KOTOMONO.CO – Namanya barang kali masih belum terlalu dikenal di Indonesia, namun namanya begitu masyhur di Timur Tengah. Ia adalah seorang YouTuber dengan jumlah jutaan Subscriber. Pengikutnya juga tak kalah banyak di media-media sosial lainnya seperti di Facebook dan di Twitter. Beliau adalah Prof. Dr. Iyad Qunaibi, Ph. D.
Nama lengkap Professor Iyad adalah Iyad Abdul Hafiz Qunaibi. Dikenal juga sebagai Abu Faruq. Beliau lahir di Kuwait pada tanggal 22 Oktober 1975. Orang tuanya berasal dari pengungsi Palestina yang tinggal di Kuwait. Namun, keluarganya hijrah ke Jordania ketika beliau masih bayi.
Mengingat Kerajaan Jordania menguasai wilayah Tepi Barat (bagian dari Palestina) dari tahun 1948- 1967, nampaknya hal ini membuat mudah keluarga Iyad kecil mendapatkan kewarganegaraan Jordania. Latar belakang beliau dari keluarga pengungsi nampaknya juga telah membuat kehidupan masa kecil Professor Iyad agak asing dengan yang lainnya. Kebanyakan pengungsi Palestina hijrah dari Kuwait pada tahun 1990-an. Sebuah hal yang membedakan keluarga Iyad kecil dengan keluarga lainnya.
Memiliki latar belakang sebagai keluarga pengungsi tidaklah menyurutkan Iyad kecil dari mengejar pendidikan. Sejak kecil, beliau sudah memiliki ketertarikan yang tinggi dalam membaca buku. Tak heran jika beliau menyelesaikan pendidikan menengahnya secara baik meski tidak memiliki prestasi yang sangat menonjol.
Iyad muda melanjutkan pendidikan sarjana di Universitas Sains dan Teknologi Jordania, salah satu universitas bergengsi di Jordania. Beliau lulus dari Fakultas Farmasi dan mendapat gelar sarjana pada tahun 1998. Selama di universitas, beliau sudah dikenal sebagai aktivis dakwah di kampus. Iyad muda bersama teman-temannya biasa mendistribusikan rekaman ceramah mingguan di beberapa masjid sesudah salat Jumat. Kegiatan ini bahkan berlanjut sampai beberapa tahun setelah beliau lulus.
Selain menjadi aktivis dakwah kampus, Iyad muda juga aktif di dunia olahraga dan dunia literasi. Beliau menggemari olahraga taekwondo selama di kampus. Beliau juga begitu menggemari buku-buku ulama dan pemikir Islam zaman itu, seperti Sayyid Quthb, Muhammad Nashiruddin al-Albani, dan Abu Muhammad Isham al-Burqawi. Beliau juga menyukai buku-buku klasik seperti buku-buku Ibnul Qayyim al-Jauziyyah. Dari buku-buku inilah Iyad muda kemudian mengembangkan pemikirannya dan dakwahnya.
Keaktifan Iyad muda di dunia dakwah tidaklah menjadikan beliau abai terhadap dunia akademik. Prestasi Iyad muda di kampus juga cukup mentereng. Selama masa studinya sebagai mahasiswa sarjana, Iyad muda berhasil menerbitkan banyak jurnal dan artikel yang membahas ilmu farmasi dan kesehatan.
BACA JUGA: Fatima Al-Fihri, Sang Pendiri Universitas Pertama di Dunia
Setelah masa kecil hidup dari latar belakang keluarga pengungsi, Iyad muda kini melanjutkan masa mudanya sebagai perantauan. Setelah lulus dari Universitas Sains dan Teknologi Jordania, beliau melanjutkan pendidikan sampai ke luar negeri. Tepat setahun setelah kelulusan beliau sebagai sarjana. Beliau diterima di Universitas Houston, Texas, Amerika. Beliau berhasil mendapatkan gelar Ph. D. dalam ilmu farmasi. Beliau mendapatkan gelarnya pada tahun 2003.
Setelah selesai mendapatkan gelar dari universitas di Amerika, Iyad muda memilih kembali pulang kampung ke negaranya, Jordania. Beliau memanfaatkan banyak waktu setelah kelulusannya untuk menghadiri pengajian dan mendengarkan ceramah dari berbagai dai dan ulama di Jordania. Beliau juga tak jarang ikut berceramah dan mengadakan pengajian.
Aktivitas dakwah Iyad muda nampaknya telah membuat geram orang-orang yang iri. Rezim Jordania sempat menahan beliau selama tiga pekan tanpa alasan yang jelas. Beliau kemudian dibebaskan setelah itu. Tujuh bulan setelah sempat ditahan, Iyad muda kembali ditangkap dan divonis penjara selama sekitar dua tahun. Beliau dihukum penjara dengan dakwaan memiliki hubungan dengan pemerintahan Afghanistan. Dakwaan ini sebenarnya cukup terdengar aneh. Pengadilan Jordania dianggap membuat keputusan dengan alasan yang cukup absurb untuk membuat seseorang dapat masuk penjara.
