• Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Term of Service
  • FAQ
Kotomono.co
  • Login
  • Register
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • PUSTAKA
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
No Result
View All Result
Kotomono.co
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-Popers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • PLESIR
  • NGULINER
  • LAINNYA
Penulisan Ramadhan, Ramadlan, atau Ramadan

Image: NgopiBareng

Ramadhan, Ramadlan, atau Ramadan?

Ribut Achwandi by Ribut Achwandi
Maret 18, 2022
in EDUKASI
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KOTOMONO.CO – Melatinkan aksara Arab sesuai ejaan bahasa Indonesia itu bukan perkara mudah. Serba repot. Bahasa Arab, secara grafologi maupun fonologi memiliki keunikan tersendiri.

Secara grafologi, aksara Arab memerlukan perubahan pola penulisan saat dituliskan di depan, tengah, atau di belakang. Sedang huruf Latin, perubahan hanya terjadi pada beberapa huruf ketika dituliskan dalam aksara tegak bersambung.

Huruf Arab hanya mengenal aksara konsonan, sedang aksara vokal diwakili dengan penambahan diakritik berupa harakat yang dituliskan pada bagian atas atau bawah huruf konsonan. Itupun hanya mengenal tiga jenis vokal, yaitu a, i, dan u. Sementara vokal e dan o, tidak. Dalam huruf Arab, tidak dikenal aksara c, p, dan x. Juga tidak ada kombinasi aksara konsonan seperti ny dan ng.

Secara fonologi, sistem aksara Arab memiliki beberapa huruf yang jarang dimiliki sistem fonologi bahasa lain. Dalam sistem fonologi bahasa Indonesia, misalnya. Kita tidak memiliki beberapa bunyi huruf ث, ذ, ح, خ, ع, غ, ط, ظ, ص, ض, ش, dan ء. Untuk membedakan pengucapan antara ث dan س, antara ظ dan ض saja dalam lidah bahasa Indonesia agaknya sulit. Karena memang, dalam sistem bahasa Indonesia tidak mengenal bunyi-bunyi itu.

BACA JUGA: Sastra Poshumanistik, Sastra Futuristik

Makanya, untuk memudahkan pengucapan dan penulisan huruf Arab itu sejumlah negara membuat semacam pedoman pengalihaksaraan aksara Arab ke dalam aksara latin sesuai dengan ejaan bahasa masing-masing. Usaha ini dilakukan, khususnya di negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resminya.

Bahasa Inggris misalnya, mengalihaksarakan huruf ظ menjadi ẓ yang kemudian ditranskripsikan menjadi z, atau huruf ش menjadi sh, atau huruf ذ menjadi dh, sementara huruf ض ditransliterasikan menjadi ḍ atau ḏ tetapi dalam penulisan formalnya menjadi d. Tentu, usaha ini untuk memberi kemudahan bagi orang-orang lidahnya terbiasa dengan bahasa Inggris agar dapat membaca aksara Arab dengan lebih baik. Selain itu, untuk memudahkan pula penulisan dalam aksara latin berbasis bahasa Inggris. Seperti ketika menuliskan kata إِنْ شَاءَ اللَّهُ yang kemudian ditulis dalam ejaan bahasa Inggris menjadi insha Allah.

Begitu pula dengan pelatinan nama bulan yang penuh berkah ini, رَمَضَان. Dalam bahasa Inggris ditransliterasikan menjadi Ramaḍān. Namun, rupanya ada juga variasi transliterasi lainnya Ramazan, Ramzan, Ramadhan atau Ramathan. Pasti Anda bertanya mana penulisan yang benar?

BACA JUGA: Menulis itu Lebih Banyak Dipengaruhi Faktor Non-Teknis

Beberapa kamus resmi bahasa Inggris, seperti Cambridge, Merriam-Webster, Collins Dictionary, dan juga Oxford, lema kata ini ditulis menjadi Ramadan. Menurut kamus mereka, Ramadan diterjemahkan sebagai the ninth month in the Islamic year, during which Muslims take no food or drink during the day from the time the sun appears in the morning until it can no longer be seen in the evening. Meski demikian, catatan mengenai kata yang satu ini begitu banyak. Bahkan sumber literasinya juga bejibun. Mulai dari sejarah nama bulan ini sendiri sampai pada bentuk ibadah yang dijalankan umat Muslim di seluruh dunia pada bulan ini.

