautan dengan peristiwa lanang-wadon yang ada pada gamelan, mengingat kepercayaan Hindu lekat dengan perjalanan historis Jawa dan Bali.

BACA JUGA: Makna dan Tuntunan Perilaku Hidup di Balik Pintu Gebyok

Dalam buku yang bertajuk Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar Etnomusikologi karya Shin Nakagawa, “Klasifikasi ini pasti berhubungan dengan kosmologi masyarakat Bali dan Jawa; lanang-wadon adalah pasangan yang disejajarkan dengan pasangan kanan-kiri, angkasa (langit)-pertiwi (bumi), gunung-laut, dan lain-lain)” (2000: 85).

Hal selaras juga diungkapkan oleh Bandem (2013) dalam Danika Prayitna, dkk., “hampir semua ansambel dan instrumen gamelan Bali diciptakan berdasarkan prinsip lanang dan wadon, purusa dan pradana, laki dan perempuan, sehingga prinsip ini jika dipadukan akan menimbulkan sebuah keindahan, keharmonisan, dan keselarasan jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari” (2020: 91).

Atas paparan tersebut, dapat ditarik sebuah nilai bahwa keharmonisan begitu ditekankan dalam gamelan. Nilai ini kiranya menjadi sebuah penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Jika bunyi bonang hanya satu saja, misalnya bonang lanang; tentu bunyi yang dihasilkan akan timpang. Begitupun dengan kendhang; jika hanya dimainkan salah satunya tentu juga akan timpang. Butuh kehadiran bonang wadon dan kendhang lanang untuk menghasilkan keharmonian bunyi.

Dengan mencerapi nilai keseimbangan dalam gamelan tersebut terhadap kehidupan, tentu stigma patriarki bahwa perempuan selalu di bawah lelaki dapat disingkirkan. Laiknya harmoni dalam gamelan, perempuan menjadi sebuah penyeimbang; artinya perempuan mempunyai posisi penting untuk menciptakan keharmonisan yang diinginkan.

Baca Tulisan-tulisan Menarik dari Supriyadi Lainnya

Tags: BalibudayaBudaya JawaetnomusikologiGamelanHarmonisasiJawaKearifan LokalKeseimbanganLanangMusikOrkestraUNESCOWadon

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Caranya? Klik disini


Supriyadi

Supriyadi

Manusia tradisional!

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Budaya Orang Batang

Berkat Budaya Wong Batang Ini, Uang Receh Masih Dibutuhkan

Januari 26, 2023
147
Candi Cangkuang

Mengenal Candi dan Situs Kuno di Daerah Jawa Barat

Januari 25, 2023
180
Angka dan Manusia Jawa

Angka dan Manusia Jawa: Laku Kehidupan, Kearifan, dan Semesta

November 3, 2022
201
Mengenal Tradisi Undukan Doro Dari Dua Sisi Yang Berbeda

Mengenal Tradisi Undukan Doro Dari Dua Sisi Yang Berbeda

November 1, 2022
235
Tradisi Marhabanan 12 hari Maulid Nabi

Soal Tradisi Marhabanan 12 Hari, Ikhtiar Kecintaan Kepada Sang Nabi

Oktober 7, 2022
233
Olahraga Tradisional Gulat Okol

Mari Mengenal Gulat Okol, Olahraga Tradisional ala Sumo versi Indonesia

Oktober 7, 2022
170
Load More

Komentarnya gan


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Gembira Loka Zoo, Taman Rekreasi Satwa Terbesar Di Jogja

Surat Cinta Untuk Starla The Series: Yakin Bikin Penasaran

Kripala Dekso Coffee and Resto, Spot Kuliner Ciamik di Jogja Bagian Barat

Menikmati Tanggal Tua Dengan Sate Kere Khas Solo

Solusi Jitu Ketika TPA Kota Pekalongan Over Kapasitas

Berkat Budaya Wong Batang Ini, Uang Receh Masih Dibutuhkan

5 Macam Love Language Menurut Dr. Grey Chapman, Yuk Kenali!

LAGI RAME HARI INI

Shuntaro Chishiya dalam serial Alice in Borderland

Membedah Karakter Shuntaro Chishiya di Serial Alice in Borderland

Januari 11, 2023
453
Wisata hits Purwokerto - Menggala Ranch

Menggala Ranch Banyumas, Wisata Ala View New Zealand di Jawa Tengah

Mei 25, 2022
5k
Sate Winong Mustofa Purworejo

10 Rekomendasi Kuliner Enak di Purworejo Tahun 2023

November 9, 2021
5.1k
Sinopsis Dorama Silent (2020)

Dorama Silent (2022): Drama Bagus dengan Premis Menarik, Tapi Nanggung

November 17, 2022
1.5k
Resensi Buku Loneliness is My Best Friend karya Alvi Syahrin

Kamu Tidak Sendirian, Karena Kamu Punya Kamu

November 1, 2022
773
Review Buku Novel Ezaquel

Resensi Novel Ezaquel Karya Siti Habibah

April 12, 2022
1.7k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
37.6k
Florawisata D’Castello Ciater, Wisata Hits Subang Bak di Negeri Dongeng

Florawisata D’Castello Ciater, Wisata Hits Subang Bak di Negeri Dongeng

Juni 11, 2022
2.6k
Sinopsis dan Review Novel Laut Bercerita

Tentang Sosok Kinan, Si Wanita Tangguh dari Novel Laut Bercerita

September 6, 2022
794
Gembira Loka Zoo Jogja

Gembira Loka Zoo, Taman Rekreasi Satwa Terbesar Di Jogja

Januari 29, 2023
146
header-kotomono

RINGAN-RINGAN SEDAP

 

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2023 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ARTIKEL POPULER
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • K-POPers
  • PLESIRAN
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • RELEASE
    • NYASTRA
    • OH JEBULE
    • FIGUR
    • KEARIFAN LOKAL
    • NGABUBURIT
    • UMKM
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In