Mendapatkan hukuman penjara, Iyad muda tidaklah merasa putus asa. Semangat belajar beliau tidak pernah surut. Selama di penjara, beliau mengaku dapat memanfaatkan waktunya untuk semakin giat belajar. Dua tahun di penjara beliau habiskan waktunya dengan banyak membaca buku, menulis syair dan puisi, dan berbagi pengalaman dengan berbagai macam tahanan lainnya.
BACA JUGA: Ani Idrus, Gagasan tentang Pendidikan yang Melampaui Zaman
Setelah masa waktu hukuman telah habis, Iyad muda diangkat menjadi professor di universitas. Iyad muda berhasil bebas pada awal tahun 2013. Dari sinilah Professor Iyad menjadi semakin terkenal dan memiliki banyak pengikut.
Professor Iyad membangun beberapa akun di media sosial, seperti di YouTube, Facebook, dan Twitter. Beliau aktif memberikan kajian dan kuliah tentang ilmu farmasi. Metode pengajaran beliau yang cukup menarik berhasil menarik perhatian banyak mahasiswa kedokteran dan akademisi-akademisi lainnya. Tak heran jika beliau kemudian memiliki banyak follower dan subscriber.
Selain aktif memberikan kuliah kesehatan, Professor Iyad juga sangat dikenal vokal dalam membicarakan isu-isu terkini di berbagai negara. Beliau membuat banyak video yang membahas masalah-masalah kekinian yang tengah terjadi di beberapa negara Timur Tengah. Beliau merilis banyak video dengan berbagai serial berbeda yang membicarakan perang, ekonomi, dan situasi politik yang terjadi di sebagian negeri. Selain itu, beliau juga aktif memberikan ceramah-ceramah keislaman secara umum yang bersifat motivasi dan ajakan.
Pembicaraan-pembicaraan Professor Iyad sangat menarik perhatian banyak ulama dari berbagai negara. Namanya bahkan beberapa kali menjadi bahan pembicaraan oleh beberapa ulama di pinggiran Afrika. Sebut saja Muhammad Salim al-Majlisi dari Mauritania dan Dr. Hasan al-Kattani dari Maroko.
Dr. Hasan al-Kattani, yang menjabat sebagai Ketua Rabithah Ulama Maghribi Arabi, banyak memberi pujian untuk Professor Iyad. Beliau juga menyandingkan nama Professor Iyad dengan nama-nama akademisi lainnya, seperti Dr. Sami Amiri, Muhammad Shahin, dan al-Ajlan. Beliau mengatakan bahwa video-video Professor Iyad sangat direkomendasikan untuk ditonton oleh para pembelajar.
Muhammad Salim al-Majlisi, pengajar mazhab Maliki di Syabkah al-Faraidh ad-Da’wiyya, pernah menulis pembelaan untuk sang Professor. Dalam laman Facebook-nya, al-Majlisi mendoakan Professor Iyad agar dilindungi dari orang-orang yang iri dan dengki terhadapnya.
Ulama hadis asal Saudi, Sulaiman al-Alwan, tidak ketinggalan dari memberi pujian dan rekomendasi untuk Professor Iyad. Sulaiman al-Alwan menjuluki Professor Iyad sebagai pemikir yang baik, ahli hikmah, dan memiliki semangat yang tinggi dalam mendamaikan urusan umat. Beliau kemudian merekomendasikan kuliah dan ceramah Professor Iyad untuk didengarkan.
BACA JUGA: El Candra, Sang Inspirator Hijrah
Beberapa tahun telah berlalu, akun-akun Professor Iyad Qunaibi kini semakin berkembang dan memiliki semakin banyak pengikut. Hari demi hari beliau semakin aktif dalam membicarakan banyak masalah dan memberikan berbagai macam perkuliahan. Total subscriber akun resmi YouTube beliau kini berjumlah lebih dari satu setengah juta akun. Total pengikut halaman resmi Facebook beliau kini lebih dari tiga juta orang. Beliau juga aktif menulis kultwit di Twitter yang diikuti oleh ratusan ribu orang.
Professor Iyad Qunaibi adalah sosok akademisi inspiratif. Latar belakang keluarga beliau sebagai pengungsi tidak menyurutkan Iyad kecil dari mengenyam pendidikan tinggi. Aktivitas dakwah beliau selama di kampus juga tidak membuat beliau menjadi abai terhadap prestasi akademik.
Beliau telah menutup masa pendidikan beliau dengan prestasi yang mentereng dan pengalaman yang sangat berguna bahkan sampai saat ini. Menghadapi cobaan di dalam penjara juga tidak menyurutkan beliau untuk terus aktif belajar. Sekarang beliau menjadi seorang akademisi yang menjadi inspirasi bagi banyak orang.
komentarnya gan