Sekarang, bagaimana dengan bahasa Indonesia? Sebenarnya sudah ada pedoman penulisan kata serapan bahasa asing dalam bahasa Indonesia. Yaitu, SKB antara Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987. Sebelumnya, pembahasan mengenai alih aksara itu sudah dilakukan pada tahun 1985-1986. Waktu itu, sejumlah ahli seperti H. Sawabi Ihsan, M.A., Ali Audah, Prof. Gazali Dunai, Prof. Dr. H.B. Jassin, dan Drs. Sudarno, M.Ed. menjadi tim inti dari Seminar Nasional Pembakuan Transliterasi Arab-Latin.

Mereka bertugas meneliti transliterasi yang berlaku di masyarakat. Ternyata, banyak ragam transliterasi yang digunakan masyarakat. Memang, upaya penyeragaman transliterasi itu sudah dilakukan berkali-kali oleh lembaga-lembaga yang ada. Namun, pada masa itu belum ditemukan formulasi yang bersifat menyeluruh digunakan oleh masyarakat secara umum.

BACA JUGA: Pertanyaan yang Sulit Saya Jawab adalah Apa Manfaat Menulis?

Lantas, riset mereka pun dilanjutkan dengan mendekati bahasa Arab dan merumuskan prinsip pembakuan transliterasi. Ada tiga prinsip dalam upaya pembakuan tersebut, di antaranya: sejalan dengan Ejaan Yang Di Sempurnakan, huruf Arab yang belum ada padanannya dalam huruf Latin dicarikan padanan dengan cara memberi tambahan tanda diakritik, dengan dasar “satu fonem satu lambang”, dan pedoman Transliterasi ini diperuntukkan bagi masyarakat umum.

Singkat cerita, perumusan itu pun membuahkan hasil. Selanjutnya, dikukuhkanlah pedoman transliterasi itu melalui SKB dua kementerian, yaitu Menteri Agama dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Dari pedoman itu, muncul transliterasi huruf ض menjadi ḍ. Namun, karena sistem aksara bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk-bentuk huruf yang sejenis, misal ḍ, ḏ, ḋ, å, ë, è, é, ê, ç, ŋ, dan sebagainya, maka dibakukanlah lambang d untuk huruf ض. Tentu, alasannya sederhana, agar perlambangan itu dapat diterima oleh masyarakat umum.

Maka, dalam mentransliterasikan kata رَمَضَان digunakanlah ramaḍān. Namun, dalam pembakuan penulisannya—sebagaimana dalam ejaan bahasa Indonesia—menjadi ramadan. Kendati begitu, fakta yang kerap muncul di masyarakat, penulisan ramadan tampaknya jarang digunakan. Bahkan, mungkin kurang populer.

BACA JUGA: Menulis Itu Nggak Sesusah Kamu Melupakan Mantan

Acap kali yang kita lihat dan kita baca, penulisan kata رَمَضَان justru ditulis dengan ramadhan, ramadlan, bahkan ada juga yang menuliskannya menjadi romadhon. Karena memang, dalam transliterasi aksara ض juga memiliki variasi penulisan. Yaitu ḍ atau d (berdasarkan SKB Nomor 158 Tahun 1987), dl, dan dh. Kedua bentuk penulisan terakhir biasanya dikaribkan dengan varian kelompok Islam (tradisionalis dan modernis).

Lantas, mana yang tepat? Saya tidak dalam rangka menjawab pertanyaan itu. Hemat saya, ada baiknya setiap upaya itu dihargai dan dihormati. Sebab, dengan keragaman itu, saya mendapatkan pemahaman yang menarik tentang dunia. Bahwa, keragaman itu menunjukkan betapa kayanya dunia dengan segala cara pengucapan. Orang Jawa dulu mengucapkan kata ramadan pun dengan kata ramelan. Begitu pula orang Bangladesh, mengucapkannya dengan kata romzan. Tetapi, saya yakin, maknanya masih utuh. Masih sama.

Namun, sebagai orang Indonesia, yang memiliki sistem bahasa dan telah dibakukan, saya kira tidak ada salahnya untuk berusaha menyetiai apa yang sudah dirumuskan. Ya, sampai detik ini, saya masih berusaha menyetiai penulisan ramadan sesuai yang dikamuskan. Lain perkara, jika dikemudian hari terjadi lagi upaya untuk membuat kesepakatan baru dari para ahli. Mungkin perlu dibahas dalam Kongres Bahasa Indonesia atau Kongres Kebudayaan atau helat-helat lain yang sejenis. Sehingga, terumuskan pula pembakuan gaya baru. Tentu, kalau sudah ada pembakuan yang baru, saya akan berusaha mengikutinya. Meski begitu, saya tetap menghormati keragaman cara penulisan itu.

Baca Tulisan-tulisan Menarik Ribut Achwandi Lainnya

Tags: BahasaBahasa ArabEdukasiKajian BahasaPelajaran Bahasa IndonesiaRamadan

Mau Ikutan Menulis?

Kamu bisa bagikan esai, opini, pengalaman, uneg-uneg atau mengkritisi peristiwa apa saja yang bikin kamu mangkel. Karya Sastra juga boleh kok. Sapa tahu kirimanmu itu sangat bermanfaat dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Klik Begini caranya


Ribut Achwandi

Ribut Achwandi

Kepala Redaksi
Ngedanlah asal nggak bikin orang lain jadi edan.

Sapa Tahu, Tulisan ini menarik

Soal Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang Kurang Diperhatikan

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Itu Perlu Diperhatikan lho!

Juli 25, 2022
187
Arti Rapot Siswa dan Orang tua

Wahai Orangtua, Rapor itu Cuma Sepotong Puzzle

Juni 29, 2022
230
Hal yang Mesti Kudu Dimengerti Sebelum Menikah

5 Hal yang Mesti Kudu Dimengerti Sebelum Menikah Dengannya

Juni 6, 2022
198
mata uang kripto

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Mata Uang Kripto

Mei 16, 2022
149
Kisah Perjalanan Sukses Samsung

Memetik Pelajaran dari Suksesnya Sang Raja Gadget Samsung

Mei 7, 2022
154
Metode Dasar Dalam Penulisan Sejarah

Metode Dasar Dalam Penulisan Sejarah Yang Perlu Kamu Tahu

Mei 1, 2022
158
Load More


Ada Informasi yang Salah ?

Silakan informasikan kepada kami untuk segera diperbaiki. Pliss "Beritahu kami" Terima kasih!


TERBARU

Mobil Tiba-Tiba Mati dan Tidak Bisa Distarter? Cek Cara Ini

Cobain yuk! 8 Game Balap Mobil Android Offline yang Asyik

7 Alternatif Wisata Anak dan Keluarga di Bali yang Bagus Buat Edukasi

Joko Anwar Jamin Pengabdi Setan 2 Lebih Mencekam

5 Rekomendasi Hotel Keluarga di Bali yang Berlokasi Strategis Dibawah 1 Juta Rupiah

Dibikin Ketagihan Sama Bu Lurah dari Batas Desa Paninggaran

Film Godse (2022): Potret Orang Baik yang Kadung Kecewa Dengan Pejabat Korup

LAGI RAME

Wisata Tegal - Villa Guci Forest

Wisata Hits Terbaru Tegal di Villa Guci Forest

Mei 17, 2022
7.3k
Baron Sceber Rogoselo

Legenda Baron Sekeber Desa Rogoselo

Januari 10, 2016
14.3k
Tari batik Jlamprang Pekalongan

Kesenian Tari Batik Jlamprang Pekalongan

November 22, 2015
5.9k
Wisata Jepara - Karimun Jawa

18 Wisata Hits Jepara Terbaru 2022 Wajib Kamu Kunjungi

April 10, 2022
1.6k
Legenda Dewi Lanjar Pantai Utara

Kisah Legenda Asal-usul Dewi Lanjar

Agustus 12, 2016
35.5k
Tradisi Syawalan Balon Udara Pekalongan

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Sayang Untuk Dilewatkan

Mei 7, 2022
8.2k
Sate Winong Mustofa Purworejo

10 Rekomendasi Kuliner Enak di Purworejo Tahun 2022

November 9, 2021
2.3k
Mengatasi UPS Rusak

Mengenal Kerusakan Pada UPS dan Cara Mudah Mengatasinya

Maret 8, 2020
7.2k
Senopati dan ratu kidul

Kisah Misteri Bahurekso, Rantamsari Dan Serabi Kalibeluk Batang

Maret 14, 2018
8.9k
Riwayat Ki Ageng Cempaluk dan Asal-usul Desa Kesesi

Sosok Ki Ageng Cempaluk dan Asal-usul Desa Kesesi

Desember 15, 2016
7k

TENTANG  /  DISCLAIMER  /  KERJA SAMA  /  KRU  /  PEDOMAN MEDIA SIBER  /  KIRIM ARTIKEL

© 2021 KOTOMONO.CO - ALL RIGHTS RESERVED.
DMCA.com Protection Status
No Result
View All Result
  • ESAI
  • NYAS-NYIS
  • OTOMONO
  • DUNIA GAME
  • K-POPers
  • OH JEBULE
  • FIGUR
  • NGULINER
  • PLESIR
  • PUSTAKA
  • LAINNYA
    • KILASAN
    • KEARIFAN LOKAL
    • UMKM
    • NGABUBURIT
    • NYASTRA
    • EDUKASI
    • RELEASE
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Login
  • Sign Up

Kerjasama, Iklan & Promosi, Contact : 085326607696 | Email : advertise@kotomono.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In